webnovel

Bab 6: Kebangkitan Baru(2)

8.Kekuatan yang Menyatu dengan Alam:Jiwa Lian Chen merasakan bagaimana kekuatan itu mengalir dengan bebas dan tak terhalang melalui dirinya. Ia bukan hanya sekadar penerima kekuatan, namun ia menjadi satu dengan kekuatan itu. Setiap gerakan, setiap pikiran, kini diselaraskan dengan aliran energi alam semesta. Hal ini membuat Lian Chen menjadi seperti suatu kanal antara dunia fisik dan dimensi yang lebih tinggi—dimana waktu dan ruang tak lagi memiliki batasan yang jelas.

Dengan jiwa yang kini terbuka, Lian Chen merasakan kekuatan spiritual yang luar biasa. Jiwa dan tubuhnya seolah saling mendukung, berkolaborasi dalam harmoni sempurna. Mungkin sebelumnya ia hanya mengenal kekuatan fisik dan kultivasi biasa, tetapi sekarang, ia mulai memahami bahwa inti dari kekuatan sejati berasal dari keseimbangan antara tubuh dan jiwa—kekuatan yang muncul bukan hanya dari latihan keras, tetapi juga dari pemahaman mendalam tentang eksistensi diri dan alam semesta.

9.Transendensi dan Perubahan Jiwa:Semakin lama Lian Chen berhubungan dengan warisan ini, semakin ia merasakan bahwa ia bukan lagi sekadar seorang kultivator. Jiwa dan tubuhnya mulai terlebur dalam proses transendensi yang akan membawanya ke dalam dimensi yang lebih tinggi. Dia mulai merasakan adanya perbedaan dalam cara berpikir dan merasakan, seolah ia lebih menyatu dengan alam sekitar. Keputusannya kini tidak hanya berdasarkan logika atau pengamatan, melainkan juga berdasarkan intuisi mendalam yang berasal dari alam semesta itu sendiri.

Secara fisik, tubuhnya mungkin telah menjadi lebih kuat dan lebih tangguh, tetapi secara jiwa, Lian Chen telah mulai menjelajahi potensi tak terbatas dari keberadaannya. Ini bukan hanya tentang mengalahkan musuh atau memperoleh kekuatan; ini adalah perjalanan untuk menyatu dengan segala yang ada, mencapai pencerahan dan pengertian yang tak terhingga, serta mewujudkan kekuatan jiwa yang sejati—sebuah kekuatan yang mampu memengaruhi bahkan tatanan alam semesta itu sendiri.

---

Dengan pengembangan ini, Lian Chen tidak hanya mengalami peningkatan kekuatan fisik, tetapi juga spiritual, dan perjalanan jiwanya menjadi lebih mendalam, mengarah pada pemahaman dan penguasaan kosmik yang lebih besar.

---

Kebangkitan Lian Chen

Ketika akhirnya ia membuka mata, lima hari setelah proses penyatuan itu, pandangan pertama yang ia tangkap adalah langit biru cerah yang terlihat langsung dikedalaman hutan dekat pinggir jurang curam. Udara yang ia hirup terasa segar dan penuh energi, jauh berbeda dari sebelumnya.

Ia bangkit perlahan, tubuhnya terasa ringan, namun ada rasa aneh yang menusuk di dalam hatinya. Ia menggenggam dadanya dan merasakan kekuatan yang berdenyut di dalam sana, seperti gunung berapi yang siap meletus. Matanya menatap tangannya, terkejut melihat kulitnya yang bercahaya samar.

> "Ini… tubuhku? Apa yang sebenarnya terjadi padaku?"

Lian Chen memejamkan matanya, mencoba merenungkan perasaan yang membanjiri dirinya. Di satu sisi, ia merasa bersyukur atas kekuatan baru yang memberinya harapan, tetapi di sisi lain, ia diliputi kebingungan dan ketakutan. Apa artinya semua ini? Mengapa batu itu memilihnya? Apa yang harus ia lakukan sekarang?

> "Aku… berbeda sekarang. Tapi, apa artinya ini semua jika aku tak tahu apa tujuan dari kekuatan ini?"

Emosinya bercampur aduk—antara kegembiraan, kekhawatiran, dan rasa bersalah. Ia sadar, kekuatan ini mungkin bukan pemberian yang cuma-cuma. Ada harga yang harus dibayar.

---

Langkah Awal Kultivasi

Meskipun kebingungan masih menyelimuti hatinya, suara samar dari dalam jiwanya kembali muncul, memberikan petunjuk tentang langkah awal untuk mengendalikan kekuatan itu. Lian Chen duduk bersila, mengikuti arahan suara tersebut. Ia mulai mengatur napasnya, membiarkan energi baru dalam tubuhnya mengalir perlahan.

Namun, saat ia mencoba memusatkan pikiran, rasa sakit tiba-tiba menyerangnya. Kepalanya berdenyut, dan ia melihat kilatan-kilatan memori yang bukan miliknya. Ia melihat dunia lain—langit yang tak berujung, perang besar, dan sosok yang memegang batu pusaka yang sama dengan yang menyatu di tubuhnya.

> "Apa ini? Kenapa aku melihat semua ini?"

Meski rasa sakit itu hampir membuatnya menyerah, ia terus berjuang. Energi dalam tubuhnya mulai menenangkan jiwa dan pikirannya. Perlahan, ia mulai memahami bahwa ini bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga tentang tekad untuk menerima semua konsekuensi yang datang dengan warisan ini.

Bab berikutnya