webnovel

Chapter 3 : Kesempatan dari Tuhan

Pikiran terakhirnya adalah saat teman temannya akhirnya dihukum mati lalu kemudian dirinya juga dipancung, seorang pria bernama Adhitama bangun dengan perasaan aneh. Berharap bahwa semua kejadian yang telah dialami oleh dirinya sendiri dan teman-temannya yang terbawa ke isekai dan mati hanyalah sebuah mimpi.

Setelah menggosok mata dan merasakan aliran udara yang seharusnya, ia menyadari sesuatu yang luar biasa: ia tidak lagi berada di tempat dirinya dahulu. Alih-alih melihat langit-langit kamar tidurnya ataupun kembali ke kelasnya sebelumsemua itu terjadi, yang ada hanya gelap gulita.

Tubuhnya merasa seperti tenggelam di lautan yang dalam, dia mencoba untuk berfikir.

"Huh, dimana aku sekarang ini?" (Adhitama)

Air gelap yang dalam terbentang di sekitarnya seperti rahasia gelap yang tak terpecahkan. Setiap helaan napas terasa berat dan tertahan saat tubuhnya terjebak dalam dekapan air laut yang membelai dengan lembut namun juga mencekam.

"Apakah aku sudah mati?" (Adhitama)

Kehilangan kedalaman dan kehilangan arah, dia merasakan denyutan jantungnya semakin cepat seiring perlahan tenggelam ke dalam ketidakpastian yang dalam. Suara lingkungan bawah air, yang biasanya berdengung dengan kehidupan dan keberagaman, sekarang terdengar jauh dan samar, seperti seruan dari masa lalu yang tenggelam dalam waktu.

"Apakah seperti ini rasanya sebuah kematian?" (Adhitama)

Hatinya berdebar cepat, dan Adhitama berusaha mengingat apa yang telah terjadi kepada teman-teman sekelasnya.

Kemudian semuanya menjadi kabur. Dia meraba sekitarnya dengan hati-hati, merasakan permukaan yang halus dan padat di sekelilingnya. Ketika ia meraih ke atas, ia menyentuh sesuatu yang terasa seperti tutup. Dengan sedikit usaha, Adhitama berhasil membuka "tutup" tersebut, dan cahaya tiba-tiba menerangi ruangan yang sangat sempit.

Ternyata, Adhitama tidak berada di dalam kamar tidurnya atau di tempat lain yang dikenalnya. Ia mendapati dirinya berada di dalam suatu ruang yang kecil dan terbuat sepenuhnya dari logam. Di atasnya, ada panel kontrol dengan tombol dan lampu yang tidak dikenalnya. Adhitama merasa panik dan bingung. Ia berusaha meneriakkan namun suaranya tidak menghasilkan apa-apa, seolah-olah suara itu ditelan oleh ruangan logam tersebut.

"Tempat apa ini?" (Adhitama)

Waktu berlalu dengan perlahan, dan Adhitama merasa terjebak dalam keadaan yang aneh ini. Ia mencoba menjelajahi setiap sudut ruangan, tetapi semuanya tetap terlihat asing baginya.

Lalu dibelakangnya munculah sesosok makhluk dengan pakaian serba putih dan juga memiliki puluhan sayap yang berada pada punggung sesosok makhluk tersebut.

Adhitama merasakan seperti ada seseorang dibelakangnya, lalau ia pun menoleh ke belakang dan nampaklah sesosok seperti malaikat tersebut.

Ahitama menjadi bingung dan bimbang harus melakukan apa, akhirnya dia memberanikan dirinya bertanya kepada sesosok makhluk tersebut.

"S…Siapa kau?" (Adhitama)

"Siapa aku? Mungkin kalian para manusia mengenalku dengan sebutan malaikat?." (???)

"M…Malaikat? A….apa yang akan kamu lakukan?" (Adhitama)

"Aku tidak tahun, hanya Tuhan Yang Maha Esa yang mengetahui apa takdirmu." (???)

Wajah sesosok malaikat tersebut memancarkan keajaiban dan kehadiran yang luar biasa saat mata mereka saling menatap. Detak jantungnya seakan berirama dengan kehadiran malaikat yang berdiri di hadapannya, begitu luar biasa dan misterius. Matanya terpaku pada sosok yang terpancar dengan cahaya lembut, seolah-olah membawa sinar matahari langsung ke dalam ruangan.

Sang malaikat itu langsung mendekat seperti sedang berjalan mendekati Aditama, namun ternyata tidak. Sang malaikat malah mendekaati tombol-tombol dan layar aneh yang ada disana, lalu menekan beberapa tombol di panel kontrol, tiba-tiba ruangan mulai bergetar dan Adhitama merasakan sensasi aneh seolah-olah ia sedang bergerak dengan cepat.

Setelah beberapa saat, getaran itu mereda dan ketika Adhitama membuka mata, pemandangan di depannya benar-benar mengagumkan. Ia berada di tengah-tengah suatu lanskap luar angkasa yang penuh dengan bintang-bintang dan planet-planet yang berwarna-warni.

Adhitama merasa kagum dan takjub dengan keindahan yang ia lihat, tetapi juga merasa sangat kecil dan rentan di tengah-tengah ketidakpastian ini.

"Hai Adhitama Elvan Syahreza aku punya kabar untukmu dari Tuhan" (???)

"K….Kabar? apakah itu kabar buruk?" (Adhitama)

"Hahahahaha" (???)

Adhitama tidak mengharapkan bahwa sang malaikat akan tertawa ketika akan membacakan takdirnya, perasaan ketidakpastian yang muncul ketika seseorang tidak tahu apakah mereka akan mendapatkan kabar buruk atau kabar baik dapat diungkapkan dengan perasaan campur aduk, cemas, dan gelisah.

Adhitama merasa tegang dan sulit berkonsentrasi karena pikiran mereka terus menerka-nerka apa yang mungkin terjadi. Ketidakpastian semacam ini juga bisa membuatnya merasa tidak nyaman dan sulit untuk bersantai.

"A…..Apakah itu kabar yang sangat buruk?" (Adhitama)

"Hahaha, mukamu tadi sangat tegang. Tenang saja ini bukan merupakan kabar yang buruk" (???)

Seorang Adhitama yang akan mendapatkan kabar baik menunjukkan tanda-tanda kegembiraan, antisipasi, dan senyuman. Ekspresi wajahnya munmenjadi cerah lagi dan matanya bersinar dengan kebahagiaan.

Secara keseluruhan, ekspresi Adhitama yang akan mendapatkan kabar baik akan mencerminkan kegembiraan, antusiasme, dan kebahagiaan yang dirasakannya dalam menghadapi berita positif yang akan datang

Adhitama pun memberanikan diri untuk bertanya.

"Wahai malaikat utusan tuhan, apakah kabar baiknya untuk saya" (Adhitama)

"Kabar baiknya ialah Tuhan Yang Maha Esa akan memberikanmu dua buah pilihan" (???)

"Dua buah pilihan?" (Adhitama)

Seseorang yang dihadapkan pada dua pilihan mungkin akan menunjukkan tanda-tanda pemikiran mendalam dan pertimbangan. Ekspresi wajah mereka mungkin agak serius, dengan alis yang sedikit diangkat dan bibir yang mungkin terlipat sedikit. Mata mereka bisa terlihat sedikit berpikir dan fokus, mencoba memproses semua informasi yang terkait dengan kedua pilihan tersebut.

Selain itu, mungkin ada ekspresi raut wajah yang sedikit penuh perenungan atau kekhawatiran, karena mereka mencoba memahami konsekuensi dari setiap pilihan yang mereka pertimbangkan. Mereka mungkin mengalihkan pandangan secara bergantian dari satu pilihan ke pilihan lainnya, mencoba memperoleh wawasan lebih lanjut.

"Wahai malaikat utusan dari tuhan, apa pilihan pertamaku" (Adhitama)

"Pilihan pertamamu adalah apakah kamu akan kembali ke masa lalu dimana semua kejadian yang kamu alami selama ini menjadi seolah tidak pernah terjadi, kamu akan mucul di kelasmu sebelum transfer terjadi. Akan tetapi itu hanya akan menjadi dunia pararael bagimu, duniamu yang asli tidak akan berubah takdirnya" (???)

"Wahai malaikat, lalu untuk pilihan kedua apa isinya?" (Adhitama)

"Tuhan sudah tahu takdirmu dan tentu takdir yang akan kamu dan teman-temanmu alami didunia itu, sebutlah saja dunia isekai. Tuhan juga mengerti bagaimana rusaknya dunia itu karena para dewa-dewa palsu yang terus merusak dunia itu dengan kejamnya. Namun tentu dibelahan dunia itu masih ada orang-orang baik sepertimu yang mencintai perdamaian dan kasih sayang antar sesama makhluk tanpa membedakan ras maupun status mereka" (???)

"Wahai malaikat utusan tuhan, apa maksudnya tentang pilihan kedua itu?

Adhitama yang dihadapkan pada pilihan takdir yang berbeda mungkin akan menunjukkan reaksi yang sangat kompleks dan bervariasi tergantung pada karakter dan kepribadian mereka. Ekspresinya mungkin mencerminkan perasaan bingung, perenungan mendalam, dan kecemasan mengenai konsekuensi dari setiap pilihan.

Ekspresi wajah Adhitama mencerminkan kebingungan, dengan alis yang kerut dan ekspresi yang serius. Mungkin juga ada tanda-tanda kekhawatiran yang terlihat dalam matanya, yang mencerminkan perasaan takut akan dampak dari setiap pilihan yang dihadapi.

Secara keseluruhan, ekspresi seseorang yang dihadapkan pada pilihan takdir yang berbeda akan mencerminkan kombinasi antara kebingungan, perenungan mendalam, dan kecemasan. Ini adalah momen di mana mereka merenungkan arti dan dampak dari setiap jalan yang dapat mereka ambil.

Top of Form

"Aku hanyalah penyampai pesan dari Tuhan. Kedua pilihan tersebut hanya memeberimu untuk menjalani kehidupan damai sama seperti sebelum transfer, atau kamu ingin memilih jalan untuk menjadi pemimpin yang akan membawa anging kedamain ke dunia isekai itu." (???)

"Wahai malaikat, bagaimana caraku untuk mengubah dunia itu? Aku hanyalah manusia lemah dan tidak mempunyai apa-apa." (Adhitama)

"Tuhan akan memberimu kessempatan untuk menjadi Pangeran, lalu menjadi  pangeran mahkota, dan selanjutnya menjadi seorang Raja pada sebuah kerajaan. Sehingga pada suatu saat nanti kerajaanmu akan dipindahkah ke dunia Isekai ini untuk membawa angin perubahan baru." (???)

Seseorang yang akan ditakdirkan menjadi seorang raja mungkin akan menunjukkan campuran antara kekaguman, rasa tanggung jawab, dan antisipasi. Ekspresi wajah mereka mungkin mencerminkan perasaan campur aduk ini dengan berbagai cara.

Namun, Adhitama juga merasa takut. Ia merasa beban menjadi seorang raja yang kuat dan adil begitu besar. Lebih dari itu, ia sangat khawatir akan godaan serakah yang mungkin muncul dengan kepemimpinan. Ia teringat kisah-kisah tentang raja-raja sebelumnya yang terbuai oleh kekayaan dan kekuasaan, hingga melupakan kesejahteraan rakyatnya.Top of Form

"Baiklah kalua begitu malaikat, aku akan memilih takdir keduaku untuk menjadi raja dan kerajaanku yang akan membawa angin pwedamainan serta kesetaraan sekaligus kemakmuran kesuluruh dunia isekai tersebut." (Adhitama)

"Baiklah kalau begitu, semoga kau akan menjadi raja yang bijaksana dan memimpin kerajaanmu ke kemakmuran" (???)

Tiba-tiba, sesuatu yang aneh terjadi. Suara-suara yang tak dikenal mulai terdengar dari segala arah, seolah-olah langit telah menghilang dan dunia sekarang berada dalam dimensi yang berbeda.

Seolah-olah dalam sekejap, seluruh sekitar Adhiitama menjadi gelap gulita lagi seperti sebelum bertemu dengan malaikat itu. Sang malaikat tiba-tiba juga menghilang.

Pandangan Adhitama menjadi kabur dan kegelapan menyelimuti segala sudut. Hatinya berdebar kencang karena sensasi tak terduga ini.

Saai dia mecoba membuka untuk matanya lagi, dia melihat....

Bab berikutnya