webnovel

BAB 27: EDSEL, THE FIRST

BAB 27

PAGI BUTA, Mile pikir akan menemukan Apo di sisinya saat bangun. Namun, sang Alpha malah terlonjak dari mimpi karena suara jeritan senang yang tiba-tiba sekali.

"AAAA!! IYA, TERUS ED!"

DEG

BRUGH!

Mungkin karena pintu kamar lupa ditutup, Mile pun mendengar jelas hingga terbanting ke sisi ranjang. Dia jatuh. Namun tidak marah, melainkan panik turun kamar baby dimana Apo bertepuk tangan. Prok, prok, prok, prok—hah? Tapi kenapa mendadak sekali? Ada apa sebenarnya hari ini?

Padahal Apo tidak pernah begitu sebelumya.

"SEDIKIT LAGI! SEDIKIT! WAAH ...."

Kali ini terdengar tawa senang dari dalam sana. Lengkap para babysitter juga.

"Ha ha ha ha! Hebat! Edsel juara pertama, Tuan Natta! Padahal semalam yang paling rewel sekali. Ya ampun ...."

Deg ... deg ... deg ... deg ... deg ....

CKLEK

"Apo?" tanya Mile ketika dia membuka pintu.

"Mile!" seru Apo yang sedang menggendong Kaylee. Namun, senyum sumeringahnya terbit karena baby Ed bisa miring-miring pagi ini. Dia bahkan tengkurap beberapa kali, walau tak bertahan lama hingga rebahan lagi.

"Aa, uuu. Nnn. Nn," oceh Edsel bahagia. Perut kembungnya sudah sembuh seperti keajaiban, malahan membuat Daddy-nya terpana karena tingkah lucunya.

"Dia ... dia bisa begitu di usia sedini ini?" tanya Mile. Dia Auto mendekat ke baby box Edsel, lalu membelai pipi si baby kagum. "Bukannya baru awal dua bulan, ya? Hooah."

Apo pun nyengir dengan bangga. "Kau tidak tahu saja baby dariku rata-rata pintar," katanya dengan dagu terangkat. "Sebelum Edsel, Kay dan Er juga bisa mengoceh. Tapi sepertinya mereka berdua kalah langkah hari ini. Mungkin semalam tanda-tanda perkembangan Ed sebelum melesat jauh."

Mile tersenyum saja sebelum mengangkat kepalan tangannya ke sisi Edsel. "Good job, Ed," katanya. "Kita lihat apa saudara-saudaramu bisa menyaingi untuk bulan berikutnya."

Seolah-olah mengerti, Ed pun menyahuti Mile dengan ocehan yang makin aktif. "Au, oaa ... oa, nn ...." katanya. Cooing. Apo sampai mengusap mata haru melihat pemandangan itu.

"Daddy benar-benar bangga padamu," kata Mile. Dia lantas menghabiskan waktu 30 menitan di sana, lupa sarapan, dan berangkat ke kantor agak terburu-buru.

Well, Mile tidak masalah karena dadanya jadi ringan karena menghabiskan waktu bersama baby triplets. Waktu jadi terasa cepat sekali, padahal pikir Mile baru kemarin mereka lahir. Langkahnya pun berubah penuh kekuatan, bahkan meski tumpukan dokumen makin tinggi saja di atas mejanya.

"Mile, sempatkan diri makan sesuatu! Aku telepon delivery untukmu, ya. Jangan lupa!" kata-kata sang Omega terngiang selama Mile mulai membaca berkas. Dia ingat bagaimana cara Apo melambaikan tangan dengan tiga pasukan mungilnya. Di depan rumah dan mereka semua membuka mata.

Hei, ada banyak yang harus dilindungi Mile sejak keluar dari RS. Bukan Cuma keselamatan mereka saja, tapi kebahagiaan yang hebat kini tercipta.

"See you, Daddy ...."

Seperti mesin, Mile sampai menyelesaikan banyak pekerjaan sekaligus hari itu. Dia makan semangat pada pukul 9 pagi, kembali ribut mondar-mandir, sampai-sampai sang manajer peka dengan kondisinya. "Tuan Mile, apa ada hal baik hari ini? Anda terlihat senang sekali," kata Wen.

"Oh, iyakah," kata Mile sambil terkekeh pelan. "Hm, memang benar. Tapi aku tak akan cerita padamu ...." lanjutnya seperti bocah.

Wen pun menggelengkan kepala, lalu meletakkan berkas baru ke meja sang eksekutif. "Apapun itu, selamat ya," katanya. "Dan saya juga berharap Anda bisa hadir dalam pernikahan nanti."

DEG

"Ho, kau menikah? Mendadak sekali kedengarannya," kata Mile.

Wen nyengir setelah meletakkan undangan minimalis ke atas berkas tersebut. "Iya, kesannya saja yang begitu. Saya sih sudah berhubungan dengan orang ini sejak lama," katanya.

"Oh, siapa?" Mile langsung membuka undangan tersebut karena penasaran. "Tunggu, namanya Yuzu? Dia ini bukannya manajer istriku?"

"Hihihi, bukan, Tuan. Yuzu ini adalah Omega. Sepupu Nona Yuze lebih tepatnya," jelas Wen. Wanita Alpha itu tampak bangga saat Mile melihat foto pre-wedding mereka yang terpajang di sampul. "Saya akan merasa terhormat jika Anda bersedia datang ...."

"Oke, ya. Akan tetap kuusahakan," kata Mile.

"Terima kasih."

"Hm."

Pertama-tama, Mile memang biasa saja saat Wen berbalik ke meja kerja. Namun, matanya menyipit ketika melihat marga Yuzu beda jauh dengan Yuze yang dia kenal. "Apa ini ...." desahnya. "Yuzu Takhon? Jangan bilang dia diangkat anak oleh keluarga ...."

DEG

"Paing ...."

Mile pun menutup undangan itu dengan napas yang berat. Dia pening. Juga campur heran kenapa ada banyak momen yang mengharuskannya bertemu dengan Alpha yang satu itu.

"Ya ampun ... great," keluh Mile. Untung 80% pekerjaannya sudah selesai. Bisa badmood mendadak kalau benda ini diberikan padanya lebih pagi lagi. "Aku sepertinya harus

Bicara ringan dengan orang ini."

"PHI PAING!" seru Yuzu sembari menabrak peluk kakak angkatnya. Dia ditertawa-tawa saat pinggulnya digendong sambil berputar. Tapi hanya sebentar sebelum diturunkan kembali. "Selamat datang di Bangkok! Wuaaaah! Aku senang sekali kita bertemu sekarang. He he he. Ya ampun agak tidak disangka!"

"Ha ha, kau sih yang kelamaan trip di Frankfurt," kata Paing Takhon. "Aku kan sudah pulang tiga mingguan." Dia mencubit hidung Yuzu hingga adiknya terpejam.

"Habisnya aku mau menikah. Sayang sekali kalau tak liburan sepuas hati. Kan hampir berumah tangga?" kata Yuzu menggemaskan. "Phi jangan lupa jadi pakai jas yang kupilihkan, ya. Aku mau digandeng cowok paling keren sedunia waktu menuju ke altar."

"Ya, terserah," kata Paing. "Yang penting jangan ancam rambutku saja. Phi tidak mau potong lagi Cuma karena request-mu, oke? Say yes."

Yuzu pun cemberut tapi lalu memeluk ulang. "Uuu ... baiklah," katanya. Gadis itu meninggalkan sebuah paper bag berisi oleh-oleh ke manajer Paing sebelum pamit. Lalu keluar dari pabrik kulkasnya. "Aku tunggu di rumah, Phi. Langsung pulang lho. Ingat aku juga kemari untuk menemuimu sebelum menginjak kamar. Wkwk. Daaaah."

"Hm, dah."

Paing pun menggeleng karena isi paper bag-nya malah boneka bebek berlabel "I'm Frankfurt". Tapi bagus juga kalau sang adik ingat kegemarannya dahulu.

"Dasar bocah," kata Paing. "Usiamu baru 25 tapi sudah mendahuluiku, huh? Pintar sekali kedengarannya." Dia ngomel-ngomel seolah si bebeklah pengganti Yuzu. "Aku jadi merasa ketinggalan jauh ...." desahnya sembari membuang napas panjang.

Bagaimana tidak? Apo saja sudah melahirkan tiga baby saat mereka bertemu di RS. Kemudian tahu-tahu Yuzu menelponnya karena kejutan akan menikah! Apa tidak terasa copot jantungnya karena banyak perubahan di tanah air?

"Atau kau saja yang menikah denganku, hei Bebek?" kata Paing. Lalu tertawa kecil. "Sayangnya kau pun tidak punya jari yang bisa menampung cincin lamaranku. Dasar."

"Pusing sekali memikirkan kado mereka. Apa setelah pulang aku keliling kota sebentar? Sebenarnya apa yang diinginkan orang menikah itu. Aku tidak benar-benar paham ...." batin Paing sebelum melipir mengecek para karyawannya kembali.