webnovel

Bara

Apa yang terjadi jika hidupmu berubah dalam semalam. Setidaknya itulah yang dirasakan bara. Ingatan terakhirnya adalah dia sedang dikejar debt collector dan salah satu dari mereka menusuknya hingga dia merasa jika ajalnya sudah dekat. Tapi yang terjadi selanjutnya begitu mengejutkannya. **** Terima kasih buat yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini. Jangan lupa untuk menambahkannya ke dalam koleksi dan berikan dukungan kalian dengan memberikan vote, review dan komentarnya. Terima kasih.. ^^ ---- Lanjutan side story tentang Ben bisa dibaca di https://www.webnovel.com/book/off-the-record-ben's-untold-story_22960375506464905

pearl_amethys · Realistis
Peringkat tidak cukup
702 Chs

Into the storm

Bara tiba di kantor lebih cepat dari biasanya. Bara berjalan keluar dari tempat parkir mobil sambil memperhatikan sekelilingnya untuk memastikan tidak ada rekan kantor yang melihatnya turun dari mobil mewah yang saat ini sedang terparkir di basement gedung tersebut.

Begitu akan tiba di lobi gedung, Bara tidak sengaja memandang ke arah pintu masuk pejalan kaki. Samar-samar Bara melihat Raya sedang bersama seorang pria di trotoar dekat pintu masuk. Pria tersebut sedang duduk di motornya dan Raya di sebelahnya memberikan helm yang digunakannya kepada pria tersebut. Bara buru-buru mengalihkan pandangannya dan berjalan masuk kedalam gedung.

Dari penampilan pria yang sedang bersama Raya, Bara menebak pria tersebut adalah kekasih Raya. Untuk memastikan praduganya, Bara sengaja menunggu Raya di dekat lift. Berulang kali Bara mengintip ke arah pintu masuk untuk melihat apakah Raya sudah masuk ke dalam gedung atau belum. Setelah hampir sepuluh menit menunggu, Bara akhirnya melihat Raya memasuki gedung.

"Pagi, Mbak." Bara segera menghampiri dan menyapa Raya begitu Raya tiba di depan lift.

Raya terdiam dan tidak merespon sapaan Bara. Bara kemudian menepuk bahu Raya pelan.

"Eh Ranu," Raya menoleh kaget melihat Bara ada di sebelahnya.

"Masih pagi udah bengong aja, Mbak," Bara mencoba untuk berbasa-basi.

"Lagi bete," sahut Raya.

"Abis diantar pacar kok bete gitu Mbak?"

"Pacar siapa?"

"Tadi saya lihat Mbak Raya diantar cowok."

"Oh itu."

Raya tidak melanjutkan ucapannya. Bara menjadi semakin penasaran dengan jawaban Raya. Akan tetapi Bara tidak berani bertanya lebih lanjut karena sepertinya suasana hati Raya sedang tidak baik. Lift di depan mereka terbuka, Bara dan Raya segera masuk kedalam lift tersebut.

Selama berada di dalam lift Bara terus memperhatikan wajah Raya yang sedang cemberut. Sedangkan Raya seperti orang yang sedang memasang pagar pembatas dengan sekitarnya, Raya tidak mempedulikan sekitarnya termasuk Bara yang berdiri disebelahnya.

"Udah sampai mbak," Bara menepuk bahu Raya.

Raya gelagalapan dan menoleh pada Bara kemudian melangkah keluar dari lift. Bara mengikuti di belakangnya.

***

"Woi, Ran! Cepetan sini," Arga langsung berteriak pada Bara ketika Bara tiba di pantry.

"Cepetan taruh tas lu. Bos besar mau datang, kita disuruh cepat-cepat nyiapin ruang meeting," Arga melanjutkan.

"Bos besar?" tanya Bara sambil menghampiri Arga.

"Pak Haryo, udah ayo cepetan!"

"Hah!" Bara terkejut mendengar nama Pak Haryo. Lebih terkejut lagi karena Pak Haryo tidak memberi tahu apa pun padanya bahwa ia akan datang ke kantor.

"Udah kagetnya nanti aja, sekarang cepetan," sergah Arga.

"Iya, Bang." Bara bergegas menyimpan tasnya dan mengikuti Arga ke ruang rapat.

Setibanya di ruang rapat, Bara dan Arga segera menyiapkan keperluan di ruang rapat. Mereka selesai menyiapkan ruang rapat bertepatan dengan beberapa orang petinggi perusahaan yang mulai memasuki ruang rapat. Mereka semua berbicara dengan serius sampai tidak menghiraukan kehadiran Bara dan Arga. Bara dan Arga segera keluar dari ruangan rapat setelah memastikan kembali semua persiapan yang mereka lakukan sudah tidak ada masalah.

"Duluan aja, Bang," ucap Bara ketika dirinya dan Arga sudah ada diluar ruang rapat.

"Mau kemana lu?" Arga balik bertanya pada Bara.

"Mau setoran dulu Bang," jawab Bara sambil terkekeh dan mengelus-elus perutnya.

"Oh, yaudah gih buruan. Nanti keburu cepirit lagi lu."

"Gue duluan ya, Bang."

Bara bergegas lari ke arah toilet dan Arga berjalan kembali menuju pantry.

***

Begitu tiba di toilet, Bara langsung masuk ke dalam bilik toilet yang berada di pojok. Bara menutup penutup wc dan duduk di atasnya. Bara kemudian segera menghubungi Kimmy untuk memastikan perihal kedatangan Pak Haryo hari ini ke kantor. .

"Halo, Kim. Eyang mau ke kantor?" Bara langsung bertanya pada Kimmy begitu Kimmy menjawab telponnya.

Kimmy segera menjelaskan maksud kedatangan Pak Haryo hari ini ke kantor adalah untuk memberikan penjelasan tentang berita simpang siur perihal cucunya yang sudah kembali. Meskipun beberapa waktu lalu berita tentang cucu Pak Haryo sempat muncul di media, akan tetapi Pak Haryo belum memberikan penjelasan apa pun. Para petinggi di perusahaan meminta Pak Haryo untuk menjelaskan tentang berita tersebut.

"Terus kalau mereka udah tahu tentang gue, penyamaran gue disini gimana?" Bara kembali bertanya.

Kimmy kembali menjelaskan bahwa Pak Haryo hanya akan menjelaskan perihal cucunya yang telah kembali. Tetapi tidak akan memberitahukan bahwa Bara sebenarnya sudah bekerja di perusahaan.

"Tapi Kimmy, gimana kalau ternyata nanti ada yang mulai mencari tahu?" Bara merasa belum siap jika ada orang lain yang mengetahui identitasnya yang sebenarnya.

Damar berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk merapikan penampilannya. Secara tidak sengaja Damar mencuri dengar percakapan seseorang dari dalam salah satu bilik kamar mandi. Sayup-sayup Damar mendengar orang tersebut menyebut nama Kimmy.

Damar yang tadinya tidak terlalu mempedulikan percakapan tersebut, mendadak teringat dengan penyelidikan yang sedang dia lakukan saat ini. Perlahan Damar masuk ke dalam bilik yang berada disebelahnya dan mendengarkan percakapan orang tersebut.

Kimmy berusaha meyakinkan Bara bahwa identitasnya di perusahaan akan aman dan tidak akan ada yang mengetahuinya. Bara dan Kimmy terus berdebat di telpon. Bara yang kesal karena Kimmy terus saja ngotot bahwa identitas Bara di perusahaan akan aman, akhirnya memutus sambungan telponnya dengan Kimmy.

Bara keluar dari dalam bilik kamar mandi sambil membanting pintu bilik tersebut. Bara sudah tidak memperhatikan sekelilingnya dan bergegas keluar dari dalam kamar mandi. Sementara itu Damar berdiam diri sambil mencerna percakapan yang baru saja dia dengar.

"Apa mungkin yang barusan itu Bara?" pikir Damar.

Damar bergegas keluar begitu mendengar pintu kamar mandi ditutup. Damar ingin melihat sosok yang kemungkinan adalah sepupunya yang telah kembali. Damar membuka pintu kamar mandi dan mengintip perlahan. Dari balik pintu, Damar melihat sosok pria muda berseragam Office Boy berjalan di lorong.

"Ranu?" Damar terkejut melihat siluet wajah pria muda tersebut ketika berbelok di ujung lorong. Office boy yang belum lama ini berkenalan dengannya.

***

Sebuah mobil Rolls-Royce Phantom berwarna hitam memasuki pelataran gedung kantor pusat MG Group. Mobil tersebut berhenti tepat di lobi menara utara. Kimmy mematikan ponselnya dan menghela napas. Baru kali ini dia dan Bara berdebat cukup sengit di telpon. Bara tidak mengetahui jika Kimmy bersama dengan Pak Haryo sedang menuju ke kantor.

"Bara marah sama kamu?" tanya Pak Haryo yang berada di sebelah Kimmy.

Kimmy hanya mengangkat bahu menjawab pertanyaan Pak Haryo. Kimmy beralih menatap Pak Haryo.

"Eyang yakin mau melakukan ini?" tanya Kimmy yang nampak khawatir dengan keputusan yang sudah dibuat Pak Haryo.

"k8amu percaya saja sama Eyang. Eyang sudah pastikan penyamaran Bara di perusahaan tidak akan ketahuan," ujar Pak Haryo sambil menggenggam lembut tangan Kimmy.

Kimmy menatap Pak Haryo. Kimmy percaya apa pun keputusan yang dibuat Pak Haryo, pastilah Pak Haryo sudah memikirkan segala kemungkinannya dengan baik.

"Nah sudah sampai." Pak Haryo menepuk punggung tangan Kimmy kemudian beranjak keluar dari dalam mobil. Kimmy menyusul di belakangnya. Mereka segera menuju ke kantor pusat MG Group yang berada di lantai 30.

-----

Semua mata tertuju pada Pak Haryo begitu dirinya tiba di kantor pusat MG Group. Pak Haryo disambut beberapa Direktur perusahaan yang sudah menunggunya. Pak Haryo bercengkrama dengan para Direktur yang menyambutnya sambil berjalan menuju ruang rapat.

Kimmy berjalan di belakang Pak Haryo. Ia berjalan sambil celingukan mencari sosok Bara. Kimmy kemudian melihat sosok Bara yang sedang berada di dekat mesin fotokopi. Pandangan mereka beradu. Kimmy mencoba tersenyum simpul pada Bara. Akan tetapi Bara tidak menghiraukannya dan berbalik memunggungi Kimmy. Baru kali ini dia lihat Bara sekesal itu.

Rapat siang tadi berjalan sesuai dengan prediksi Pak Haryo. Setelah Pak Haryo menjelaskan tentang kebenaran kabar bahwa dia telah menemukan cucunya yang hilang beberapa tahun lalu. Ada beberapa orang yang kelihatan tidak suka ketika Pak Haryo mengungkapkan bahwa semua aset dan saham peninggalan orang tua bara akan segera diubah kepemilikannya menjadi atas nama Bara dan begitu pun dengan aset dan saham milik Pak Haryo.

Jika terjadi sesuatu pada Pak Haryo maka semuanya akan diwariskan kepada Bara. Pak ha6ryo juga menegaskan jika terjadi sesuatu pada Bara, maka seluruh aset miliknya dan milik orang tua bara akan disumbangkan ke yayasan amal. Hal ini tentu membuat sebagian orang merasa gerah. Karena secara tidak langsung Pak Haryo memberitahukan bahwa Bara memegang hampir sebagian besar saham perusahaan.

***

Seusai rapat, Pak Angga dan Pak Bima meminta Damar untuk menemui mereka di ruang kerja Pak Angga. Begitu Damar tiba sepertinya mereka berdua sedang berdiskusi tentang rapat tadi siang. Pak Angga terlihat meradang dengan keputusan yang dibuat Pak Haryo. Damar hanya mendengarkan Papa dan Kakeknya berdiskusi, sementara pikirannya terus memikirkan sosok yang kemungkinan besar adalah Bara.

"Bagaimana hasil penyelidikan kamu?" Pak Bima tiba-tiba bertanya pada Damar. Damar diam tidak menjawab.

"Damar!" Pak Bima memanggil nama Damar begitu menyadari perhatian Damar sepertinya tertuju pada hal lain.

"Iya Pa," sahut Damar gelagapan mendengar namanya dipanggil.

"Papa tanya, bagaimana penyelidikan kamu?" Pak Bima bertanya sekali lagi pada Damar.

"Masih saya selidiki, Pa." hanya jawaban itu yang Damar berikan.

Damar sempat berpikir untuk memberi tahu Papa dan Kakeknya tentang pembicaraan yang tadi siang sempat dia curi dengar di dalam kamar mandi. Namun melihat reaksi Ayah dan Kakeknya tentang rapat tadi siang membuat Damar mengurungkan niatnya.

Damar tidak ingin informasi yang dia berikan nantinya akan disalahgunakan. Damar juga ingin memastikan siapa Ranu sebenarnya. Apakah benar Ranu adalah Bara, sepupunya yang telah lama hilang. Sebelum dia berhasil membuktikannya, Damar tidak ingin Papa atau Kakeknya mengetahuinya terlebih dahulu.

***

Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis Bara.

Karya asli hanya tersedia di Platform Webnovel.