webnovel

Chapter 12 - Strategi Dalam Kegelapan

Setelah membentuk aliansi yang kuat, Aryan menyadari bahwa tidak semua makhluk di Neraka akan menerima perubahan ini dengan lapang dada. Meskipun semangat dan tekadnya tinggi, ia tahu bahwa ada kekuatan gelap yang mungkin merasa terancam oleh persatuan ini.

Di tengah pertemuan dengan para pemimpin baru, Aryan membahas rencana mereka untuk melatih pasukan dan memperkuat pertahanan. Namun, dia tidak bisa menghilangkan rasa curiga yang menghantuinya.

"Saya khawatir kita mungkin menjadi target bagi mereka yang tidak ingin melihat perubahan ini," ucapnya, menatap para pemimpin dengan serius. "Kita harus bersiap untuk kemungkinan serangan."

Thoran, pemimpin Golgotha, mengangguk. "Kau benar, Aryan. Namun, kita tidak bisa menunjukkan kelemahan. Jika kita bersikap defensif, kita hanya akan menarik perhatian lebih banyak musuh."

Aryan setuju, tetapi dia tahu bahwa penting untuk tetap waspada. "Kita perlu mengembangkan strategi yang tidak hanya menyerang, tetapi juga menggertak. Kita harus membuat mereka berpikir dua kali sebelum mencoba menyerang kita."

Setelah pertemuan, Aryan menyendiri di ruang kerjanya, merenungkan langkah-langkah selanjutnya. Ia membuka sistem kekuatannya, mengingat pesan dalam dirinya: untuk tidak membiarkan kekuatan menguasainya. Ia mulai merancang rencana latihan yang lebih intensif, menggabungkan teknik bertahan dan menyerang, sekaligus membangun kepercayaan di antara para prajuritnya.

Malam itu, saat ia merenungkan rencananya, bisikan kembali terdengar. "Kekuatanmu adalah dua sisi mata uang. Gunakan dengan bijaksana, atau kau akan kehilangan segalanya."

Menyadari hal ini, Aryan memutuskan untuk melakukan pendekatan yang lebih strategis. Dia mulai menyusun jaringan intelijen, merekrut mata-mata di wilayah-wilayah musuh untuk mendapatkan informasi penting. Dia tahu bahwa pengetahuan adalah senjata yang tak kalah ampuh.

Hari-hari berlalu, dan Aryan mulai mendapatkan berita tentang rencana musuh. Diketahui bahwa beberapa kelompok yang merasa terancam mulai berkumpul untuk melawan Aryan dan aliansinya. Ini adalah kesempatan bagi Aryan untuk menunjukkan kekuatan dan kecerdasannya.

Suatu malam, saat melatih pasukannya, Aryan memutuskan untuk menguji kemampuan mereka dalam situasi yang lebih nyata. "Kita akan melakukan simulasi serangan malam ini. Bayangkan bahwa kita sedang diserang oleh musuh. Siapakah yang bisa memimpin pertahanan?"

Beberapa prajurit maju, tetapi Aryan memilih salah satu pemimpin junior, seorang iblis bernama Kael. "Kael, kamu yang memimpin malam ini. Tunjukkan kepemimpinanmu."

Kael tampak gugup tetapi berusaha keras. Aryan mengawasi dengan seksama, memberi arahan dan intervensi ketika perlu. Malam itu, para prajurit berlatih dengan giat, dan Aryan mulai merasakan bahwa mereka telah berkembang pesat.

Setelah latihan, Aryan mengumpulkan mereka. "Kita tidak bisa mengandalkan kekuatan saja. Kecerdasan dan strategi adalah kunci. Jangan pernah anggap remeh musuh kita."

Mereka semua mengangguk, menyadari betapa pentingnya kebijaksanaan dalam pertempuran.

Namun, Aryan juga tahu bahwa tidak semua orang di dalam aliansi ini memiliki niat baik. Ada potensi pengkhianatan dari dalam. Ia memutuskan untuk menyelidiki beberapa pemimpin yang tampaknya kurang percaya diri dalam aliansi ini.

Dengan tekad yang bulat, Aryan membagi tim-tim kecil untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut tentang ketidakpuasan yang mungkin muncul. "Kita harus memastikan bahwa semua yang bersama kita memiliki tujuan yang sama. Siapa pun yang meragukan misi kita, harus dihadapi," tegasnya.

Dengan langkah yang lebih berhati-hati, Aryan terus maju. Dia tahu bahwa meskipun jalan di depan terlihat menjanjikan, badai masih menunggu di ujung jalan. Persatuan ini harus dipertahankan dengan kekuatan dan kecerdasan.

Aryan tersenyum tipis saat dia melihat pasukannya berlatih dengan semangat. "Kita akan mengubah Neraka menjadi tempat yang tidak hanya ditakuti, tetapi juga dihormati. Namun, kita harus selalu waspada," pikirnya, mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak terjebak dalam ilusi harapan semata.

Bab berikutnya