webnovel

BAB 29: FAMILY SHOOT

PAGI itu, sesi photoshoot batal dilakukan seharian penuh, melainkan sebentar saja. Padahal Mile pikir bisa menjepret Apo bersama baby triplets dan dirinya sekaligus. Tapi ternyata sang istri tetap pergi menemui Jeff segera. Dia ingin menyelidiki kasus Ameera dan Amaara lebih jauh. Toh itu untuk kepentingan keluarga Romsaithong juga. Mile pun tak bisa melarang, walau tetap kurang rela kala Apo berpamitan.

"Apo, Apo. Bagaimana dengan satu foto saja? Ganti baju sebentar mau? Ya? Ya? Kita ambil tema keluarga. Aku hanya menyisihkan waktu sehari untuk pengambilan foto ini, " kata Mile. "Besok sudah harus ke kantor lagi."

Apo malah menjambak kerah Mile untuk mengecupnya. Cup. "Sudah, ya, Mile Sayang. Jangan sampai masalah ini mengendap berlama-lama," katanya sepihak. "Memotretku bisa kapan saja. Sementara kau dan mereka bertiga. Aku berangkat."

Di lokasi pemotretan, Mile pun ditinggalkan dengan stroller baby triplets. Kaylee, Blau Er, dan Edsel hanya memandang 'Papa' mereka masuk ke mobil. Semuanya menyesap dot masing-masing tanpa rewel samasekali. Dan itu membuat rencana Mile berantakan.

"Hahhh ... padahal aku ingin sekali memajangnya dalam skala besar," desah Mile. Dengan kamera di tangan, dia memandang ketiga baby kecewa. Namun, Apo pasti marah jika dia menahan lelaki itu. "Kadang aku lebih senang kalian menjerit-jerit, Sayang. Coba panggil ibumu kembali ke sini."

Baby triplets tetap saja anteng dalam pengawasan Mile Phakphum. Dia bahkan tidak perlu banyak effort untuk pemotretan itu. Karena ketiganya mudah diambil sisi gemasnya.

Ckrek! Ckrek! Ckrek!

Mile merasakan kekosongan karena hanya ditemani beberapa babysitter. Dia sempat berharap bisa ikutan tren "Daddy and Baby Hands", tapi tentu tidak bisa lagi. Kurang lengkap rasanya bila Apo tidak ikut. Lagipula Mile tidak membuat ketiganya sendiri.

"Bagaimana, Tuan Mile? Apa kita perlu ganti kostum lagi?" tanya seorang babysitter setelah Kay dalam bentuk bunga. Namun, bukannya menjawab ... Mile justru memandangi hasil foto dengan pikiran yang tidak-tidak.

Misal bagaimana jika Apo pergi darinya? Tanpa alasan, tanpa berpamit. Dan baby triplets benar-benar dibiarkan hanya bersamanya ....

"Aku benar-benar tidak akan sanggup," gumam Mile. Suaranya terlalu pelan hingga tak bisa didengar orang. Bahkan lelaki Alpha itu keluar ruangan karena tak ingin ekspresinya dilihat siapa pun. Hanya sebentar saja. Lalu menyelesaikan semua tema photoshoot yang sudah direncanakan.

Pukul 2 siang Mile pun menyusul ke tempat Apo pergi. Dia tidak betah untuk ikut menyelesaikan kasus itu, meski masih sulit percaya. Kenapa bisa malah Amaara yang salah? Apa ada hubungannya dengan perbuatan Mew kepada sang kakak?

Bisa jadi masalah ini sebetulnya tidak perlu merembet ke keluarga Romsaithong atau Wattanagitiphat.

Drrrrrt ....

"Angkat, Apo. Angkat ...." kata Mile sepanjang menyetir. Mata memang terpaku ke jalan raya, tapi siap mendengarkan suara lelaki itu dari phone-holder mobil. "Kau ini sebenarnya kemana lagi? Padahal tadi bilang ke tempat Jeff saja."

Mile cemas karena para bodyguard kompak tidak menjawabnya. Dan harusnya tidak boleh begitu. Apa mereka dalam situasi yang krusial? Mile tahu harusnya tidak membiarkan Apo pergi hari ini.

BEGITU Apo datang ke rumah, Jeff langsung menggiringnya masuk ke ruangan khusus hacking. Itu adalah yang pertama, dan biasanya Jeff tidak membiarkan seorang pun ikut begitu saja.

"Selamat datang, Tuan Natta," kata Jeff. "Duduklah di mana pun, tapi jangan protes karena gua ini tidak sebanding dengan istanamu." Lelaki itu menunjukkan dokumen yang diminta Apo secara langsung, walau memang hanya hasil kopiannya.

"Oke, santai saja. Aku hanya ingin to the point hari ini," kata Apo. Dia baru membuka halaman pertama ketika Jeff memperingatkan.

"Tunggu, matikan ponselmu dan seluruh pengawalmu. Aku tidak mau ada yang mendeteksi aktivitas banyak orang di tempat ini."

Apo pun menahan napasnya.

"Oke, sebentar," katanya. Lalu menghubungi semua bodyguard yang ikut di luar sana. Jujur, Apo tidak tahu kinerja Jeff selama ini sepresisi itu.

"Oh ... ini data rekam medis Amaara waktu masuk rumah sakit jiwa?" Dia membuka-buka kertas bendelan yang ada di pangkuan.

Jeff duduk di sebelah Apo. "Iya, tapi Amaara langsung diambil dari sana setelah 12 hari," katanya. "Coba lihat pada tanggal masuk dan keluar. Terlalu cepat, kan? Padahal kalau dilihat dari obat-obatan yang dipakai, Amaara tidak mungkin sembuh sesingkat itu."

Apo pun manggut-manggut mendengarkan. "Hmm ... jadi kira-kira bagaimana? Amaara tidak terima Mew memiliki hubungan dengan saudarinya?"

Jeff malah mengendikkan bahu. "Mungkin? Aku tak peduli drama cinta milik orang lain."

"Terus kenapa Mew bikin gara-gara dengan kakak iparku? Harusnya Ameera masih di Aussie saat suamiku belum pulang kemari. Maksudnya, kemunculan dia di Bangkok tiba-tiba dan waktunya berdekatan," kata Apo.

Jeff pun menyilangkan tangan di dada. "Coba pikir sekali lagi, Tuanku Sayang," katanya. "Ini harusnya begitu mudah."

Seketika, Apo langsung menatap anak kuliahan itu tajam. Berani-beraninya bocah satu ini, batinnya. Tapi Apo tidak benar-benar bisa marah. "Phi Chay tahu suatu hal yang tak boleh dia ketahui?" tebaknya.

Jeff pun menjentikkan jari. "Benar ...." katanya. "Bagaimana pun kakak iparmu bukan tipe yang suka mengganggu orang lain. Jadi, kemungkinan ini merupakan ketidak sengajaan."

"Oh ...."

"Bisa jadi saat melakukan kerjasama bisnis? Kita perkirakan saja alurnya," kata Jeff. "Ah ... satu lagi. Bukankah pacarnya pun wanita karir? Kalian harus mengobrolkan ini lebih jauh lain kali. Mana tahu sebelum kecelakaan mereka pernah bicara suatu hal."

Apo pun sepenuhnya setuju dengan analisa Jeff kali ini. "Oke," katanya, lalu menghela napas panjang. Sebab penampakan Amaara ini memang hanya sebentar, tapi tak diketahui lagi gadis itu kini menghilang kemana. "Terima kasih atas penyelidikanmu, Jeff. Kubawa berkasnya, dan kabarkan saja jika ada kelanjutan info darimu."

"Tentu," kata Jeff. "Asal ada hujan uang, maka aku akan bergerak cepat."

Apo mengangguk lalu beranjak dari kursi. "Jangan khawatirkan soal itu," katanya. "Aku berharap dapat yang lebih banyak tentang Amaara. Kalau perlu lacak sidik mata dan jarinya pada tiap CCTV yang kau temukan. Aku tak peduli apa itu akan terasa mustahil bagimu."

"Hm."

"Aku pergi."

Apo pun keluar dari sana dengan langkah gontai. Dia mengecek arloji karena memiliki sisa waktu, lalu berniat melakukan pengecekan awal ke kantor. Ah, apa kabar situasi perusahaannya sekarang? Apo tidak enak bertanya orangtuanya lewat telepon, karena nanti pasti disuruh beristirahat kembali.

"Entah aku yang berlebihan, atau memang urusan ini tak boleh dipercayakan pada orang lain," batin Apo. "Yang pasti Phi Chay kini kakakku juga. Jadi, mana mungkin kuabaikan saat Mile tak bisa mengurusnya seorang diri."

Brrrrrrrrmmmmmmm!!

"APO!"

Baru saja Apo melewati gerbang, tiba-tiba ada McLaren sang suami yang baru berhenti. Dari dalam, Mile--entah kenapa--keluar dengan buru-buru, bahkan langsung menerjangnya seperti kerasukan setan. Dia begitu cemas, sampai-sampai Apo dapat guncangan begitu mereka sudah berhadapan.

"Mile?"

"Apa semua baik-baik saja? Kenapa tidak bisa kuhubungi samasekali?! Tidak apa kalau tidak mengangkatku, tapi jangan pernah kau matikan begitu. Kenapa? Ada apa di sini? Aku benar-benar kesulitan berpikir!" seru Mile sebelum memeluk Omega-nya tanpa peduli.

BRUGH!

Melihatnya, para bodyguard bahkan ikut tak bisa berkata-kata. Tapi mereka menunduk saja.

"Hah? Tidak ada apa-apa kok, serius," kata Apo. Dia pun mengelus belakang kepala Mile untuk menenangkan. Tapi tunggu--rasanya baru kali ini sang suami tantrum seperti bayi. Kenapa sampai sebegitunya? Pasti Mile memikirkan hal-hal aneh selama seminggu terakhir. Karena Apo rasa pekan lalu masih baik-baik saja. "Lagipula kenapa menyusul kemari? Photoshoot para baby memangnya sudah selesai?"

Mile pun mengeratkan pelukannya. "Hm, sudah karena aku menyudahinya," katanya. "Tapi, kenapa kau mengabaikan kami berempat? Tolong jangan begitu, Apo. Urusan apapun itu, bisa tunda saja sekarang? Ikut aku untuk photoshoot-nya jadi sempurna."

DEG

"Apa? Photoshoot?"

Isi otak Apo rasanya berantakan hanya karena hal yang--menurutnya-- sepele itu.

"Iya, family shoot. Ayo. Aku tidak mau merasa duda padahal kau masih di sini," kata Mile. "Baby triplets juga masih tenang kok. Mereka bisa bertahan kalau cuma beberapa jepret saja. Aku ingin rumah penuh foto-foto kita."

Kepala Apo pun pening sebelah. "Astaga ... Mile ...." katanya. "Ini agak ... ya ampun, oke. Tapi harusnya aku ke kantor dulu. Sebentar. Cuma ingin mengecek sedikit. Aku sendiri kepikiran kalau meninggalkan semua urusan berbulan-bulan--"

"Kalau begitu kutemani. Sekarang ikut dulu denganku," sela Mile secepat angin. "Biar para bodyguard pulang terlebih dahulu. Aku tidak percaya mereka membawamu pulang cepat kalau tidak kuawasi sendiri."

DEG

Gila. Yang benar saja Alpha-nya ini?

"Apa? Mile ...."

Apo pun digandeng masuk ke mobil. Rautnya keras karena rasanya nostalgia sekali. Sebab Mile pernah menyeret Apo dengan cara yang sama kala memperdebatkan kehamilan.

"Aku tidak mau tahu. Sebentar ya sebentar, paham? Kuberi waktu sampai jam 6," tegas Mile sebelum membanting pintu mobil untuk mengunci Apo. Brakh! "Setelah itu kita balik ke studio, makan malam, dan jangan sampai anak-anak telat tidur, apalagi dirimu."

Apo pun diam melihat kemarahan di wajah seorang Mile Phakphum. Dia jadi membayangkan bagaimana jika sang suami bukan lelaki itu, apa ada orang lain yang lebih sabar darinya?

Apo benar-benar tidak habis pikir ....

Brrrrrrrrmmmmmmm!

Sraaaaaakkkkhhhh!!

"Hati-hati, Tuan ...."

"Hati-hati, Tuan ...."

Para bodyguard pun menundukkan kepala saat mobil Mile lewat. Mereka tampak ikutan heran luar biasa, sampai Jeff menertawakan situasi itu dari balkon kamarnya.

"HA HA HA HA HA! SHIT! Begitu seseorang kalau sudah punya partner? Jangan sampai aku ketularan saja ...." katanya, lalu makan kacang sambil menutup tirai jendela. "Hahh ... uang uang uang ...."