webnovel

24.

"Duh apalagi ya, kok muka bapak tegang lagi?" gumam Lily sambil mendorong kursi roda majikanya.

"Berhenti"

Juno meminta berhenti ketika sampai di dapur. Lily hanya diam dan menurut saja tanpa pemberontakan atau sepatah penolakan.

"Buatkan aku nasi goreng, yang enak. pake udang, baso, dan telur setengah matang. jangan terlalu pedas. minumnya jeruk manis peras hangat" Pinta Juno yang terkesan rewel.

*Hah, sebanyak itu? padahal kan barusan makan malam sama Embun. Embun aja ketiduran karena kekenyangan. Lah ini bapaknya kok ga kenyang kenyang* Batin Lily yang menatap heran Juno yang sekarang berada di depan tv dengan santainya.

Embun tertidur pulas karena lelah dan kekenyangan. Waktu ini rupanya dimanfaatkan dengan baik oleh Juno untuk semakin dekat dengan Lily. Lily yang tak berfikiran apa apa hanya menuruti saja perintah Juno.

Beberapa saat kemudian makanan siap, nasi goreng spesial dengan telur mata sapi setengah matang diatasnya. Lily menghantarkan dan menyuguhkanya di meja pendek yang ada di depan TV.

"Sini pak saya bantu" ucap Lily sambil memapah Juno untuk duduk di sofa.

Juno tersenyum saat Lily membantunya dan menikmati masa perpindahan tempat duduk itu. Sesekali tak sengaja mata Juno teralihkan dengan pemandangan lain yang cukup menarik. Ya, benda yang menonjol itu sangat pandai mencuri konsentrasi Juno. Saat menunduk otomatis kerah baju Lily menjadi lebih longgar kebawah dan itu selalu memperlihatkan isi di dalamnya dengan sangat sempurna.

"Sudah, saya ke kamar dulu pak" ucap Lily berpamitan.

"Belum, kamu temani saya makan. Sana ambil sendok" ucap Juno memberi perintah kepada Lily.

Lily tidak berani menolak dan mengambil sendok serta mangkuk kecil.

"Siapa suruh ambil mangkuk, huh kembalikan! Saya cuma suruh kamu ambil sendok" ucap Juno tegas.

Lily bergidik mendengar ucapan lantang Juno.

*Ih, ga biasanya deh. Mau makan aja drama banget" gerutu Lily kesal tapi tak berani berucap.

"Sini temani saya makan bareng" ucap Juno sambil menyendok sesuap nasi.

"Sepiring pak?"

"Iya" jawab Juno dengan suara lantang dan tatapan mata yang tajam.

"Tapi pak, saya..."

"Makan sekarang atau saya potong gaji kamu bulan ini" Ancam Juno dengan santainya.

"Iya pak, iya" jawab Lily dengan segera duduk di lantai dan ikut menyendok nasi.

*Orang kaya mah bebas. Dunia milik dia doang, yang lain nggembel* batin Lily kesal.

"Tadi kamu ngapain aja sama Nando?" Desak Juno tajam.

"Makan siang aja pak" jawab Lily singkat.

"Apa kata mamanya tentang kamu?" selidik Juno dengan tatapan tajam ke arah Lily.

"Suruh cepetan nikah dan milih tanggal katanya" Jawab Lily polos sambil menyendok nasi.

" Apa? Uhuk... uhuk... uhuk" Juno tersedak karena terkejut dengan apa yang di dengarnya.

"Aduh pak, ini minum" Lily memberikan minum dan menyeka bibir Juno yang basah dengan jarinya.

Sesaat mata mereka saling bertemu dalam pandangan. Untuk beberapa saat mereka saling terkesima satu sama lain.

"Tuh, kan bener kataku. Bapak itu suka sama Lily" ucap putri yakin.

"Hemm, tapi pak Nando juga suka" sahut Bimo lirih.

"Kakak juga, tapi ga berbalas. cie cie yang saingannya banyak modalnya dikit" Ledek putri sambil tersenyum dan menahan tawa.

"Hustt diem. Nanti kita ketahuan ngintip" Ucap Bimo berbisik dan menutup mulut putri dan menariknya pergi.

"Kamu enggak asik ah kalau di ajak ngintip" protes Bimo kesal.

" Ya maaf, abis ga berpengalaman ngintipin anak gadis orang sih!' Jawab putri yang menghina Bimo yang mengajaknya mengintip.

"Eh, ini gerak gerak di dalam bajuku apa ya?" ucap Bimo sambil membuka kaus hitamnya.

"Ulat buluuu....." Teriak putri yang berjingkrak jingakrak geli karena ulat bulu itu menempel di punggung Bimo.

"Jangan, teriak. buang pakai ranting" ucap Bimo dengan wajah santainya.

"Oh iya, hehehe maaf akting aja biar keliat imut aja" ucap putri sambil mencari ranting.

"Imut apa, tomboy gitu. Udah cepetan" keluh Bimo karena putri terlalu lama.

🌸🌸🌺🦜🌼

"Menikah, jangan pokoknya jangan!" ucap Juno dengan suara yang hampir meninggi.

"Jangan keras keras bapak, nanti Embun bangun" Omel Lily pada Juno yang mulai sedikit mengeraskan suara.

"Kalau kamu menikah aku dan Embun gimana?" ucap Juno keceplosan.

Wajah tampan itu kini semakin memerah, Juno menunduk untuk menyembunyikannya tapi Lily tau maksud dan arah pembicaraan Juno. Lily mengulum senyum dan melanjutkan makanya seperti tidak terjadi apa apa. Bosan dengan reaksi Lily yang seperti tak berimbas apapun, Juno lantas dengan serius menanyai Lily.

*Aku, biarin aja coba. Mau seberapa lama dia jaga gengsi* batin Lily sambil terus makan.

*Sial, dia denger tapi kok enggak ngefek ya. Ga peka banget sih* batin Juno kesal.

"Ly, kamu enggak kepikiran untuk cepet cepet nikah kan?" tanya Juno memastikan.

"Iya jelas ada donk pak keinginan untuk menikah, tapi tadi kata bapak enggak boleh. akik bapak nanyanya muter muter sih, sebentar bilang enggak udah itu nanyain lagi. saya bingung jadinya pak" jawab Lily sambil menatap Juno serius.

*Aduh, tatapan itu. Gila kenapa jadi deg degan gini sih. akalau aku sama dia kita beda 10 tahun, dikatain pedopil enggak ya aku* Batin Juno masih dengan menatap Lily.

Tak terasa habis sudah nasi goreng satu piring itu. Lily mencuci piring bekas makan mereka dan mendorong Juno untuk segera beristirahat.

Sampai di kamar tamu.

"Ly, gimana kalau kita tidur bersama, eh maksudku bertiga dengan embun lagi. biar aku tidur di sofa. Aku bingung, jika aku tidur sendirian bagaimana jika aku kebelet ke kamar mandi malam malam" ucap Juno yang mencari cara untuk selalu dekat dengan Lily.

"Saya rasa itu kurang efektif pak. Bagaimana jika bapak tidur di kamar ini saja. Biar saya panggil Bimo untuk menemani dan menjaga bapak jika ingin ke toilet" jawaban Lily dengan ide yang lebih mutakhir.

*Sial, idenya dia lebih cemerlang. Apa aku harus terang terangan ya bilang sama Lily?* gumam Juno dalam hati.

*Pak, saya tau kemana arah ucapan anda. Tapi saya akan lebih sabar menunggu lagi untuk ucapan yang sebenarnya*

Bab berikutnya