webnovel

Carnation: It's Not Our Fate

Penulis: Blue_Hibiscus
Fantasi
Sedang berlangsung · 13K Dilihat
  • 3 Bab
    Konten
  • peringkat
  • N/A
    DUKUNG
Ringkasan

Benefcia telah ditinggalkan selama ratusan tahun. Dengan segala cerita turun temurun yang telah membinasakan seluruh penduduknya dari tahun ke tahun. Kutukan mengerikan yang harus ditanggung oleh para penerus hanya karena kesalahan leluhur. Perlahan waktu seakan menelan sejarah berdarah tersebut ketika pulau Pentagon mulai dijajaki kembali oleh orang-orang luar pulau. Benefcia perlahan membesar menjadi kota. Pada awalnya hidup Asakura Rei baik-baik saja. Dia lahir dan besar di pulau Pentagon. Namun semua berubah ketika usianya beranjak dua puluh tahun. Sosok pemuda seusianya menghantui dirinya hampir setiap malam dalam mimpinya. Seakan memaksanya untuk masuk ke dalam peristiwa itu. "Raia, akhirnya kau bangun." [Silva Mortis] "Jika aku bisa tidur dengan tenang, maka aku tidak akan berharap akan bangun dan menjalani kehidupan membosankan ini." [Asakura Rei] "Kudengar Pentagon dulunya pulau yang makmur dengan hutan Benefcia sebagai lahan untuk mencari uang." [Sasaki Ryu] "Bagaimana rasanya melihat orang yang paling kau benci menjalani kehidupan barunya dengan damai, sementara kau harus menderita selama ratusan tahun?" [Azel] cover adalah salah satu scene dari manhwa Lessa milik POGo

tagar
1 tagar
Anda Mungkin Juga Menyukai

PENDEKAR TAPAK DEWA

Kebiadaban yang dilakukan oleh gerombolan La Kala (Kelompok Merah-Merah) di bawah pimpinan La Afi Sangia makin merajalela. Terakhir mereka membantai penduduk Desa Tanaru beserta galara (kepala desa) dan keluarganya sebelum desa mereka dibumihanguskan. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana yang sebagian besarnya hangus bersama rumah-rumah mereka. Darah Jenderal Hongli alias Dato Hongli mendidih menyaksikan bekas aksi kebiadaban yang di luar batas kemanusiaan itu. Darah kependekarannya menangis dan jiwanya menjerit. Tetapi ada sebuah keajaiban. Di antara mayat-mayat bergelimpangan ada sesosok bayi mungil yang kondisinya masih utuh. Tubuhnya sama sekali tak bergerak. Sang bayi malang seolah-olah tak tersentuh api walau pakaiannya telah menjadi abu. “Oh...ternyata bayi ini masih hidup,” desah sang mantan jenderal perang kekaisaran Dinasti Ming. Diangkatnya bayi itu seraya lanjut berucap, “Akan kubesarkan bayi ini. Dia adalah sang titisan para dewa. Akan kugembleng ia agar kelak menjadi seorang pendekar besar. Kelak, biarlah dia sendiri yang akan datang untuk menuntut balas atas kematian keluarganya serta seluruh penduduk desanya. Akan kuberi bayi ini dengan nama La Mudu. Ya, La Mudu, Si Yang Terbakar...!” Lalu sang pendekar besar yang bergelar Wu Ying Jianke (Pendekar Tanpa Bayangan) itu mengangkat tubuh bayi itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya. Ia berseru dengan suaranya yang bergetar membahana: “Dengarlah, wahai Sang Hyang Dewata Agung....! Aku bersumpah untuk menggembleng dia menjadi seorang pendekar besar yang akan menumpas segala bentuk kejahatan di atas bumi ini..!! Wahai Dewata Agung, kabulkanlah keinginanku ini...!! Kabulkan, kabulkan, kabulkan, wahai Dewata Agung...!” Sang Hyang Dewata Agung mendengar permohonannya. Alam pun seolah mengamininya. Cahaya petir langsung menghiasi angkasa raya yang disusul dengan guruh gemuruh yang bersahut-sahutan. Tak lama kemudian hujan deras bagai tercurah mengguyur bumi yan

M Dahlan Yakub Al Barry · Fantasi
Peringkat tidak cukup
89 Chs

DUKUNG

Lebih lanjut tentang buku ini

Lapor