webnovel

90th Days (Stockholm Syndrome)

"Aku mencintaimu, dan cukup katakan jika kau mencintaiku, maka aku akan ikut bersamamu kemanapun kau pergi, bahkan ke dasar neraka sekalipun aku akan turut bersamamu" _bbh_

soo_yong · Lainnya
Peringkat tidak cukup
13 Chs

Part 7

15 Hari lalu

Setelah malam itu, Chanyeol kembali menghilang saat pagi hari, ini bukan pertama kalinya, dan seperti biasa, Chanyeol akan menyiapkan sarapan untuk Baekhee yang akan bangun sedikit siang. Salahkan saja Chanyeol yang selalu membuat gadis itu kelelahan saat malam hari.

Malam ini Baekhee kembali menginginkan Es Krim. Entahlah, kenapa saat malam hari keinginan itu muncul. Baekhee kembali keluar dan membali apa yang dia inginkan dan beberapa makanan lain yang dia akan butuhkan. Baekhee bergegas kembali ke tempat tinggalnya, tapi dia merasakan ada keanehan di tempat itu, dia merasakan kehadiran orang lain selain dirinya di tempat itu.

"Oppa?" Baekhee meletakan barang bawaanya di atas meja "...Oppa, apa kau sudah kembali?"

Baekhee diam sesaat, tidak ada orang lain di tempat itu selain dirinya, tapi gadis itu merasakan aroma lain di tempat itu. Gadis itu tidak ambil pusing dan segera merebahkan tubuhnya ke atas tampat tidur, karena tentu saja ini sudah hampir tengah malam.

"Kenapa akhir-akhir ini tubuhku cepat sekali lelah" Baekhee terpejam sesaat setelah mengatakanya. 

Entah sudah berapa lama Baekhee tidur, tubuhnya benar-benar lelah, padahal gadis itu tidak melakukan apapun. Baekhee tersentak saat sebuah lengan melingkar di pinggangnya. 

"Apa kau merindukanku?" Suara berat yang dia kenal tiba-tiba berbisik dari balik punggungnya.

"Oppa?"  Baekhee kembali memejamkan matanya, gadis itu lega karena orang itu benar-benar Chanyeol "...sejak kapan kau kembali?"

"Satu jam lalu"

"Kenapa tidak membangunkanku?" Baekhee membalikan tubuhnya dan membalas memeluk tubuh laki-laki itu.

Dahi Baekhee sempat berkerut saat mencium aroma tidak biasa dari tubuh Chanyeol, tapi gadis itu mengabaikanya.

"Kau terlihat lelah, lagi pula, itu masih jam 3 pagi"  Chanyeol mengecup kening gadis mungil itu "...tidurlah lagi, ini masih gelap"

"Hm, selamat tidur Oppa"

Tanpa merasa curiga atau apapun, gadis itu kembali tidur, Baekhee tampak nyaman saat berada di pelukan Chanyeol, laki-laki yang selalu membuatnya melayang dan lupa daratan.

'Aku harus membawamu pulang ke orang tuamu, kita akan memulainya dari awal'

"Oppa mengatakan sesuatu?"

"Hm? aku tidak mengatakan apapun"

'Aku ingin pulang, tapi aku ingin bersamamu, bisakah?'

.

.

.

Hari ke 86

"Chanyeol Oppa" panggil Baekhee.

"Apa kau belum tidur?"

Chanyeol itu membalikan tubuhnya menghadap Baekhee yang sedang berbaring di atas tempat tidur berukuran sedang.

"Apa yang kau pikirkan Oppa?, kau terlihat cemas" gadis itu penasaran, pasalnya Chanyeol terlihat gelisah beberapa hari belakangan.

"Oppa ayo kita tidur, bukankah kau harus melakukan pekerjaan besok?"

Laki-laki itu tidak bergeming dari tempatnya. Chanyeol masih duduk di tempat nya, sementara gadis itu turun dari tempat tidur dan menghampirinya kemudian duduk di pangkuan laki-laki itu begitu saja. Keduanya tentu saja tidak asing dengan hal itu, bahkan keduanya sudah puluhan kali melakukan hubungan sex.

Baekhee mengecup bibir Chanyeol sekilas dan menyandarkan kepalanya di dada bidang laki-laki itu.

"Baek, apa kau tidak ingin pulang ke rumah orang tuamu?" Chanyeol tiba-tiba.

Gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap Chanyeol dengan tatapan sulit diartikan, seolah perkataan Chanyeol adalah sesuatu yang salah, dan gadis itu memilih tetap bersama laki-laki yang jauh dari kata baik itu.

"Oppa, apa kau tidak suka jika aku tinggal bersamaku?, apa kau sudah bosan denganku, atau kau--"

"Byun Baekhee ini salah, seharusnya kau tinggal bersama keluargamu di rumah yang hangat dan tentu saja aman, karena kau bersama keluargamu. Bukan bersama seorang sepertiku yang hanya tinggal dalam sebuah tempat kecil di tempat terbengkalai dan berpindah-pindah tempat kapanpun, dan entah bahaya apa yang akan kau hadapi jika terus bersama seorang pembunuh sepertiku" Chanyeol dengan berat mengatakan semuanya.

"Oppa, aku mencintaimu, dan cukup katakan jika kau mencintaiku, maka aku akan ikut bersamamu kemanapun kau pergi, bahkan ke dasar neraka sekalipun aku akan turut bersamamu" gadis itu bersungguh-sungguh

Chanyeol dibuat bungkam dengan perkataan gadis itu yang tidak masuk akal. Baekhee sudah mengatakanya berkali-kali jika dia ingin tetap bersama laki-laki itu apapun yang terjadi.

"Kau tidak mengerti Baek" laki-laki itu terlihat frustasi.

'Chuu'

"Saranghae Oppa" gadis itu mengecup bibir Chanyeol dan memagutnya lembut.

Chanyeol tidak tahu apa yang harus dia katakan jika gadis itu memintanya mengatakan jika dia mencintai gadis itu. Ini terlalu sulit, dia tidak yakin dengan apa yang dia rasakan. Debaran itu, perasaan bahagia saat bersama gadis itu, sesaat laki-laki itu yakin jika dia mempunyai perasaan yang sama dengan gadis itu, tapi di sisi lain dia sadar jika hubungan keduanya adalah penculik dan korban penculikan, bagaimana mungkin ada perasaan cinta dan mencintai, itu omong kosong.

Pagutan bibir mereka tidak berhenti sampai di situ, keduanya kembali terbuai dengan nafsu yang mudah sekali tersulut, keduanya saling mencumbu, bahkan gadis itu melenguh dan mendesah berkali-kali saat laki-laki itu berkali-kali menyentuh area sensitifnya dan entah sejak kapan pakaian keduanya sudah berceceran di lantai. Chanyeol menggendong tubuh gadis itu dan merebahkanya di atas tempat tidur yang akan berakhir dengan Chanyeol menyetubuhi gadis itu tanpa ampun. Entahlah ini benar atau salah, keduanya hanya menikmati setiap tahap penyatuan tubuh mereka.

"Ahh~Oppa"

Gadis itu mendesah saat merasakan kajantanan laki-laki itu memasuki tubuhnya dan bergerak teratur.

"Akhh~" laki-laki itu memejamkan matanya saat penyatuan mereka terasa begitu nikmat. Bahkan ini bukan pertama kalinya melakukan hubungan sex, tapi bagi mereka rasanya tetap sama selalu menggairahkan, bahkan tubuh keduanya bergerak tak beraturan.

Keduanya merasa melayang karena kenikmatan yang mereka rasakan.

"Oppa~aahh~"

"Iya sayanghh~Baek arghh~"

Keduanya menggeram dan melenguh panjang saat mencapai puncaknya, inilah yang keduanya sukai, orgasme bersama adalah hal biasa bagi mereka.

"Tidurlah sayang" Chanyeol mengecup kening gadis itu lama sebelum merebahkan tubuhnya di samping gadis itu setelah melepaskan kejantananya dan merengkuh tubuh gadis itu kedalam pelukanya.

"Oppa aku mencintaimu" gadis itu berharap jika Chanyeol membalas perkataanya.

'Aku juga Baek, aku mencintaimu Byun Baekhee'

Chanyeol menarik selimut tipis untuk menutupi tubuh polos Baekhee yang berada di pelukanya.

"Tidurlah, akhir-akhir ini kau terlihat cepat lelah"

Hari ke 89

Hari sudah mulai gelap, Baekhee terlihat bosan dan keluar untuk mencari sesuatu yang bisa dia makan, rasa mualnya memang berkurang, tapi keinginan makan nya semakin bertambah.

Baekhee merasa ada seseorang yang mengikutinya sejak tadi, gadis itu kembali setelah memebeli beberapa makanan ringan dan soda, juga beberapa kaleng bir untuk persediaanya selama menunggu Chanyeol.

"Nuguseyo!?" Baekhee menoleh cepat dan mendapati seseorang yang berjalan di belakangnya. Gadis itu merasa jika orang itu lah yang mengikutinya sejak beberapa hari ini.

"Ah maafkan aku sudah membuatmu terkejut"

"Apa maumu?, kau mengikutiku sejak tadi" Baekhee nyalang.

"Ah aku tidak" laki-laki itu mengusap tengkuknya.

"Jangan menggangguku" Baekhee membentak dan meninggalkan laki-laki itu setelah memperingatkanya. 

"Tunggu Nona"

"Apa kau tidak dengar?"

Laki-laki itu hanya tersenyum saat Baekhee terus saja menghardiknya. Baekhee mempercepat langkah kakinya demi menghindari orang asing itu. Bukan menjauh, orang asing itu justru mengikuti Baekhee.

"Apa yang kau inginkan?"

"Ikutlah bersamaku, akan sangat berbahaya jika kau terus bersama penculik itu, Nona"

"Siapa kau sebenarnya?"

Laki-laki asing itu hanya mengangkat kedua bahunya. Laki-laki itu terlihat lebih menakutkan ketimbang Chanyeol, nyali Baekhee mulai menciut saat melihat senyum laki-laki asing itu.

Baekhee memundurkan langkahnya saat melihat laki-laki asing itu melangkah mendekat.

Berterimakasih lah pada ponsel laki-laki sialan itu yang tiba-tiba bergetar. Baekhee lari meninggalkan laki-laki asing yang tampak santai menerima panggilan teleponnya.

Baekhee masih mengatur nafasnya, gadis itu berhenti di gang sepi yang tidak jauh dari tempat tinggalnya bersama Chanyeol.

"Hmmppt"

Baekhee terkejut bukan main saat seseorang membekap mulutnya dari belakang, Baekhee meronta berusaha melepaskan diri dari orang itu.

"Ini Oppa"

Baekhee melemah, gadis itu bisa bernafas lega saat orang yang menariknya adalah Chanyeol yang entah darimana datangnya.

"Oppa" Baekhee gemetaran, tubuhnya hampir merosot, beruntung Chanyeol menyangga tubuh mungilnya.

Keduanya masih bertahan di gang sepi dan minim pencahayaan itu. Dari tempat keduanya bersembunyi, Chanyeol jelas melihat dua laki-laki yang berlalu lalang seperti mencari keberadaan seseorang.

Setelah menunggu beberapa waktu,  kedua laki-laki asing itu pergi bersama deru mesin mobil yang terdengar menjauh.

"Kau baik-baik saja?" Chanyeol memegang kedua Bahu Baekhee yang gemetaran.

"Oppa, siapa--"

"Baek"

"Hm?" Baekhee mengangkat kepalanya dan menatap wajah Chanyeol yang menatapnya lekat.

"Kau mencintaiku?" Baekhee hanya mengangguk.

"Jika kau benar-benar mencintaiku,  kabulkan permintaanku" Chanyeol menarik nafas dalam, bahu gadis itu sudah dia lepaskan.

"..."

Baekhee, gadis itu hanya diam dan menunggu apa yang akan laki-laki itu katakan.

"Berjanjilah kau akan menepatinya" Chanyeol meraih kedua tangan Baekhee dan mengecupnya.

"Ya Oppa, aku mencintaimu, aku akan mengabulkan apapun permintaanmu,  kecuali--"

"Baek aku mohon" Chanyeol memotong kalimat Baekhee.

"Tidak Oppa"

Baekhee mampu membaaca situasinya, gadis itu yakin jika Chanyeol menyuruhnya untuk pulang ke rumah orang tuanya.

"Hei sayang, dengarkan aku hm?" Chanyeol dengan suara rendah, demi apapun ini tidak berjalan sesuai rencananya, laki-laki itu terlihat frustasi.

"Oppa aku tidak bisa" Baekhee menangis, gadis itu bersikeras tidak mau meninggalkan Chanyeol.

"Baekhee dengarkan aku, ya?" Chanyeol menangkup pipi gadisnya dan menyeka air mata yang meluruh membasahi hampir seluruh wajahnya.

"Mereka sedang memburuku, mereka dari pihak kepolisian yang memburuku, mereka sudah tahu jika Alden Park masih hidup"

Chanyeol putus asa dan menceritakan keadaan yang sebenarnya.

"Oppa"

"Berjanjilah padaku jika kau harus kembali ke rumahmu"

"Tapi--"

"Baekhee jangan keras kepala, aku tidak mau kau berada dalam bahaya, dan--" Chanyeol menjeda kalimatnya "...ingat perkataanku baik-baik, jangan percaya siapapun yang mengatakan tentangku, sekalipun tentang kematianku"

"Apa maksudmu Oppa?" Baekhee tidak mengerti maksud Chanyeol.

"Berjanjilah kau hanya akan percaya kata-kataku" Chanyeol kembali meyakinkan gadisnya.

"Jaga diri kalian baik-baik, aku akan kembali menjemput kalian"

"Kalian?"

Baekhee tidak mengerti, kalian?, memangnya siapa orang lain yang harus Baekhee jaga?

"Apa kau tidak merasakanya?" Chanyeol menautkan kedua alis matanya "...anak kita"

Baekhee membelalak tidak percaya, gadis itu sungguh tidak tahu apa-apa, hamil?, bagaimana laki-laki itu bisa tahu, sedangkan Baekhee sendiri tidak tahu.

"Aku hamil?" Baekhee lirih, gadis itu tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

"Apapun yang terjadi, percayalah padaku, betapapun sulitnya, dan berapa lama pun waktunya, aku berjanji akan kembali dan menjemputmu dan anak kita"

"Oppa aku--"

.

.

.

Hari ke 90

Baekhee hanya duduk di luar pagar rumahnya, gadis itu menangis semalaman hingga tertidur di depan pagar rumahnya, beruntung coat yang Chanyeol berikan mampu menghalau dinginya udara malam. Gadis itu nelangsa, gadis itu menyesal sudah meninggalkan Chanyeol, walaupun itu adalah permintaan laki-laki itu agar Baekhee tetap aman.

"Nona, siapa--"seorang wanita paruhbaya keluar dan mendapati seorang gadis yang terduduk tengah menundukan kepalanya "...astaga! Ahgassi!" wanita itu terjekut saat gadis itu mengangkat kepalanya, wanita itu mengenalinya, gadis itu Baekhee anak pemilik rumah tempatnya bakerja.

"Choi Ahjumma"

Baekhee berdiri dari tempatnya, tatapanya sayu karena banyak menangis.

"Ahgassi, kau kembali? apa kau terluka, apa-- apa yang terjadi padamu, kemana saja selama ini" wanita yang dipanggil Choi Ahjumma itu memeluk tubuh Baekhee. kemudian membawa Nona rumah itu masuk ke halaman rumah besar itu, walaupun rumah keluarga Byun tidak sebesar Mansion milik Chanyeol.

"Nyonya! Aghassi"

"Astaga! Baekhee, terimakasih Tuhan" wanita yang terlihat mirip dengan Baekhee menghambur memeluk tubuh putrinya yang terlihat berantakan.

"Eomma" suara Baekhee melemah di pelukan ibunya.

"Baekhee, astaga" Baekhee melemah di pelukan ibunya, gadis itu kehilangan kesadaran.

Taeyeon Ibu Baekhee dan Choi Ahjumma membawa gadis itu kedalam rumah dengan tenaga yang mereka punya, beruntung beberapa orang Maid keluar dan membantu keduanya memindahkan Baekhee ke kamarnya yang berada di lantai 2 rumah itu.

Entah berapa lama Baekhee tidak sadarkan diri, gadis itu terlihat sangat berantakan. Taeyeon dan maid yang lain sudah membersihkan tubuh Baekhee dan mengganti pakaianya dengan yang baru.

Taeyeon terus saja menangis saat mendapati banyak bercak merah di tubuh putrinya yang sudah mulai memudar, wanita itu hanya berpikir jika anak gadisnya sudah ternoda, hati ibu mana yang tidak hancur melihatnya.

"Oppa"

"Apapun yang terjadi, percayalah padaku, betapapun sulitnya, dan berapa lama pun waktunya, aku berjanji akan kembali dan menjemputmu dan anak kita"

"Oppa aku--"

"Demi kita Baek, aku mohon"

"Baiklah, aku akan menuruti kemauanmu Oppa, tapi beri aku satu alasan hingga aku harus menunggumu yang--yang entah sampai kapan aku menunggumu kembali, bahkan--bahkan aku tidak tahu apa yang akan terjadi padamu, katakan padaku Oppa"

"Baek, aku mencintaimu, aku bersumpah, aku mencintaimu sangat"

"Kenapa--kenapa kau harus mengatakanya sekarang?, saat semuanya harus berakhir dan--dan--"

"Ini belum berakhir sayang, aku berjanji akan kembali dan menjemput kalian dengan cara yang benar, sampai saat itu tiba aku mohon jaga dia baik-baik, tunggu aku, aku menyayangimu, aku mencintaimu sampai mau gila rasanya"

"Oppa"

Baekhee mengigau dan memanggil Chanyeol dalam tidurnya. Bagaimana tidak, kilasan pertemuan terakhirnya denga Chanyeol malam itu kembali terbayang dan masuk ke ranah mimpinya.

Setelah mengatakan perasaanya pada Baekhee, Chanyeol membawa Baekhee dan memberhentikan taxi yang melintas untuk membawa gadis itu pulang ke rumah keluarganya. Laki-laki itu memakaikan coat berwarna cokelat tua miliknya ke tubuh Baekhee sebelum menutup pintu taxi yang membawa gadisnya pergi.

"Baek, sayang, kau bangun nak? Syukurlah" Taeyeon menyeka air matanya dan bergegas mendekat.

"Eomma" Baekhee dengan suara lemah.

"Ya sayang, ini Eomma, apa yang kau butuhkan sayang, kata--"

"Eomma, aku hamil" Baekhee dengan tegas, walaupun suaranya terdengar lirih, tapi gadis itu cukup tegas mengaku jika dirinya hamil.

Taeyeon menganga tidak percaya, anak gadisnya hamil?, apa gadis itu bercanda dengan ibunya?, jika iya, ini bukanlah waktu yang tepat.

"Baek, jangan bercanda sayang, kau--"

"Ya Eomma, aku hamil" Baekhee mempertegas kata-katanya.

Tangis Taeyeon semakin pecah, wanita itu merasakan sakit di hatinya, wanita itu merasa sudah gagal menjadi seorang ibu, wanita itu gagal melindungi putri satu-satunya, apa yang akan dia katakan pada orang-orang di luar sana, bagaimana murkanya ayah Baekhee jika tahu anak semata wayangnya sudah rusak.

.

.

.

Tbc