webnovel

Mad Demon [1]

Hari itu tiba, hari dimana Hei Xian ulang tahun. Itu juga menandakan bawa perebutan hak waris semakin dekat. Hei Xian berpikir jika di hari ulang tahunnya, setidaknya ia akan menjalani hidupnya sama seperti hari sebelumnya.

"A- Ampuni aku... Tuan.. Muda."

Dengan tatapan yang menusuk tajam, Hei Xian mencekik seorang pelayan di kediaman Hei. Disekelilingnya, beberapa pelayan dari dapur terlihat bersujud dengan ketakutan. Tidak ada satupun dari mereka yang berani mengangkat kepalanya dari tanah. Di sisi lain, Hei Liu berusaha melepaskan cekikan Hei Xian dari pelayan itu.

Semua ini terjadi karena kejadian beberapa jam yang lalu. Tepat di hari ulang tahunnya, Hei Xian bangun seperti biasanya. Ia terlihat cukup segar untuk orang yang begadang menatap bulan sambil melontarkan puisi aneh yang cukup membuat telinga seseorang pensiun untuk mendengar. Untungnya itu terjadi ketika orang sudah terlelap, namun cukup untuk membuat mereka mimpi buruk.

Hei Xian dengan pakaian putihnya berjalan mengelilingi kediamannya, ia mencoba mempraktekan seni peringanan tubuh.

"Ini cukup sulit, melakukannya tanpa Qi. Tapi aku bisa memodifikasinya sedikit dengan luminous shift. Lagipula, kenapa ya aku belajar teknik kaki begini ketika aku bisa bergerak super cepat dengan gift ku?"

Ia mempertanyakan tindakannya sembari bergerak dengan cepat ke sana kemari. Saat sedang berlatih, Hei Liu menghampiri Hei Xian.

"Xian... Selamat ulang tahun yang ke tujuh belas. Bagaimana perasaanmu?" tanya Hei Liu.

"Perasaanku? Setelah berbicara dengan rembulan semalam, aku merasa berada di puncak kehidupanku. Tidak ada yang bisa menghentikanku melakukan apapun yang aku inginkan." Hei Xian melebih-lebihkan.

"Aku... tidak paham maksudmu, kamu semakin sulit dipahami akhir-akhir ini. Tapi oke, apapun maksudmu itu."

Hei Xian dan Hei Liu berjalan bersama. Keduanya menuju sebuah tempat khusus. Itu berada di pinggir kolam dengan sebuah pavilion di pinggirnya. Karena hari ini adalah ulang tahun Hei Xian, Hei Liu menawarkan makan bersama untuk merayakannya. Keduanya menikmati angin sepoi di pinggir kolam itu, beberapa pelayan muncul setelah Hei Liu memberikan kode. Beberapa nampan piring dibawa oleh beberapa pelayan. Hidangan seperti ikan dan sayur-sayuran memenuhi meja.

"Apa ini... tidak terlalu banyak?" Hei Xian melihat ke arah Hei Liu. Ia memakan paha ayam dengan satu gigitan besar. Tapi ia tetap berpura-pura bersikap elegan..

"... Lupakan saja perkataanku" Hei Xian mulai makan.

Rasa makanan enak yang sudah lama tidak ia rasakan, baik itu sejak di kehidupan lamanya atau baru ini. Meski begitu, Hei Xian merasakan perasaan aneh ketika sedang makan. Perlahan namun pasti, ia merasakan sensasi tertentu di tenggorokannya. Itu semakin menguat ketika ia mengganti lauk makanannya. Hei Xian meletakan sumpit miliknya.

"Siapa koki yang membuat ini. Rasanya sangat enak, aku perlu tahu siapa yang membuatnya." Hei Xian tersenyum puas sambil melambaikan tangannya.

"Hooh... boleh juga, aku juga ingin tahu agar bisa makan ini lebih sering." Hei Liu ikut setuju.

Seorang pelayan berjalan menuju dapur. Beberapa saat setelahnya, pelayan itu kembali dengan membawa seorang koki muda dengan pakaian coklat. Ia menghampiri Hei Xian dan Hei Liu dengan ekspresi senang, berusaha menyembunyikan senyum itu tapi percuma.

"Itu saya, nona muda!" ucap koki itu.

Saat ia sudah menghampiri meja, Hei Xian segera bangkit dan menepuk bahunya dengan senyum tipis. Tapi senyum itu segera berubah menjadi tatapan tajam yang sangat menusuk. Dalam waktu singkat Hei Xian menggerakan tangannya dan mencekik koki itu. Mengangkatnya beberapa sentimeter dari lantai.

"A- Ampuni aku... Tuan.. Muda."

"Hooh... Sekarang kamu ingat kalau aku juga tuan muda?!" Hei Xian menatap tajam.

"Xian? Apa yang kamu lakukan?!" Hei Liu berusaha menenangkan Hei Xian.

Para pelayan yang melihat itu merasa khawatir dan ingin ikut membantu. Meski begitu, tatapan penuh haus darah dari Hei Xian membuat mereka terdiam, tatapan yang sedang menunjukan kematian bagi siapapun yang ia lihat. Cukup untuk membuat para pelayan takut dan berlutut.

"Bajingan ini... Atas perintah siapa kamu seenaknya memberikan racun pada makanan kami?" Hei Xian kesal.

"Aku.. Tidak paham maksud... anda." koki itu berusaha mengelak.

"Dengar, aku tidak sebodoh itu. Aku tahu kamu mencampurkan beberapa racun yang berbeda di setiap lauk. Nantinya racun itu baru akan bereaksi setelah berada di lambung dan bertemu racun lainnya. " Hei Xian menarik koki itu lebih dekat dan berbisik ke telinganya.

Hei Xian meraih sumpit miliknya lalu mematahkannya. Ketika bagian patah itu meruncing, edge dancer seketika aktif dan Hei Xian menusuk perut koki itu dengan cepat namun menghindari titik vitalnya. Tusukan cepat ke area perut.

"Akh!"

"Jangan terlalu berlebihan, ini cuma sumpit. Lagipula rasa sakit yang kau rasakan masih kalah dibandingkan dengan efek racun yang kami konsumsi seandainya kami sudah menghabisi semua lauk ini." Hei Xian melihat ke arah piring.

"Aku tidak peduli lagi siapapun yang memintamu melakukan ini padaku. Toh ketujuh kakak ku sangat kompetitif dan tidak menyukaiku. Tidak Ada bedanya jika aku mengetahui siapa yang melakukan ini padaku. Justru seperti ini jauh lebih baik, aku memiliki alasan agar bisa menyerang mereka semua secara membabi buta." lanjut Hei Xian sembari melempar koki itu ke kolam.

Setelahnya Hei Xian menendang meja hingga semua yang ada di atasnya terjatuh. Untuk sesaat mata tajamnya terganti menjadi tatapan senang. Tapi dengan cepat ia kembali menunjukkan tatapan tajam.

Bab berikutnya