webnovel

Berawal dari Satu Malam

Hanya berawal dari satu malam. Terlalu singkat namun mengubah seluruh kehidupan dua orang yang dipenuhi ketidaktahuan. ONS? Benar. Lantas ketidaksengajaan, ketidaktahuan dan kesalahanlah yang terjadi. Bisakah mengalahkan takdir saat semuanya sudah terlambat? Rein, sang perempuan polos mau tak mau harus menerima kenyataan bahwa ia menjadi 'korban.' Lalu Redis Sanjaya langsung meninggalkan Rein begitu saja setelah ia pun juga merasa tak sengaja. Redis yang dipaksa menikah mengorbankan Rein. Sedangkan banyak orang menyukai orang tersebut. Pernikahan berjalan buruk, Rein dan Redis tak cocok. Justru, Redis hanya tahu soal kerja dan kerja sampai Rein pikir orang itu tak normal. Lantas, bagaimana jika ibu Redis minta Rein mengubah anaknya? Rein dihadapkan dengan pilihan keluar namun tak boleh membawa anaknya. Lalu orang tersebut mau tak mau memilih pergi. Sepupu Redis yang bernama Radit menyukai Rein, oleh karena itu ia pun membantu Rein. Radit adalah orang yang membuat orang lain kesal. Ia adalah orang yang menjengkelkan. Bisakah Rein bahagia?

Raein23_Raein · perkotaan
Peringkat tidak cukup
214 Chs

10 Jangan Bermain-main

"Jangan bawa orang luar ke masalah pribadi kita. Aku sedang bersikap baik, Kak."

Radit bicara serius, ia paling benci saat orang luar, terlebih lagi orang itu adalah orang kepercayaannya terlibat.

Sang sekretaris harus mendapat perlindungan orisil.

"Of course, kalau begitu jaga sikapmu ke calon istriku, tuan Samira."

"Maaf Pak, memangnya salah yang atasan saya perbuat. Kami hanya beramah-tamah. Tolong jangan berlebihan, orang yang bersikap baik belum tentu suka. Mohon berpikir luas, Pak."

Cukup lama diam, nona Reni akhirnya bergabung ke pembicaraan tersebut. Hey, harus. Perempuan itu tahu persis ia disinggung habis-habisan oleh Redis.

Terhina.

Ini bukan soal perioritas dan formalitas dalam pekerjaan, tapi ini adalah tentang harga diri. Sindiran telak itu masuk tepat sasaran. Yaitu hati bagian terdalam.

Lantas nona Reni tersindir.

Sementara itu, Rein yang tadi bingung akhirnya mengerti. Orang pintar proses loading otaknya memang tak terlalu lama. Namun kalau banyak berpikir malah sering konslet.

Maybe. Jangan salah, justru orang pintar yang saking 'penuhnya' teledor, mana yang harus dan tidak untuk ia perbuat.

Sering salah. Percaya atau tidak, banyak tipe manusia yang seperti ini.

"Wow. Kalian kan sedang berada dikantor, ku pikir lebih baik tempatkan diri pada keadaan tepat," ujar Rein turut andil dalam situasi tersebut.

Look, orang-orang itu buat Rein bosan. Kaku banget sih.

Tak pernah terpikirkan oleh Rein ternyata ada model presdir Redis dan orang yang baru ia temui.

Hey, tunggu, ia belum tahu siapa nama orang tersebut. Tadi Meri terlalu cepat membawanya menyingkir. Ibarat habis lihat hantu ketimbang petinggi player.

Sementara itu nona Reni mengepalkan tangannya dengar perkataan Rein.

Siapa yang bergelut dalam dunia perkantoran disini?

Dasar pengacau, sok ikut campur.

Rein bahkan memakai baju yang jauh dari setelan kantor. Dress selutut yang seakan-akan bilang ia murahan...?

Itulah yang nona Reni pikir. Tak habis pikir, dua orang ini bertengkar oleh sebab perempuan itu.

"Kau pulanglah duluan. Aku sudah menelepon sopir pribadi untuk mengantarmu ke rumah. Hati-hati."

Yes, dari tadi dong. Bebas, akhirnya rein bisa menghindar dari situasi tak bersahabat tersebut.

Faedah ia datang ke kantor hanya untuk menyatakan kepemilikan?

Ck, ck, ck. Sangat tidak elit.

"Pak."

Tepat saat Rein ingin respon perkataan Redis, tiba-tiba datang seseorang yang tadi lalai dari tanggung jawab. Siapa lagi kalau bukan Reytama, 'sekretaris jenderal.'

"Kita selesaikan nanti. Sekarang ayo bekerja," imbuh Redis tak melihat sekretarisnya sedikitpun.

Marah, kemungkinan besar begitu. Hey, iya, itulah yang terjadi.

Entah Rey harus merespon bagaimana, yang jelas hukumannya ditangguhkan. Bersyukur. Setelah ini tak ada yang tahu dirinya akan terjerat hukuman tingkat 'keras' model apa.

"Karena karyawan itu aku sial. Tak akan ku lepaskan dia," gumam Rey lirih.

Karyawan yang mana Rey maksud?

"Kau, awas macam-macam ke Meri. Dia adalah temanku, ku pastikan kau nyesal jika berani macam-macam dengannya," ujar Rein sebelum pergi dari tempat tersebut.

Keduanya berpapasan.

Walau bagaimanapun ia harus memperingati Rey. Jangan sampai Meri yang baik hati ikut sulit sepertinya.

Rey tak merespon. Orang itu dengar, hanya saja ia tak mau ambil pusing. Apa yang ia pikirkan lebih ke bagaimana pekerjaan, mengurus orang-orang didepannya dan alasan masuk akal.

***

"Kau sibuk ngerjain berkas apa sampai aku lihat Rein bersama seorang karyawan perusahaan?" tanya Redis tak ingin basa-basi.

Langsung to the point.

Sejak awal, ia memang tak suka tarik ulur. Menguras otak. Buang-buang waktu.

"Maafkan saya, Pak. Saya tadi kebelet buang air kecil jadi menitipkan calon istri Bapak ke seorang karyawan. Orang itu adalah teman nona..."

"Rein," ujar Redis cepat.

Rey terang-terangan muji Rein tapi tak hafal namanya. Dasar.

"Rein, nah itu dia."

"Karena kebelet, atau kamu nyangkut akibat kegiatan lain?" tanya Redis sambil memicingkan mata.

Ia tahu banyak hal soal Rey. Orang brengsek yang suka bermain perempuan. Terobos habis.

"Ah..., Pak, saya ini orang yang bertanggung jawab lho. Mana mungkin main nyangkut-nyangkutan segala. Memangnya kain, pakai acara nyangkut di jemuran," ujar Rey sambil terkekeh.

Kalau masuk ke dunia akting, mungkin bakat orang itu bisa lebih berkembang lagi. Sangat natural!

Sampai-sampai Redis hanya menganggukkan kepala setuju.

"Kamu adalah orang kepercayaanku, Mr Reytama. Terlepas dari kita yang berteman sejak SMA sampai sekarang, aku mengangkatmu jadi sekretaris bukan karena kita punya hubungan dekat. Akan tetapi otak pintarmu. Dan... pastikan otak pintar itu tak buat macam-macam. Terlebih berbohong."

Rey meringis. Nada bicara Redis seperti biasa namun terasa menusuk. Ibarat jarum.

Bicara dingin sudah menjadi kebiasaan seorang Redis Sanjaya.

Kalau begini, menelan ludah pun rasanya sulit minta ampun. You know, tercekat.

"Tentu saja Pak, saya bebas dari tuduhan apapun dan akan selalu berada di pihak Bapak."

Dalam hati Rey menggerutu, ngomong apa sih dia?

"Em..., oh, minggu ini aku akan melangsungkan pernikahan. Kamu harus bekerja extra dari biasanya. Pastikan semua jadwalku kosong saat hari-H, paham?"

"Siap Pak!" ujar Rey semangat.

Ah bukan semangat, tapi memang itulah yang harus ia lakukan. Apapun menyangkut soal kantor selalu buat efek berarti untuk Rey. Cukup unik dengan sifat brengsek bercampur rada-rada aneh, orang itu bisa mengatur diri saat berada di situasi penting. Cepat tanggap.

Jadi tegas ya bukan semangat. Change.

"Tenang, gajimu akan ku tambah tiga kali lipat."

Air muka Rey berbinar dengar tambah gaji.

"Tapi kamu harus menjadi panitia dalam acara pernikahan."

Rahang Rey rasanya ingin jatuh. Atasannya tak mungkin baik tanpa maksud tertentu.

"Baik Pak," kata Rey lagi.

Awalnya berbinar, bayangin, tiga kali lipat. Walau kesal, Rey tetap ngiler membayangkan kedermawanan Redis.

"Oh ya, kamu bilang karyawan yang bersama Rein tadi temannya."

"Benar Pak."

Masih semangat 45. Sejak lepas dari hukuman, tambah kenaikan gaji, Rey terlihat seperti anak gadis diajak kencan siswa most wanted sekolah.

Senang bukan main. Ya..., walaupun bercampur kaku sebab takut ketahuan. Itu point penting lain, yang harus dijaga.

"Ck, santai saja. Kemana perginya sifatmu yang suka ceplas-ceplos? Atau mungkin kamu sedang menyembunyikan sesuatu?"

"Eh tidak Dis, kenapa kau negatif thinking. Sebenarnya mau kamu apa sih, aku bersikap formal salah, bersikap baik salah, apalagi pakai 4 D, makin lebih marah. Kamu ingin aku yang bagaimana?"

Saat ini Anda kembali melihat Rey yang biasanya. Seorang yang santai dan tenang. Santuy kayak di pantai.

Aneh dan ceplas-ceplos.

"Sikap bipolarmu membuatku pusing, tapi harus ku akui cukup terhibur. Kalau aku tidak suka, sudah dari dulu aku mendepakmu keluar agar tak menganggu lagi."

Bolehkah Rey merasa tersanjung?

Ah terserahlah. Orang itu merasa lebih baik. Ingat gaji tiga lipat.

Dari yang awalnya takut tak karuan sekarang berubah aman, tentram dan damai.

Hukuman tak jadi woy!

Mana gaji naik.

Sungguh, nikmat Tuhan mana yang Anda dusta-kan?

"Baiklah, ayo kembali ke pembicaraan awal. Cari tahu identitas karyawan teman Rein. Setelah dapat kalian harus menjadi pengiring pengantin. Kalau tidak berhasil, bersiaplah gaji bulan ini hanya 30%."

Gila, itulah yang langsung otak Rey respon. Bagaimana bisa ia bekerja ke orang tak berperasaan seperti Redis?

Sayangnya seperti yang orang itu katakan, walau bagaimanapun sikap Redis, Rey sudah merasa nyaman. Bukan hanya karena mereka berteman dekat, akan tetapi ada ikatan batin tersendiri antara keduanya.

Untuk itu Rey tak mundur walau banyak makan hati. Nasib hidup.

But...

"What! You crazy!? Bagaimana bisa aku dan orang itu jadi pengiring pengantin. Wouh..., kau tidak lihat bagaimana rupanya, sangat tidak menarik."

"Terserah bagaimana wajah perempuan itu. Ingat, harusnya kamu bersyukur karena aku tak jadi menghukummu. Yang jelas sekarang, aku ingin kau dan teman Rein jadi pengiring pengantin. Terserah bagaimana caramu melakukannya, yang jelas aku sudah memutuskan."

Kejam.

Redis adalah jelmaan devil yang turun ke bumi. Iblis yang harusnya Rey musnahkan.

Kalau bisa. Hehehe.

Jujur, Rey mau kok, menghabisi nyawa Redis. Ucapannya selalu bikin sakit hati.

Sampai membakar jiwa.

"Ouh ya baiklah, perintahmu mutlak, bahkan itu untukku."

Redis manggut-manggut.

"Bagus. Oh ya, jangan sampai termakan perkataan sendiri. Barang yang tidak pernah disentuh alat-alat luar, lebih menarik daripada yang murahan. Selain itu, barang yang jarang bersolek, jika di poles akan terlihat sangat tak terduga."

"Ck, perempuan bukan barang, Pak."

"Itu hanya perumpamaan," balas Redis tak mau kalah.

Bahkan sikap keras kepalanya juga tak bisa mentolerir apapun.

"Terserahlah," ujar Rey akhirnya.

Saat ini ia harus memikirkan cara membuat karyawan merepotkan tersebut ikut permainannya. Hello, dengan kedudukan orang itu yang sebagai teman Rein, suatu saat nanti pasti bisa merepotkan kapanpun.

Semua seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

***

"Hey kamu."

Meri pikir, ia hanya peran pembantu yang tak akan muncul lagi, atau setidaknya jaranglah. Eh saat ingin pulang, kenapa si orang mesum malah menghampirinya?

Akankah ada hal buruk yang terjadi antara kedua orang tersebut...?

Lihat dan pastikan sendiri.

Rey menyeringai melihat wajah shock karyawan tak berkelas di hadapannya.

***

Halo Kakak-kakak semua. Ayo dong follow Ig rinia_raein23. Biar kita dekat. Tapi aku jarang aktif sih, habis sibuk nulis dan kegiatan lain. Hehehe, jatuhnya udah bujuk rayu nih. Kepengen punya komunitas gitu. Diskusi soal bahan cerita yang disukai orang-orang. Nanti di follow back kok. Hehehe. Ya Tuhan. Izin cuap-cuap author dulu ya. Intermezzo sebentar. Raein23 masih belajar lho. Harap kritik dan saran yang membangun. Kalian bantu supaya aku lebih baik kedepan, bukan kritik pedas yang buat sakit hati. Malah aku senang. Kalau dikritik, aku jadi tahu kesalahannya dimana. Terima kasih sudah berkunjung. Hehehe. Salam hangat dari Raein23. I love you more!

*****