"Enggak Bu ..." jawab Novi sambil mencoba menenangkan diri.
Setelah merasa cukup tenang, Novi pun mulai bercerita tentang masalah yang sedang dihadapinya.
Meski tidak sedetail tentang apa yang sebenarnya telah terjadi, tapi Novi telah bercerita pokoknya, terlebih tentang kondisinya sekarang yang sedang mengandung dari kecelakaan kerja beberapa minggu yang lalu.
Setelah mendengar cerita dari Putrinya tersebut Ibu Novi pun terlihat sangat prihatin dengan peristiwa yang sedang dialami oleh Novi.
Dan merasa ingin Novi tidak terbebani dengan janin yang sedang dikandungnya itu, Ibu Novi pun berkeinginan untuk meminta supaya Novi menggugurkan kandungannya tersebut.
"Ya udah itu sudah menjadi sebuah resiko dari pekerjaan yang kamu lakukan, Ibu bisa memaklumi, dan menurut Ibu kamu sebaiknya menggugurkan kandungan mu itu, mumpung masih muda," terang Ibu Novi yang terlihat menasehati putrinya tersebut.
Mendengar nasehat dari Ibunya tersebut jawaban Novi ternyata sangat di luar dugaan sang Ibu.
Semula sang Ibu mengira kalau Novi akan setuju dengan sarannya tersebut, namun ternyata salah.
"Enggak Bu, Aku gak akan menambah dosa lagi dengan malah membunuh janin yang aku kandung ini," terang Novi yang sudah terlihat lebih tenang tersebut.
Mendengar jawaban Novi yang diluar dugaan tersebut Ibu Novi pun sangat kaget, terlebih begitu mendengar Novi mengucapkan kata-kata dosa.
"Apa kamu bilang Nov? Kamu takut dosa?" Melihat Ibu nya yang terlihat kaget tersebut, Novi tidak menjawab cuma mengangguk pelan.
"Jadi kamu mau mengandung janin dari lelaki kurang ajar itu," lanjut Ibu Novi yang masih merasa aneh dengan jawaban Anaknya itu.
"Iya Bu, dan aku juga berniat untuk tidak kembali bekerja di cafe itu lagi, Aku akan ikut bekerja di salon bareng Kak Vega aja," lanjut Novi menjelaskan.
Malam harinya Kira-kira pukul delapan Kakak Novi yang bernama Vega itu datang.
"Tin, tin ..." bunyi klakson motor Vega.
Membunyikan klakson adalah kebiasaan Vega ketika baru datang untuk menyapa si Sandi Anak semata wayangnya.
"Sandi ... Mama datang ... liat mama bawa apa ..." ucap Vega setelah memarkirkan motor nya di garasi.
"Tuh Mama datang, bawain oleh-oleh, sana ambil," ucap Novi pada ponakannya itu.
Sandi yang sejak tadi iku tiduran bareng Novi segera bangun dan bergegas menemui Mamanya.
"Ma, Mama, Tante datang lagi," lho kenapa, Mana?" Sahut Vega yang terlihat kaget dengan ucapan putranya tersebut.
"Novi... kenapa? Ada apa sayang?" lanjut Vega bertanya.
Sementara Novi terlihat keluar dari dalam kamar sambil merapikan rambut panjangnya dan mengikat rambutnya tersebut.
Tidak menjawab pertanyaan kakaknya tapi Novi malah balik tanya.
"Kak, aku ikut kerja di salon bareng kakak ya?" Ucap Novi pada kakaknya itu.
"Lho emang kenapa kok tiba-tiba ingin ikut kerja bareng kakak?" tanya Vega lagi.
"Ya enggak napa-napa pokoknya pingin aja," jawab Novi sambil menjatuhkan tubuhnya ke sofa.
Merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Adiknya tersebut, Vega pun kemudian melirik pada Ibu nya yang berada di samping Novi sambil mengisyaratkan mata pada Ibunya tanda bertanya.
Sang Ibu pun memberi kode kepada Vega untuk tidak melanjutkan bertanya pada Adiknya tersebut, dan Vega pun seolah langsung faham dan langsung mengalihkan pertanyaan tentang hal lain.
"Serius Kamu mau ikut kakak kerja di salon?" Lanjut Vega.
"Ya serius to Kak, emang aku terlihat main-main apa?" balas Novi balik nanya.
"Ya, enggak sih.. cuma meyakinkan aja, terus kapan kamu mau mulai kerja?"
"Besok," sahut Novi singkat.
"Oya Kak, Sela itu masih kan?" Tanya Novi.
"Ya masih lah, malahan dia sekarang dah mulai jadi hairstylist," terang Vega.
"Serius Kak? Wah ... Sela keren ..." balas Novi terlihat senyum sumringah.
Sela itu adalah salah satu karyawan di salon Vega, dia itu adalah seorang Waria, yang memiliki nama asli Selamet Santoso.
"Jadi gak sabar pingin ketemu Sela," sahut Novi lagi.
Perlu diketahui sebelum bekerja di cafe bilyard milik Mama Mirna, Novi dulu sudah pernah kerja di salon punya Kakaknya tersebut, dan ditempat itu pula dulu dia bertemu dengan mantan suaminya, karena mantan suaminya dulu itu adalah seorang sales marketing salah satu produk alat kecantikan yang memasok kebutuhan di salon milik kakaknya tersebut.
Dan dari semua cewek yang kerja di salon itu memang Novi lah yang terlihat paling cantik, meskipun hanya pakai make up sederhana, karena cantiknya Novi memang asli bukan karena polesan.
Dan keesokan harinya mulailah Novi mengulangi pekerjaan yang telah lama ditinggalkannya itu.
Sementara itu Fajar juga sudah mulai bekerja di gudang buah milik Haji Djarot lagi, dan hari itu karena Andi juga belum terlihat datang maka Fajar pun bekerja mensortir buah.
Hampir satu bulan Fajar tidak masuk kerja, nampak Fajar menanyakan beberapa temannya yang bekerja di situ yang terlihat tidak ada.
"Bang Kribo kok belum keliatan Pak Sol?"
Ucap Fajar menanyakan salah satu temannya yang juga mendapatkan julukan perjaka tua itu.
Ya karena Bang Kribo itu sudah cukup berumur tapi belum juga mendapatkan jodoh.
"Ada.. dia datangnya biasanya agak siangan," terang Pak Sol.
Dan memang benar kira-kira pukul delapan pagi bunyi berisik motor Bang Kribo pun terdengar.
Reng.. reng.. reng, Suaranya membuat ngobrol Fajar dan Pak Sol jadi terhenti.
"Halo Jar, kemana aja baru nongol?" Tanya Bang Kribo sambil memarkirkan motor yang sudah dimodifikasi tersebut.
"Berburu janda," sahut Fajar sambil tertawa ngakak.
"Bagi-bagi dong, masa kamu tega liat temen nganggur sampek menjamur gini?" Seloroh Bang Kribo yang langsung disambut pecah tawa para pekerja yang ada.
"Bener Abang mau? ini ada janda beranak," tanya Fajar dengan muka serius.
"Janda kembang cafe yang pernah kamu omongin kemaren itu to (Novi maksudnya)?" Timpal Bang Kribo menjelaskan.
"Ye ... bukan ... kalo itu mah aku juga mau," sergah Fajar sambil ketawa ringan.
"Habis janda yang mana?" kejar Bang Kribo.
"Mbok Minah," Sahut Fajar sambil tertawa lepas.
"Hahaha." tawa para pekerja yang adapun langsung pecah, karena mereka semua tau kalo mbok Minah itu adalah pedagang cenil yang ada di perempatan barat rumah Haji Djarot.
Disaat mereka lagi berkelakar, tiba-tiba Andi pun datang.
"Lha ini Mafianya perempuan datang," ucap Bang Kribo meledek Andi.
Andi pun terlihat cuma senyum-senyum.
"Kapan Kamu datang Jar?" tanya Andi.
"Tadi malem," sahut Fajar.
"Gimana mau ambil barang dimana?" imbuh Fajar lagi.
"Pingin nya sih ambil di jember," balas Andi.
"Buset, gak ke Banyuwangi sekalian?" Sahut Fajar dengan nada menggoda.
"Lha kemaren udah, ya nanti kalo di jember gak kebagian barang ya langsung ke Banyuwangi," Terang Andi.
"Emang berapa harga sih kalo di jember dan Banyuwangi?" Tanya Fajar.
"Gak tentu, pokoknya masih di bawah enam ribu," jelas Andi.
Bersambung.