webnovel

16.

"Tuan, em pak. bisa lepaskan saya?" ucap Lily dengan gugupnya.

"Terimakasih telah sabar merawat saya" Ucap Juno sambil melepaskan pelukannya dan duduk bersandar.

Kabar sadarnya Juno dengan cepat menyebar. Para karyawan bertubi tubi memberikan ucapan selamat kepadanya lewat nomor ponsel yang selama dua tahun ini menjadi asuhan Lily juga.

"Ini pak, anda sudah sadar. ini ponsel bapak, sedari tadi bergetar." Lily memberikan ponselnya kepada Juno.

Juno menerimanya dan hanya meletakkan di atas meja dengan tatapanya yang tak bergeser dari wajah Lily. Lily menjadi semakin bingung akan sikap Juno setelah sadar yang sangat berbeda jauh dari sebelumnya.

"Papa" Bocah kecil itu berlari dengan lincahnya menghampiri sang Papa.

Embun menaiki kursi dan jatuh di pelukan sang Papa. Menyaksikan moment hari itu membuat siapa pun yang ada di ruangan itu ikut meneteskan air mata tak terkecuali Bimo dan Putri. Embun melepas rindu bersama Papanya dengan sangat bahagia. Senyum kebahagiaan itu terus saja menghiasi bibir mungil itu.

Sampai dokter datang memeriksa keadaan Juno. Dokter memeriksa penglihatan dan gerak Juno. Saat dokter menyuruh Juno untuk menggerakkan kakinya Juno tak mampu menggerakkannya.

Semua yang berada di dalam ruangan itu terdiam dengan tatapan penuh iba memandang Juno.

"Kaki saya kenapa dok?" Tanya Juno yang masih lemah.

Dokter hanya diam tak menjawab, hanya menunduk dan berkata.

"Salah satu keluarga pasien harap ikut keruangan saya"

"Maaf pak, kami kan melakukan pemeriksaan lanjutan dengan kaki anda. Anda tenangkan diri dulu"

Ucap dokter sambil berjalan keluar kamar rawat di ikuti oleh Lily. wajah Lily menjadi pucat mengetahui kaki Juno yang tak bisa di gerakkan. Tatapan iba Lily pusatkan hanya pada Juno yang menahan tangis di hadapan putrinya.

Keluar dari ruangan Dokter, membuat Lily menjadi semakin lemas. Sesaat di berdiri bersandar di dinding lorong rumah sakit dengan tatapan hampa. Hanya cara seperti apa yang akan dia sampaikan kepada Juno jika sebagian tubuhnya mengalami kelumpuhan sementara.

Masih ada kemungkinan pulih, tapi tak dapat di tentukan waktunya, hal itu membuat Lily seperti bergantung di atas tali yang tinggal menunggu putusnya tapi tak tau kapan putusnya. Dada Lily sesak menghadapi keadaan yang baru saja di terimanya.

*Ya Allah, berikan tuanku kesabaran yang tak berbatas dan kelapangan dada menerima segala ketentuan mu.*

Lily masuk kedalam kamar rawat dan masih ada Bimo dan putri yang sedang mengajak Embun bermain. Embun memamerkan semua bakat barunya kepada sang Papa. Kertas kertas hasil Corat coret ya pun iya keluarkan semua.

"Embun, wah pinter banget. Kasih tau sama papa coba tarian yang kemarin" ucap Lily yang masuk dengan perlahan.

Lily duduk di kursi dekat dengan ranjang Juno, sesekali air mata lily jatuh saat sekilas menatap Juno yang masih duduk bersandar di ranjang sama seperti saat dia keluar tadi.

Dengan lincahnya Embun menari nari sambil bernyanyi dengan bahasanya yang cadel. Juno terlihat sangat bahagia dan menikmati suguhan pertunjukan dari putri cantik nya itu.

"Embun mau mam es krim?" tanya Lily tiba tiba.

"Mau mau Sakim" jawab Embun segera dengan riangnya.

"Ini uangnya, Embun beli yang banyak ya di bawah sama om Bimo dan mbak putri. Beli yang banyak buat hadiah Papa Embun ya" ucap Lily sambil memberikan uang kepada Embun yang sekarang ada di pangkuanya.

"Bunda mau apa?" tanya Embun tentang rasa eskrim yang akan di belinya nanti.

"Bunda mau, yang rasa strawberry." jawab Lily sambil mengelus rambut Embun.

"Sakim to bei" kata embun menirukan ucapan Lily.

Lily mengangguk dan mencium kening Embun penuh kasih. Juno melihat itu menitikan air mata lagi. Betapa tidak, selama dia berada dalam koma Lily tetap seperti itu. Masih dengan kasih dan tulus yang sama merawat anak yang bukan darah dagingnya dengan kesabaran dan ketelatenan.

🐚🦋🦋🐚

"Apa kata dokter?" tanya Juno pada Lily yang berdiri menghadap jendela dengan bersandar pada kusen jendela.

" Hhh.. " Lily membalik badan menghela nafas panjang sebelum menyampaikan hal ini kepada majikanya.

Lily berjalan mendekati Juno dengan memberanikan diri. Masih segar dalam ingatan Lily bagaimana Juno memeluknya dan berkata merindukannya saat baru saja tersadar dari koma.

"Dokter bilang, anda mengalami kelumpuhan sebagian" ucap Lily yang duduk di tepi ranjang dan kali ini berani menatap langsung mata Juno.

Mereka terdiam beberapa waktu dan hanya saling menatap satu sama lain seperti berbicara dengan tatapan mata. Bulir air mata itu jatuh lagi dan membasahi pipi Juno.

"Apa? Haruskah seperti ini. Kenapa?" Juno berkata perlahan namun penuh emosi hingga bibirnya bergetar dan seperti tak mampu berucap lagi.

Tangan Juno terus saja memukul mukul kakinya yang hanya diam tak dapat bergerak. Histeris tangis itu terdengar sangat frustasi karena tak bisa meledak seperti sebagaimana mestinya.

Lily dengan tiba tiba berdiri begitu saja langsung memeluk dan mendekap juno dalam dekapanya. Juno merintih menangis seperti bayi. Terpuruk dengan keadaan yang tidak pernah terbayangkan olehnya, Juno terus saja menangis di pelukan Lily yang menepuk nepuk punggungnya untuk memberi ketenangan.

"Sudahlah pak, semua ini takdir. kita tak mampu menolaknya hanya mampu menerima dan menjalani sebaik mungkin"

" Anda jangan berputus asa, dokter bilang ini masih bisa pulih. Hanya saja kita harus bersabar menghadapi ini" ucap Lily yang masih menepuk nepuk punggung kekar milik pria dewasa itu.

"Kita? Hanya aku ly, hanya kau yang mendapatkan keburukan disini. bukan kalian!" teriak Juno dalam dekapan Lily.

"Kita pak kita, karena saya akan merawat bapak sampai bapak bisa berjalan dan bermain lagi bersama Embun" jawab Lily spontan tanpa berpikir panjang.

Juno terdiam mendengar ucapan Lily dan kemudian terdiam seketika dan tak berselang lama embun datang membawa sekantung es krim.

"Papa" suara Embun dari balik pintu.

Juno melepaskan pelukan Lily dan menyeka air matanya. Lily menjadi salah tingkah yang kemudian berjongkok pura pura mengambil handuk di lemari.

"Papa nanis?" tanya Embun polos dan menatap serius papanya.

"Enggak, ini tadi papa kelilipan" Jawaban klasik Juno mampu mengecoh bocah polos itu.

Bimo dan putri masih berdiri menatap majikanya yang sangat sembab.

"Ini pak, untuk menyeka muka bapak" Lily memberikan tisu basah kepada Juno.

"Bim, aku akan pulang sebentar ya. Kamu di sini gantian menjaga Bapak dan Embun" Ucap Lily sambil membereskan baju baju kotor Embun.

Bimo hanya membalas dengan anggukan dan di iringi senyum manisnya untuk Lily.

Bab berikutnya