webnovel

S2-56 HEALING TOGETHER

".... bukan untuk merusakmu untuk kedua kali ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

Begitu dekat rumah, Apo menyangka Paing masih di kafe. Bagaimana pun jarak HER termasuk jauh, tapi ajaibnya mobil Paing berpapasan dengannya di gerbang. Apa? Kenapa cepat sekali?

BRRRRRRRRRMMMM!

Apo pun refleks melaju lebih dahulu, uring-uringan. Lalu keluar dengan langkah tidak terhenti.

BRAKH!

"Apo ...." panggil Paing dari belakang. Usai menutup mobil dia menyusul tanpa terburu, tapi langkahnya lebar-lebar untuk mengimbangi Apo Nattawin.

"Pergi! Aku tidak mau ketemu Phi!" kata Apo yang tantrum seperti bocah. Mulai masuk hingga naik tangga, ekornya tak bisa ditangkap sama sekali.

"Apo, hei, kenapa ....?" tanya Paing yang tetap mengejar. "Phi minta maaf kalau ada yang masih keliru. Apo ... bisa kita bicara sebentar?"

BRAKH!

"Ugh! Tidak mau!" Apo bahkan mengunci Paing di balik kamarnya sendiri. Omega itu sadar setelah masuk ke dalam. Lalu menatap pintu dengan dada tersengal kesal. "Phi itu sangat menyebalkan, tahu tidak? Fuck! Brengsek!" makinya dengan wajah merah pekat. "Aku pokoknya marah padamu!"

DEG

Hah? Pikir Paing di balik pintu. Dia heran sang Omega menguarkan mood yang tidak bagus, dan dia tahu lewat hubungan scenting mereka. Kenapa tiba-tiba sekali? Perasaan seharian baik-baik saja.

"Apo, es tut mir wirklich leid," kata Paing dalam Bahasa Jerman. Dia menebak sang Omega senang diajak berdialog seperti ini. Karena Apo pernah bilang Jerman tanah kelahirannya sebelum diboyong pindah ke Bangkok. "Kalau Phi bikin salah, bilang langsung saja tidak masalah. Nanti biar tahu harus bagaimana."

(*) Bahasa Jerman: "Apo, Phi serius meminta maaf."

Masalahnya, Paing itu tidak salah apa-apa. Apo hanya kesal karena sulit mengendalikan diri. Apalagi Paing betah menghabiskan waktu dengan rekan-rekannya.

"UGH, TERSERAH!" teriak Apo makin keras. "Pokoknya aku tidak jadi ikut! Phi pergi saja ke gala sama mereka. Sana!"

DEG

"Apo ...."

"Kan Phi sudah punya banyak teman. Aku ini tidak penting-penting amat kok. Jadi kenapa mengundang segala? Toh akhirnya begini juga!"

Paing pun menghela napas panjang. Dia meletakkan masker, topi, tas eiger, dan kontak mobil ke meja dahulu. Baru mencoba mendekat sekali lagi. "Oke, fine. Tak masalah kalau tidak mau ikut," katanya. "Lebih baik tanggal gala-nya diganti saja. Mumpung acaranya belum terlanjur."

"Eh?" Emosi Apo pun mendingin secepat angin.

"Toh masih tiga jam dari sekarang ...." kata Paing sambil mengecek arloji ulang. "Oh, bukan. Mungkin 2 jam 40 menit lagi. Tapi tamu-tamunya pasti mengerti."

Apo pun terdiam lama. Dia berusaha memenangkan emosi. Lalu memikirkan maksud kalimat barusan. "T-Tunggu, Phi. Kenapa seperti itu?" tanyanya. "Maksudku, gala-nya--"

Mendadak tenggorokan Apo serasa tercekat kuat. Dia ingat Paing sempat menanyakan hari pernikahan Mile, atau apakah Apo akan menghadirinya. Terus kenapa gala ini jadi bersamaan? Jangan bilang ....

CKLEK!

"Phi ... umn, kau tidak melakukan hal yang aku pikirkan, kan?" tanya Apo sembari membuka pintu. Sayang Omega itu tetaplah pelit. Sehingga hanya separuh wajahnya yang mengintip perlahan-lahan.

"Memang apa yang kulakukan?" tanya Paing, lalu mendengus tersenyum. "Lari ke sini tetapi malahan dimaki-maki? Phi benar-benar kaget sekali."

Damn! Apo yakin tanggalnya sungguhan disesuaikan. Tapi kenapa dia malah seperti ini? Ya ampun rasanya sangat memalukan ....

Apo pun membuka pintu semakin lebar. Dia menatap Paing gelisah, lalu menabrak peluk begitu saja.

Brugh!

"Hei ...."

"Sudahlah! Phi diam saja tak bisa ya?" kata Apo kesal. Omega itu sengaja mengeratkan pelukan agar Paing tidak melihat ekspresi wajahnya. Lalu mengomel-ngomel sepuas hati. "Aku itu kangen sekali, tahu! Phi kenapa tidak pernah bilang apapun? Tadi Jeff membahas soal orang-orang yang menjagaku, tapi Phi sendiri menghilang sehari penuh ...."

...

....

"Oh, itu ... ha ha ha," tawa Paing yang langsung paham. "Iya, kan bisanya memang hanya hari ini. Besok waktunya aku menilik para aktor produksi. Ada penutupan movie maker bersama-sama. Ketemu produser dan lain-lain. Terus ikutan after party sebentar--"

"Oke, tapi harus ya pulang sampai waktunya mepet sekali?" sela Apo. Lalu melepaskan pelukan. "Phi pergi sejak tadi pagi loh. Terus bilang belum makan tapi ketemu mereka di kafe? Shit, mengerikan tahu kalau aku sampai semangat sendiri!" tegasnya dengan tatapan berapi-api.

Diam-diam, Paing pun lega melihat pemandangan di depan matanya. Dia penasaran apa Apo dulu juga selucu ini. Terutama saat bersama suaminya. "Tidak, tidak ... aku di sini juga menantikannya."

Saat digandeng pun, Apo sendiri ikut-ikut saja. "Serius?"

"Hmm ...."

"Tapi Phi kan cuma mengabulkan permintaan Oma," bantah Apo. "Lain kali bikin genre yang sungguhan favorit Phi saja. Kan nontonnya jadi antusias."

"Ha ha ha ha ha ...." tawa Paing lepas sekali.

"Hei, apa omonganku ada yang salah? Itu bagus lagian Phi sudah terlanjur terjun. Kenapa tidak sekalian saja?"

Apo pun terhenti saat Paing masuk ke kamar mandi. Alpha itu berbalik dengan senyum jahilnya, lalu menoyor kening sang Omega di depan pintu. "Kalau untuk nonton kan tinggal pilih di bioskop saja ...."

"Ah! Phi!"

".... kenapa harus membuat film sendiri dulu? Lagipula percobaan yang pertama pun belum tampak suksesnya."

"Eh?"

"Apa?" Senyum jahil Paing kini berubah menjadi seringai. Alpha itu mungkin akan menoyornya sekali lagi, tapi entah kenapa Apo ingin lebih masokis.

"Anu, kalau Phi masuk boleh kan aku ikutan mandi?" Percayalah, jantung Apo sudah loncat-loncat sebelum selesai bicara, tapi dia menikmati detik-detik bertatapan dengan kekasihnya ini.

".... tidak," jawab Paing yang juga tidak melepas matanya sama sekali.

"Ah, sungguhan?" tanya Apo yang berusaha sesantai mungkin. "Tapi Phi rugi kalau menolakku terus menerus--hmm ... apa Phi tidak pernah berpikir seperti itu? Terus ini syarat biar marahku hilang 100%."

Paing pun terkekeh karena kepercayaan diri Apo Nattawin. Dia heran dengan betapa jujur Omega itu menginginkannya, tapi masih tak ingin berhenti untuk menguji.

"Kau sendiri apa sudah tidak takut padaku?"

DEG

"Hah?"

Paing pun mendengus tersenyum. "Apo, mungkin kau lupa atau entah bagaimana ... tapi hari pertamamu datang itu benar-benar kelihatan takut," katanya. "Kau juga dapat gejala trauma, berhalusinasi ... bahkan berteriak padaku dengan menyebut namanya."

DEG

Seketika, Apo pun menyadari sesuatu. "Jangan-jangan yang Phi maksud sebelum kita berangkat ke Oslo ...."

BRAKKKHHH!

"NO! PERGIIIIII!!"

PRANGGG!!!

"OEEEEEEEEEEEEE!!!"

BRAKHHHHH!

"APO! Hei, Apo!"

PRANGG! PRANG!! PRANGG!!

"TIDAK, MILE! PERGI KAU! PERGI! AKU BENAR-BENAR TIDAK BISA MEMAAFKANMU! PERGI! ARRRRGHHHH!!!!"

"...."

Paing pun melipat lengan di depan dada. "Mungkin terjadinya bukan karena aku. Tapi bisa jadi pandanganmu tentang Alpha berubah drastis."

Glek!

Apo pun meneguk ludah kesulitan. Itu benar, tapi aneh dia yang sekarang tidak peduli. "...."

Ah, jadi Paing memperhatikan perasaannya sedetail itu?

"Melihat gerbang, jendela, dan pintu rumahku tertutup semua. Lalu berjalan di sebelahku dan lain-lain ...." kata Paing. "Apa kau pernah sadar kalau wajahmu berubah pucat sekali?"

DEG

Seketika Apo pun sedikit tegang,

"Phi--umn ... tapi aku tak bermaksud seperti itu--"

".... aku bukan Mile Phakpum, Apo. Dan aku tidak mau kau memandangku begitu," sela Paing dengan tegasnya. Mereka pun bersitegang sejenak. Mata saling menatap dan sulit bernapas. Tapi aneh juga tak ada yang pergi.

"Phi, aku benar-benar minta maaf ...." kata Apo kemudian. Suaranya kecil, tapi dia berusaha. Dan Omega itu memeras otak untuk setiap susunan kata. "Dulu aku memang curiga, was-was, dan kebingungan. Tapi, yang sekarang tidak begitu."

".... really?" tanya Paing coba memastikan.

"Iya."

"Walau mungkin kami ada kemiripan dan lain-lain?"

DEG

Eh? Pikir Apo. Sekarang pembahasannya ke arah mana?

"...."

Tersenyum lagi, Paing pun menutup pintunya perlahan-lahan. "Baguslah kalau semua baik-baik saja," katanya. "Tapi jangan sekarang atau nanti kita terlambat pergi ke acaranya."

Cklek!

Apo pun terdiam karena pintunya sungguh tertutup. Anehnya dia justru merona hebat. Bahkan sampai bingung bagaimana mengatur ekspresi.

DEG

SUMPAH JADI SEBENARNYA TADI DIA HAMPIR DITERIMA?! ARRRGHHH! SCHEISSE! ER HÄTTE IN EINEM RICHTIGEREN MOMENT EINLADEN MÜSSEN! (*)

(*) Bahasa Jerman: Sialan! Seharusnya dia mengajak di momen yang lebih tepat!

Sayup-sayup, Apo pun mulai mendengar suara kucuran air. Dia menjauh dan duduk di tepi ranjang. Terpekur menunggu sambil melonggarkan dasi. "Fuck--pantas tidak sih kalau kubilang "semangat aku?", sial ...." keluhnya sambil tertawa geli. Omega itu geleng-geleng dan menatap sekitar. Lalu menyadari kalender duduk di atas nakas punya lingkaran spidol. Eh? Apa ini?

Apo pun menoleh ke kamar mandi untuk memastikan Paing masih lama di dalam. Dia mengambil kalender itu dengan kernyitan, lalu membolak-balik halamannya.

Hmm ....

Bukannya apa, tapi Apo yakin setiap Alpha dan Omega punya yang seperti ini. Setidaknya untuk menandai kapan mereka rut dan heat, sekaligus menanganinya. (Well, sebenarnya lingkaran itu benar-benar kecil. Dan Apo harusnya tidak me-notice kecuali bingung melakukan apa seperti barusan), tapi kini dia jadi tahu ... sebetulnya siklus Paing masih sangat lama (mungkin 9 bulan atau lebih?) tapi sempat maju sampai 6 bulan-an. (*)

(*) Rut: siklus kawin untuk Alpha. Heat: siklus kawin untuk Omega.

DEG

"Hah? Yang benar saja ...." gumam Apo nyaris tidak percaya. Dia pun menelisik ulang tanggal bertanda sambil mengecek sekitar terus menerus. Jangan sampai aku ketahuan begini, pikirnya yang cringe pada diri sendiri. Ini benar-benar agak mengerikan.

Apo pun mengingat-ingat, meski otaknya sedikit buram. Sebab 3 bulan lalu berarti bersamaan kedatangan dia, tapi kenapa Paing tidak menunjukkan rut sama sekali? Malahan berbanding terbalik.

Alpha itu terlampau tenang sampai Apo bingung cara menghadapi dia. Tapi kini ada satu informasi lagi yang Apo temukan. Tulisannya:

[1st, KXX. Wed, 12 Sept 2015]

.... di pinggir kalender, yang artinya Paing sudah menelan suppressant terkuat KXX, padahal pil itu hanya boleh dikonsumsi 3 kali seumur hidup. (**)

DEG

"Jangan masokis ... bisa-bisa kau membangunkan setan kalau kelewatan."

FUCK!

"Shit, Phi!" batin Apo tak habis pikir. "Aku kan--ya ampun ... kenapa bertindak sampai sejauh ini?"