"Will you never change?"
[ANGELIC DEVIL: The Crown]
Pagi itu, rasa penasaran Apo akhirnya terjawab. Paing ternyata mau diajak mandi bersama. Berendam dalam satu bath-up, padahal dulu Apo berpikir itu mustahil. Sang Alpha bahkan memangkunya dari belakang. Mendekapnya. Sesekali membelai baby bump pada perutnya juga. Ugh .... Dia mendengarkan curhat Apo soal kalung baby triplets, tapi rencana itu ternyata kalah cepat dengan sang mate.
"Apa? Serius, Phi?" tanya Apo. "Benar-benar ada buat mereka?"
Paing mengangguk. "Tentu, dulu aku pesan bersamaan kalungmu, tapi Phi memang belum berikan," katanya. "Masih kusimpan dalam lemari."
Kenapa? Sebelumnya mungkin Apo bertanya begitu, tapi sekarang memahami watak sang Alpha. Apo pun berpikir sejenak, lalu melontarkan hal yang lebih spesifik. "Phi, sebenarnya ada berapa rahasia lagi yang kau sembunyikan?" tanya Apo. Dia berbalik sehingga air bergoyang, lalu menuang shampoo untung sang Alpha.
"Rahasia?"
"Mn, hm. Seperti kalung dan lain-lain," kata Apo sambil membalurkannya ke rambut Paing. Omega itu tampak menikmati kegiatannya, sangat santai. Tak peduli dipandangi di sana-sini. "Soalnya tiap mau salah paham ... aku justru penasaran ...."
Alis Paing pun naik sebelah. ".... seperti?"
"Ya ... apa lagi yang Phi lakukan untukku, yaaa ...." kata Apo, yang tiap harinya menjadi pribadi jujur. "Kadang kesal loh ... ugh ... Aku takut terlanjur marah pada Phi, tapi malah banyak kejutan ...." keluhnya. Padahal dulu ego Apo sangat tinggi, tapi karakter Paing yang lebih kokoh sanggup merubahnya seperti itu.
"Hhhh ...."
Mendengar suara kekehan Paing, Apo pun langsung mengeluh. "Ah ... jangan tertawa ...." katanya. "Seriusan, tahu Phi. Aku takut menyesal kalau sampai membencimu. Apalagi kutunggu juga tak berubah."
"...."
"Phi tidak mau mengalah denganku, kah?" tanya Apo sambil mencoret busa ke pipi sang mate. "Katanya cinta, kan? Tapi jarang ngomong apa-apa langsung. I mean .... why? Aku kadang malu sendiri sama Phi."
Paing justru menyeringai tipis. "No," tegasnya. "Tidak akan."
"Sungguhan?"
"Tentu."
"Ah ...."
"Bukankah semakin bagus?" kata Paing. "Dengan mengenal, kau takkan curiga lagi padaku. Menahan diri, atau khawatir ada sesuatu kalau kita jauh ...."
DEG
Apo pun langsung terdiam. Paing seolah menyindir topik Mile ketika dinas. Dan senyum itu seperti menunjukkan deklarasi 'akulah pemenangnya.' di sini--OH SHIT! BENAR-BENAR SETAN YANG LICIK! Tapi Apo tidak membantah. Malahan akhirnya berpasrah saja. "Umm ...." gumamnya jengkel. Omega itu pun membilasi rambut sang mate. Sangat telaten, padahal rasanya ingin menggampar saja. "Iya, tahu ... Phi memang seorang Alpha--punyaku. Dan aku adalah "si Omega" diantara kita. Ya ampun ... pasti kuusahakan tidak sering membangkang, puas? Aku tidak mau mengulangi yang dulu-dulu ...."
"Hhhh ...."
"Phi harusnya tidak sesombong itu ...." gumam Apo yang terdengar kurang terima. Muka Omega itu dihiasi oleh kesedihan. Sebab jiwa penakluk-nya haus pengakuan pasangan.
"Oke, oke. Memang ada. Tapi tergantung situasi juga," kata Paing. "Sebenarnya Phi pulang karena besok ulang tahunmu. So, beruntung tadi malam aku sudah bisa bangun. Hhhh ... how was that? Senang?"
DEG
"Hah?" kaget Apo.
"Lupa?"
Suasana tempat itu seketika sunyi. Apo sendiri segera menghitung tanggal. Agak bingung, tapi kemudian berdebar kencang. "A-Ah ... iya, ya. Jadi, umn ... nanti malam sudah 24 Februari?" katanya malu.
"Benar."
"K-Kukira masih belasan," kata Apo lagi. "... perasaan kapan hari masih valentine--mn ... mungkin pikiranku terlalu ribut untuk memikirkan hal seperti itu. Ha ha ha ha ha ...." tawanya hambar. Apo pun melepaskan selang washer dari rambut Paing. Sangat menyesal. Sebab hadiah besok malah ada spoiler-nya.
Aku benar-benar bingung dengan diriku sendiri, Batin Apo. Lalu menatap mata sang Alpha.
"Kenapa?"
"Jadi, apa akan ada pesta-pesta?" tanya Apo.
Paing justru menantang dirinya. "Yakin mau Phi jawab sekarang?"
DEG
"Ah ...."
"Atau biarkan jadi misteri? Phi tak masalah kok asal kau suka," kata Paing. Makin gemas saja dengan Omega yang hamil ini. Dia paham Apo dalam fase-fase tantrum, maka ikuti saja apa kemauannya.
"Phiii ... dasar kau benar-benar menyebalkan!" kata Apo. Lalu mundur untuk menciprati sang kekasih.
Splasshh! Splaassshh! Splasshh!
"Hei--! Ya Tuhan---"
"HA HA HA HA HA! RASAKAN!"
Splasshh! Splaassshh! Splasshh!
"Apo--?! Ini banjir! Apo!"
"HA HA HA HA HA HA HA! TAK PEDULI! PHI POKOKNYA PANTAS MENDAPATKANNYA! WLEEE~!"
Splasshh! Splaassshh! Splasshh!
Akhirnya, Paing pun bertahan dengan sisi kekanakan Apo. Dia membiarkan sang Omega bertingkah semaunya. Mengikuti mood. Bahkan habis mandi menggodanya di depan lemari baju.
"HA HA HA HA HA! Tidak boleh! Ini semua punyakuuuu!" kata Apo jahil. Dia merebut baju ganti Paing. Melemparnya, dan yang baru pun berakhir sama.
"Apo--?! Semuanya jadi berantakan--"
"Tidak peduli! Aku benci warna yang tadi! Jelek! Phi jangan memakainya untuk hari ini!" kata Apo. Lalu menggeser Paing untuk memilihkan sesuka hati. Namun, percayalah. Yang dilakukan Apo layak disebut membuang baju. Tatanan rapi diodel-odel begitu saja. Lipatan presisi pun asal ditarik. Mulai dari kemeja, kaos ... bahkan celana dalam sekalipun--astaga! Lubangnya saja dipakai gelang! "HA HA HA HA! Lihat? Bagus tidak? Ini bisa jadi fashion baru! Harusnya para desainer sekarang melihat aku--"
Oke? Tapi lama-lama kesabaran Paing bisa habis juga. Dia tidak tahan dengan tingkah laku Apo. Menariknya. Lalu membalik tubuhnya agar berhadapan dengan lemari.
Brakhhh!
"Aagghh!" cicit Apo. Omega gila itu pun didempet Paing. Diremas pergelangannya, lalu bathrobe bawahnya disingsing naik.
DEG
"Diam sebentar, Apo. Berhenti nakal dan jangan melawan--hhhh ...."
"P-Phi? Mau apa?" tanya Apo. Seketika panik karena pantatnya diremas lembut.
"Menurutmu?" bisik Paing yang menggigit telinganya dari belakang. "Aku tidak boleh berpakaian berkali-kali. Jadi kenapa pelakunya tidak kuhukum?"
"---eeeh?"
Paing pun menguarkan aroma mawarnya ke sekeliling ruangan. Dia membuat Apo memanas. Langsung merah. Sebab tangan itu meraba penisnya dengan remasan.
"Hrrmmhhh ...." geram Apo. Dia pun terpejam sambil menggenggam tuas lemari. Merasa nikmat. Apalagi jari Paing menerobos langsung liang basahnya. "Ahhh ... Phiii ...." Omega itu tidak lupa melindungi perutnya dengan pelukan. Semua agar tidak tergencet selama Paing melonggarkannya--
.... tapi cepat. Prosesi itu tak selama dahulu. Agak tergesa. Bahkan Paing langsung menaikkan satu kaki Apo untuk masuk ke dalam.
PLAKHHH!
"AHHHHHHHH!" jerit Apo yang langsung terlonjak. Dia mendongak dengan sendi yang gemetar. Agak kaget. Sebab gerakan Paing membuat lututnya membentur pintu beberapa kali. "Ahhh! Mnnhh ... Phii-!! Nnhh ...." desahnya.
Napas Paing sendiri sangat berisik. Alpha itu kentara memaksa diri. Tapi dia masih mampu maju mundur untuk memuaskan Apo Nattawin. Lelaki itu meraba dada sang Omega dengan remasan. Merogoh dalamnya. Lalu memuntir putingnya sesuka hati.
"Akkhhh--!!"
"Hhh ... hhhh ... hhhh ...."
PLAKHHHHHHHH!!
"Mmmmhhh .... nnh ...." keluh Apo saat dihunjam semakin dalam. Dia berkedip-kedip karena guncangan tubuh mereka. Agak kebas. Sebab empat baby butuh tenaga ekstra jika berdiri cuma dengan satu kaki. "Hhh ... hhh ...." desahnya tertahan napas.
Apo pun malu merasakan lelehan pada pahanya. Turun perlahan. Bahkan ada juga yang menetes-netes ke lantai. Ah, ya ampun ... sejak kapan cairan Omega-ku keluar sebanyak itu? Pikirnya. Lalu dibalik lagi agar Paing bisa menciumnya.
Brakh!
"Ah--umnhhh ...." lenguh Apo. Kali ini Paing mengangkat dua kakinya ke pinggang. Tergesa-gesa. Sementara Apo refleks memeluk lehernya erat. "Ugh---" Omega itu melayani gulatan lidah sang mate. Balas mendorong, bahkan setelah itu matanya berkaca-kaca. "Phi, nnh ... mm, apa ini tidak apa-apa?" tanyanya. "M-Maksudku, Phi kan belum sembuh. Sumpah aku tadi tidak bermaksud---mmnhhh ...."
"Sshh ...." Paing justru menguasai mulut Apo kesekian kali. Alpha itu kelihatan sama stress-nya. Agak kesal. Sebab perut Apo menyulitkan pergerakannya terus menerus. "Oh, shit--" makinya, sebelum menarik Apo ke sofa tunggal. Dia tidak sabar menunggu ke ranjang dulu, padahal jaraknya dekat sekali.
Brugh!
"...!!!"
Apo pun merasa sedikit mual saat dibanting. Dia juga meringis karena diatur duduk. Apalagi setelah dua kakinya diangkat naik. Anehnya, Omega itu tidak bilang apa-apa. Dia hanya meremas punggung sofa seerat mungkin. Menerima Paing, walau sesekali merintih karena hentakan di dalam sana.
Plakh! Plakh! Plakh! Plakh! Plakh!
"Nghh ...."
"Sakit tidak?" tanya Paing di sela-sela persetubuhan mereka.
Apo pun menggeleng pelan. "Ahh! Um, tidak kok--" Dia hanya sedikit terganggu, sebab nikmatnya lebih besar daripada nyeri yang merambat ke atas pinggul. "Mmh, Phi--l-lebih cepat!" pintanya sebelum menggigit bibir.
Paing pun menarik bathrobe Apo agar perutnya terbebas. Alpha itu melempar talinya. Kemudian mereka saling berpandangan.
Mungkin, tidak ada yang menyangka seks ini akan terjadi. Namun, Paing dan Apo sama-sama santai saja. Menganggap wajar. Apalagi Apo saat melihat mate-nya klimaks. "Haahhh! Apo---!" desis Paing hingga terdongak sejenak. Otot-otot lehernya juga terlihat. Sementara Apo menjilat bibir karena merasakan kehangatan cairannya masuk.
"Hhh ...." desah Apo sambil mengocok penisnya sendiri. Dia pun ikutan muncrat sama banyaknya. Ikutan puas. Padahal keintiman mereka singkat sekali.
"Hhh ... hhh ... hhh ...."
Paing pun mengeluarkan penisnya setelah itu. Batang perkasanya hanya bisa dilihat Apo sebentar. Langsung tertutup bathrobe, tapi itu sudah membuatnya merona semakin pekat.
"Phi, are you okay?" tanya Apo, khawatir. Omega itu segera mengatur napas. Masih terkejut, padahal kalau ditanya lanjut dia jelas masih sanggup.
"Yeah, ya ... aku baik," kata Paing. Lalu berlutut memeluk Apo. "Hhhh ... hhh ... sekarang bisa kemari sebentar? I need you," bisiknya, yang membuat Apo segera datang. Dia pun mendekap Paing perlahan. Mengesunnya. Lalu mereka saling menenangkan. "Ha ha ha ha ha, sorry. Sementara Phi belum kuat lama-lama." Dia bilang, padahal Apo tidak masalah. "Lain kali, oke? Maaf juga kalau tadi menyakitimu ...."
Apo pun segera menggeleng keras. "Umn, no ... no ... it's okay. I'm okay, Phi. Tidak perlu terlalu memikirkannya."
"Ha ha ha ...."
"Tadi kan juga gara-gara aku," tegas Apo. "So, stay safe. Habis ini tidur saja yang banyak. Kutemani. Lagipula sekarang libur."
"Really?" tanya Paing.
"Yea, why not?" kata Apo. Lalu tertawa saat melirik jam dinding. "Ha ha ha ha ha ... lagipula, aku jadi tahu seks 10 menit itu enak juga--aduh!" keluhnya ketika bagian pantat dicubit. "Sssssh ... ahh! Phiii!"
Namun, Paing menolak meminta maaf. Dia sepertinya sangat-sangat jengkel. Mungkin karena ini seks tersingkat yang pernah dilakukan selama hidup. "Enak?"
"Iya, sakit tahu!" kata Apo. Tapi pelukannya tidak mengendur. "Terutama bagian masuknya--ya ampun ... Phi tahu tidak tadi aku ingin berteriak--aduh! Assshh ... shhh .... hhh ...."
"Awas saja kalau Phi sudah sembuh," ancam Paing pada cubitan kedua.
"Oke! Lagipula itu masih sangat lama," tantang Apo balik. "Aku kan harus melahirkan dulu. Terus lokia beberapa bulan. Jadi ayo-ayo saja. Ha ha ha ha ha!" tawanya malah kesenangan.
Paing pun menghela napas panjang . Makin kesal. Lalu menghukum Apo dengan ciuman bertubi-tubi.
"AAAAAA! STOP--mmnhh! Phi Paiiing!" jerit Apo tanpa disadarinya. Omega itu pun kelabakan beberapa kali. Untung kegiatan mereka dihentikan oleh ketukan di balik pintu.
Tok! Tok! Tok!
"Halo, Tuan Natta ... apakah Anda di dalam?" tanya seorang pelayan. Suaranya terdengar lewat interkom pintu. Sementara Apo langsung dilepaskan Paing.
"Ahh--m-mn ... ya? Aku ada kok ... ada! Tadi baru saja bangun! Kenapa? Sarapannya sudah siap kah? Hhhh ... hhh ...." sahutnya sembari menahan sengal.
"Baik, anu ...." kata si pelayan ragu. ".... saya hanya mengabarkan kalau Keluarga Romsaithong perjalanan kemari, Tuan. Katanya mereka akan bertamu."
DEG
"Apa?"
"Ayah mertua Anda barusan menelpon. Jadi ... mungkin sampainya 20 menit lagi? Kami pasti bantu jika Anda butuh sesuatu ...."
***