webnovel

Ikhlas Adalah Jiwa Amal Ibadat Lahiriah

 

Tentang ini Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary telah merumuskan dalam Kalam Hikmahnya yang ke-10 sebagai berikut:

"Amal-amal lahiriah itu mcrupakan gambaran-gambaran (bentuk-bentuk) yang berdiri (tanpa nyawa), sedangkan arwahnya ialah keikhlasan yang terdapat dengan tersembunyi di dalam amalan-amalan itu."

Pengertian Kalam Hikmah ini dapat kita lihat sebagai berikut:

I. Bahwa sekalian amal kebajikan apa pun saja adalah laksana. patung-patung atau gambaran-gambaran berbentuk yang kosong dari roh (jiwa) karena itu, maka tidak ada artinya bahkan tidak ada manfaatnya sama sekali, sebagaimana juga kebalikannya yakni ada roh tetapi tidak ada wadahnya. Oleh karena itu amal ibadah yang diterima oleh Allah s.w.t. buat menjadi persiapan kita di akhirat nanti, ialah amal-amal ibadat yang mengandung keikhlasan di dalamnya.

II. "IKHLAS" yang telah tersebut di dalam Kalam Hikmah tadi sifatnya adalah umum, mencapai pada macam-macam ikhlas yang sesuai dengan tingkatan macam-macam manusia sdaku hamba Allah s.w.t.

[a] Iklzlaashul 'Ibaadi.

Maksudnya keikhlasan yang terdapat pada sebagian hamba Allah yang mdaksanakan amal-amal kebajikan di mana bersih dari dalam hatinya penyakit riya'. Yakni ia beramal itu tidaklah maksudnya sebagai memperlihatkan kepada orang bahwa ia beramal, baik secara langsung atau secara tidak langsung. Juga tidak ada dalam hatinya maksud-maksud duniawi seperti supaya dihormati orang dan lain-lain sebagainya. Dia beramal itu meskipun tujuannya karena Allah s.w.t., tetapi adalah mengharapkan pahala dari Allah dan dijauhkan oleh Allah, baik di dunia atau di akhirat dari sekalian azab siksaNya dan tujuan tadi juga perasaannya berpegang bahwa dengan amal ibadah yang dikerjakan olehnya, dapat mencapai maksudnya tadi. 

Karena itu maka hatinya tidak dapat dipisahkan dari ama1 ibadah selaku perbuatannya. Ini ada1ah tingkatan keikhlasan terendah dari semua tingkatan ikhlas dan keikh1asan.

[b] Ikhlaashul Muhibbiina.

Keikhlasan da1am tingkat ini adalah di atas nilai keikhlasan Al-'lbaad. Yang dimaksud dengan keikh1asan Muhibhiin ialah bahwa beramal ibadah itu bukanlah maksudnya karena maksud mendapat pahala dari Allah, dan juga bukan maksud menjauhkan diri dari 'lqab dan siksaan Allah (apabila tidak menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhkan larangan-laranganNya). Tetapi maksud beramal itu ialah semata-mata tujuan membesarkan Allah dan mengagungkanNya. 

Oleh karena itu maka seorang wali Allah yang terkenal dengan nama: Rabi'ah Al-'Adawiyah berkata:

"Aku tidak menyembah Engkau (ya Allah) karena takut dari nerakaMu, dan pula tidak menyembah Engkau karena loba pada syurgaMu."

Demikian kata Rabi'ah Al-'Adawiyah. Dengan ini teranglah bagi kita bahwa keikhlasan dalam tingkat ini sudah tidak dipengaruhi oleh nafsu atau maksud-maksud yang berbau nafsu dan dunia. Karena apabi1a masih ada maksud beribadah kepada Allah karena mengharapkan kesenangan dan kebahagiaan di hari kemudian, berarti keikh1asan kita belum sampai ke tingkat Ikhlaashul Muhibbiin. Bagaimana tingginya nilai keikh1asan da1am tingkatan ini, maka Rabi'ah telah melukiskan ketinggiannya dalam syair-syairnya sebagai berikut:

"Semua mereka manusia menyembah Engkau (ya Allah) karena takut pada neraka, dan mereka melihat keuntungan yang besar pada terlepas dari siksaan-siksaan." 

"Atau mereka bermaksud supaya dapat mendiami syurga-syurga loka, maka mereka beruntung mendiami istananya dan dapat minum salsa bil air bening dari sungai syurga."

"Tidak adalah arti keuntungan hagiku dengan mendapatkan syurga dan jauh dari neraka, karena aku tidak menghendaki ganti (dengan apa pun saja) selain dengan cintaku (kepada Allah s.w.t.)."

[c] Iklzlaaslllll 'Aarifiina.

atau dapat juga disebut dengan:

Ikhlaashul Muqarrabiina.

Ini adalah tingkat keikhlasan yang tertinggi dari segala-galanya. Barangsiapa di antara kita yang dikurniai Allah dengan keikhlasan ini berarti orang itu tdah betul-betul mendapatkan keikhlasan yang sejati dan tertinggi. Hamba Allah yang telah sampai kepada keikhlasan ini, mereka dalam beramal sudah tidak lagi melihat kepada diri mereka, tetapi tertuju kepada Allah Yang Maha Esa, baik dalam geraknya ataupun dalam diamnya. Mereka betul-betul telah merasakan pengertian hakiki dari Kalimat:

"Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan melainkan dengan Allah Yang Maha Tinggi lagi Yang Maha Agung."

Tenggelam mereka dalam perasaan yang betul-betul dan tidak dibuat-buat menurut pengertian hakiki kalimat tadi. Tujuan beramal dalam tingkatan ini iala semata-mata menghampirkan diri kepada Allah s.w.t. Apabila keikhlasan sebelumnya bertujuan mencari "Tashilul Iradah", yakni memperbaiki tujuan hati untuk lempang licin jalan ibadah mennjurus kepada Allah. Apabila keikhlasan sebelumnya sifatnya Lillaahi Ta'ala dan ini adalah sifat setiap orang ibadah, tetapi sifat ibadah pada tingkatan ini Billaahi Ta'ala, dan ini adalah sifat setiap orang menuju kepada Allah.

Beramal Lillaahi Ta'ala ialah mendirikan dengan baik hukum-hukum lahiriah, sedangkan beramal Billaahi Ta'ala ialah, mendirikan kebaikan yang terkandung dalam hati yang bersih demi untuk tujuan berhampir kepada Allah. Inilah yang dimaksud oleh sebagian ulama Sufi dengan perkataannya:

"Betulkanlah amalan anda dengan ikhlas dan betulkanlah keikhlasan anda dengan melepaskan diri dari daya dan kekuatan (makhluk)."

Kesimpulan:

Apabila kita ingin supaya amal ibadah kita diterima oleh Allah, maka ikhlas adalah roh dan jiwa dari amal-amal kebajikan. Allah akan menilai amal ibadah kita dengan penilaian yang rcndah, tinggi, dan tertinggi adalah sesuai dengan dangkal dan mendalamnya keikhlasan kita dalam amal ibadat kita.

Beramallah dengan ikhlas. ltulah yang diperintah Allah kepada seluruh hambaNya, sebagaimana firman-Nya di dalam Al-Quran sebagai berikut:

"Dan mereka hanya diperintahkan untuk menyembah Allah dengan tulus-ikhlas, beragama untuk Allah semata-mata, berdiri lurus menegakkan sembahyang dan membayar zakat itulah agama yang sebenarnya." (Al-Baiyinah: 5)

Mudah-mudahan kita selalu dikurniai oleh Allah dengan melaksanakan amal ibadah apa saja dengan keikhlasan yang betul-betul menurut perintah Allah. Amin!

Bab berikutnya