webnovel

Ch 14

Shirou duduk di dekat gerobak dagangan Hestia, tangannya memegang buku kecil dengan sampul yang sederhana. Buku itu adalah panduan umum tentang dungeon di Orario, sesuatu yang diberikan Syr kepadanya dengan harapan Shirou bisa memahami lebih dalam tentang tantangan yang akan dihadapinya jika memutuskan untuk menjadi petualang. Cahaya matahari yang lembut menyinari halaman buku, sementara angin sepoi-sepoi membuat helai rambutnya sedikit bergetar.

Sambil menjaga gerobak, pikiran Shirou terus berputar, merenungkan isi buku tersebut. Ia membaca tentang struktur dungeon, monster yang berkeliaran di dalamnya, dan strategi dasar untuk bertahan hidup. Meskipun sudah memiliki sedikit pengetahuan tentang pertempuran dari pengalaman hidupnya sebelumnya, Shirou menyadari bahwa dungeon ini bukanlah medan perang biasa. Ini adalah tempat di mana kekuatan misterius dan sihir bercampur, penuh dengan bahaya yang tak terduga.

Di tengah-tengah pembacaannya, suara langkah ringan mendekat. Shirou mengangkat wajahnya dan melihat Aiz Wallenstein, pendekar pedang terkenal dari Loki Familia, mendekatinya. Aiz menatap buku di tangan Shirou dengan ekspresi penasaran. "Kamu sedang membaca panduan dungeon?" tanyanya dengan nada datar namun penuh perhatian.

Shirou mengangguk, menutup buku itu sejenak. "Ya, aku sedang mempelajari lebih banyak tentang dungeon. Aku berpikir untuk bergabung dengan sebuah Familia yang fokus pada penjelajahan dungeon."

Mata Aiz sedikit menyipit, seperti mencoba memahami keputusan Shirou. "Jadi kamu benar-benar ingin menjadi petualang?" tanyanya lagi, kali ini dengan nada yang lebih serius. Ada sedikit kekhawatiran dalam suaranya, meskipun ia berusaha menyembunyikannya.

Shirou tersenyum tipis, mengangguk sekali lagi. "Ya, aku ingin menjelajahi dungeon dan melihat apa yang bisa aku pelajari. Tapi aku juga harus menemukan Familia yang cocok."

Aiz terdiam sejenak, merenungkan jawaban Shirou. Dalam hatinya, ada kekhawatiran yang tumbuh bahwa jika Shirou benar-benar menjadi petualang penuh waktu, dia mungkin tidak akan lagi punya waktu untuk memasak Jagamaru-kun—makanan favoritnya. Namun, sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya, membuatnya sedikit tersenyum.

"Jika kamu serius ingin mempelajari lebih banyak tentang dungeon," kata Aiz dengan nada yang lebih lembut, "pustaka di mansion Loki Familia memiliki koleksi buku yang jauh lebih lengkap daripada panduan ini. Kamu bisa datang ke sana... jika kamu mau."

Shirou tampak terkejut dengan tawaran itu. "Benarkah? Itu akan sangat membantu. Tapi... bukankah itu hanya untuk anggota Loki Familia?"

Aiz mengangguk pelan, menatap langsung ke mata Shirou. "Iya, tapi jika kamu ingin, aku bisa mengatur agar kamu bisa berkunjung. Dan... jika kamu tertarik, kamu bisa mempertimbangkan untuk bergabung dengan Loki Familia."

Dalam hatinya, Aiz memikirkan betapa menyenangkan jika Shirou menjadi bagian dari Loki Familia. Selain mendapatkan akses ke semua sumber daya yang diperlukan untuk menjadi petualang, Aiz juga akan bisa menikmati masakan Shirou setiap hari—pikiran yang membuat hatinya berdegup lebih cepat.

Shirou, yang tidak menyadari motivasi tersembunyi Aiz, merenung sejenak. "Aku akan mempertimbangkannya," katanya dengan senyum. "Aku sangat menghargai tawaranmu."

Aiz mengangguk dengan puas, lalu menatap buku di tangan Shirou sekali lagi. "Kamu pasti akan menemukan lebih banyak pengetahuan di pustaka kami. Dan siapa tahu, mungkin kamu akan menemukan sesuatu yang membantumu mencapai tujuanmu lebih cepat."

Shirou tersenyum, merasa lebih semangat. "Terima kasih, Aiz. Aku akan memikirkan tawaranmu dengan serius."

Aiz hanya mengangguk, namun dalam hatinya ia berharap bahwa Shirou akan menerima tawarannya. Mungkin dengan begitu, ia bisa memastikan bahwa masakan favoritnya, Jagamaru-kun, akan selalu ada di dekatnya. Dan mungkin, hanya mungkin, dia bisa mengenal Shirou lebih dekat.

Dengan pikiran tersebut, Aiz melanjutkan perjalanannya, sementara Shirou kembali pada bukunya, tetapi kali ini dengan semangat baru dan sedikit rasa penasaran tentang apa yang akan datang.

Shirou terdiam sejenak setelah Aiz mengajukan tawarannya. Dalam benaknya, dia merasa sangat beruntung atas kesempatan ini. Loki Familia terkenal sebagai salah satu Familia terkuat di Orario, dengan banyak petualang tingkat tinggi dan pengalaman luas dalam penjelajahan dungeon. Ini adalah peluang emas yang mungkin hanya datang sekali dalam seumur hidup, terutama bagi seorang pendatang baru seperti dirinya yang belum memiliki reputasi atau kekuatan yang signifikan.

Ketika Hestia kembali dari membeli bahan-bahan makanan, Shirou langsung menyambutnya. "Hestia-sama," katanya dengan suara penuh semangat, "Aku mungkin akan pergi sebentar untuk mengunjungi mansion Loki Familia. Aiz-san mengundangku untuk melihat perpustakaan mereka yang lebih lengkap tentang dungeon."

Hestia menatap Shirou dengan sedikit kaget, alisnya mengerut. "Loki Familia, ya?" tanyanya, suaranya mengandung nada waspada. "Kamu tahu siapa Loki, kan? Dewi itu terkenal suka membuat masalah."

Shirou tersenyum menenangkan. "Aku tahu, Hestia-sama. Justru karena itu, aku ingin pergi dan melihat sendiri seperti apa Loki dan anggota Familianya. Ini juga kesempatan baik untuk mencari tahu apakah Loki Familia mungkin cocok untukku."

Hestia terlihat sedikit khawatir, tapi dia mengangguk perlahan. "Baiklah, Shirou. Kalau kamu merasa ini adalah hal yang benar untuk dilakukan, aku tidak akan menghentikanmu. Tapi hati-hati, ya?"

Shirou mengangguk yakin. "Tentu, Hestia-sama. Terima kasih atas pengertiannya."

Setelah berpamitan, Shirou berbalik dan melihat Aiz yang masih duduk di sana, dengan semangat melahap Jagamaru-kun seperti anak kecil yang menikmati camilan favoritnya. Shirou mendekati Aiz dan menyampaikan keputusannya.

"Aiz-san," panggilnya pelan, membuat Aiz berhenti sejenak dari makanannya dan menatapnya. "Aku setuju untuk mengunjungi mansion Loki Familia dan memeriksa perpustakaan serta melihat lebih dekat seperti apa para anggota dan Dewi Loki itu sendiri."

Mata Aiz berbinar sedikit mendengar keputusan Shirou. "Benarkah? Itu bagus. Aku akan membawamu ke sana," katanya dengan senyum lembut, merasa lega dan senang bahwa Shirou menerima tawarannya.

Shirou mengangguk dengan rasa terima kasih. "Terima kasih atas kesempatan ini, Aiz-san. Aku ingin tahu lebih banyak tentang dungeon dan juga ingin memastikan apakah Loki Familia adalah pilihan yang tepat bagiku."

Aiz, masih memegang Jagamaru-kun yang terakhir, tersenyum senang. "Jangan khawatir, Shirou. Aku akan memastikan kamu mendapat semua informasi yang kamu butuhkan."

Shirou tersenyum, merasa lebih bersemangat dan siap untuk petualangan barunya. Dia tahu bahwa banyak hal yang belum dia ketahui tentang dunia ini, dan mungkin perjalanan ini akan memberinya jawaban yang dia cari. Dengan Aiz sebagai pemandu, Shirou merasa lebih yakin bahwa ia akan menemukan jalannya di dunia penuh misteri ini.

Shirou mengikuti Aiz dengan langkah mantap, memasuki gerbang besar yang membawa mereka ke dalam Twilight Manor, markas dari Loki Familia. Bangunan megah itu berdiri dengan anggun, mencerminkan kekuatan dan prestise Familia yang tinggal di dalamnya. Meskipun ukurannya sangat besar dan megah, tidak ada penjaga yang menghalangi mereka masuk, seolah kehadiran Aiz sendiri sudah cukup untuk menjamin keamanan.

Aiz berjalan dengan percaya diri, tidak banyak berbicara saat dia memimpin Shirou melewati halaman yang luas dan menuju pintu belakang yang lebih kecil dan tersembunyi. Shirou mengamati sekeliling, terkesan dengan arsitektur dan suasana tempat itu. Setiap sudut Manor tampak dipenuhi dengan sejarah dan cerita, sesuatu yang mungkin hanya bisa dirasakan oleh mereka yang telah lama tinggal di sini.

Mereka tiba di sebuah pintu kayu besar yang tampak sederhana dibandingkan dengan pintu-pintu besar lainnya di Manor ini. Aiz membukanya dengan mudah, dan mereka memasuki ruangan yang penuh dengan deretan rak buku yang menjulang tinggi. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela besar menerangi ruangan itu, menciptakan suasana yang tenang dan damai, jauh dari hiruk-pikuk luar.

Shirou melangkah masuk ke dalam perpustakaan dan matanya langsung tertuju pada koleksi buku yang menakjubkan. Rak-rak penuh dengan berbagai macam buku tentang dungeon, sejarah, dan bahkan beberapa novel yang tampaknya ditulis oleh penulis terkenal di Orario. Setiap buku tampak terawat dengan baik, mencerminkan pentingnya pengetahuan di dalam Loki Familia.

"Ini dia perpustakaan kami," kata Aiz sambil melirik Shirou yang tampak terkesima. "Di sini, kamu bisa menemukan informasi tentang dungeon yang mungkin tidak akan kamu temukan di tempat lain."

Shirou berjalan mendekati salah satu rak dan dengan hati-hati mengeluarkan sebuah buku tebal yang berjudul "Panduan Menjelajahi Dungeon: Edisi Lengkap". Dia membolak-balik halamannya, melihat diagram, peta, dan catatan mendetail tentang monster-monster yang berada di setiap tingkat dungeon.

"Ini luar biasa," gumam Shirou, suaranya dipenuhi kekaguman. "Aku tidak pernah menyangka bisa melihat koleksi buku seperti ini."

Aiz mengangguk. "Loki Familia memang dikenal sebagai salah satu yang terbaik dalam menjelajahi dungeon. Pengetahuan yang terkumpul di sini adalah hasil dari pengalaman bertahun-tahun."

Shirou kemudian melihat rak-rak lain yang berisi buku-buku sejarah. Dia mengambil salah satu buku yang membahas tentang sejarah Orario dan para dewa yang turun ke dunia manusia. Seiring dengan rasa ingin tahunya tentang Syr, dia merasa bahwa buku ini mungkin bisa memberinya wawasan lebih.

Sambil memeriksa buku-buku lainnya, Shirou juga menyadari beberapa novel yang terselip di antara koleksi serius tersebut. Novel-novel itu tampaknya memberikan hiburan bagi anggota Loki Familia yang mungkin ingin beristirahat sejenak dari tekanan dan tantangan yang mereka hadapi setiap hari.

Aiz memperhatikan Shirou yang tampak tenggelam dalam dunia buku itu. "Jika kamu ingin, kamu bisa kembali ke sini kapan saja," ujarnya. "Kamu bisa membaca sebanyak yang kamu mau."

Shirou tersenyum kepada Aiz. "Terima kasih, Aiz-san. Ini benar-benar tempat yang luar biasa. Aku sangat menghargai kesempatan ini."

Aiz hanya mengangguk, terlihat senang melihat Shirou begitu tertarik. Dalam hatinya, dia merasa semakin yakin bahwa Shirou akan menjadi tambahan yang berharga bagi Loki Familia. Namun, untuk saat ini, dia memilih untuk tidak mendesak dan membiarkan Shirou menikmati waktu di perpustakaan itu, dengan harapan bahwa keinginan untuk bergabung dengan Loki Familia akan tumbuh dari dalam diri Shirou sendiri.

Shirou membuka buku "Panduan Menjelajahi Dungeon: Edisi Lengkap" dengan hati-hati, jari-jarinya menyentuh halaman yang tebal dan penuh dengan ilustrasi yang mendetail. Panduan itu menyuguhkan informasi dengan rapi dan terstruktur. Setiap bab dikhususkan untuk lantai tertentu dalam Dungeon, lengkap dengan deskripsi tentang jenis monster yang bisa ditemui di sana, kelemahan mereka, pola serangan, serta bahaya-bahaya khusus yang mungkin harus dihadapi. Bahkan, ada diagram rinci tentang perangkap-perangkap yang tersembunyi dan rute alternatif yang lebih aman untuk diambil.

Shirou terpana. "Buku ini sangat mendetail… benar-benar seperti panduan taktis," gumamnya, matanya terpaku pada gambar monster yang rumit dengan catatan kecil di sekelilingnya.

Aiz, yang berdiri di sampingnya, tersenyum tipis. "Riveria-sama sering memaksa aku menghafal semua itu ketika aku masih kecil," katanya, mengingat masa latihannya yang ketat.

Shirou mengangkat alis, sedikit terkejut mendengar nama itu. "Riveria? Siapa dia?"

Sebelum Aiz sempat menjawab, suara lembut namun tegas terdengar dari ruang membaca di belakang mereka. "Aku adalah Riveria Ljos Alf," suara itu menegaskan dengan nada yang penuh wibawa.

Shirou berbalik dan melihat seorang wanita Elf dengan rambut hijau panjang yang tergerai di belakangnya, matanya tajam dan penuh kewaspadaan. Dia memiliki aura yang berbeda—menggabungkan ketenangan seorang bijak dengan ketegasan seorang pemimpin. Riveria menatap Shirou dengan ekspresi ingin tahu. "Siapa dia, Aiz?" tanyanya kepada Aiz dengan nada serius.

Aiz mengangguk dengan sopan. "Ini Shirou. Dia tertarik untuk mempelajari lebih banyak tentang Dungeon, dan aku mengajaknya ke sini untuk melihat-lihat perpustakaan."

Riveria menghela napas ringan, wajahnya tetap tenang namun sedikit lelah. "Loki Familia saat ini tidak sedang membuka rekrutmen baru," ujarnya dengan nada pasti. "Tapi aku senang melihatmu menunjukkan inisiatif, Aiz," tambahnya dengan nada yang sedikit melunak, meskipun matanya tetap tajam menatap Shirou.

Shirou merasa sedikit tegang di bawah tatapan intens Riveria, tetapi tetap mencoba untuk menjaga sikap tenang. "Saya mengerti," katanya sopan. "Saya hanya ingin belajar lebih banyak tentang dunia ini dan persiapan yang diperlukan untuk menjelajah Dungeon."

Riveria mengangguk pelan. "Itu adalah sikap yang baik. Namun, masalahnya bukan hanya soal niat. Bergabung dengan Loki Familia sebagai seorang petualang level 1 akan menjadi tantangan besar. Sebagian besar anggota kami sudah berada di level tinggi. Jika kamu ingin bergabung, kamu harus siap menghadapi kenyataan bahwa kamu akan tertinggal jauh," jelasnya.

Aiz tampak ragu sejenak sebelum berbicara, "Tapi Shirou terlihat memiliki potensi, Riveria-sama. Mungkin kita bisa…"

Riveria mengangkat tangan, menyela Aiz dengan senyum tipis. "Aku tidak meragukan potensinya. Namun, kamu tahu bahwa di Loki Familia, kita hanya menerima mereka yang sudah siap menghadapi tekanan besar. Shirou, jika kamu benar-benar ingin bergabung, aku sarankan kamu mempertimbangkan dengan hati-hati. Ini bukanlah keputusan yang mudah."

Shirou mengangguk dengan serius, menghargai saran Riveria. "Saya mengerti, Riveria-san. Saya akan mempertimbangkan semuanya dengan hati-hati," jawabnya.

Riveria hanya mengangguk sebelum kembali ke ruang baca, tetapi ada sedikit senyum di sudut bibirnya, seolah dia menghargai ketulusan yang terlihat di mata Shirou. "Semoga beruntung," ucapnya singkat sebelum berbalik.

Shirou menyadari bahwa dia harus benar-benar mempertimbangkan langkah selanjutnya. Twilight Manor dan Loki Familia, meskipun sangat mengundang, juga memiliki tuntutan dan ekspektasi yang tidak bisa dianggap remeh.

Aiz berdiri tegap di samping Shirou, tampak bersikeras untuk membelanya. "Riveria-sama, Shirou memiliki kelebihan tersendiri," katanya, suaranya terdengar mantap.

Riveria mengangkat alis, menunjukkan minat yang lebih besar sekarang. "Oh? Dan apa kelebihan itu, Aiz?" tanyanya, ingin tahu.

Aiz terdiam sejenak, ragu-ragu untuk menjawab. Setelah beberapa detik, dia berkata dengan nada yang lebih pelan, "Dia… sangat hebat dalam memasak."

Shirou terkejut mendengar jawaban Aiz, sementara Riveria mencoba menahan senyumnya. Shirou dapat merasakan pipinya memanas sedikit, sadar bahwa Aiz mungkin hanya ingin dia bergabung karena masakannya. Riveria menghela napas ringan, namun nada suaranya tetap lembut saat dia berkata, "Aiz, memasak memang keterampilan yang luar biasa, terutama untuk menjaga semangat tim. Namun, itu tidak cukup untuk menjadi seorang petualang. Mungkin, Shirou lebih cocok menjadi koki di sini," ujarnya dengan sedikit candaan dalam suaranya.

Aiz tampak sedikit tersipu, menyadari bahwa niatnya terbongkar. Riveria lalu mengarahkan pandangannya kembali pada Shirou. "Namun, Shirou," lanjutnya dengan nada yang lebih serius, "apakah ada keterampilan lain yang kamu miliki? Sesuatu yang menurutmu berguna di Dungeon, selain memasak?"

Shirou berpikir sejenak sebelum menjawab, "Saya ahli dalam memanah. Saya cukup terampil dalam menggunakan busur dan panah."

Mata Riveria berbinar sedikit, tertarik. Meskipun dia seorang High Elf dan mage yang terampil, dia juga memiliki minat dalam seni memanah. "Oh? Menarik," ujarnya, senyum tipis terlihat di wajahnya. "Kebetulan, aku sendiri memiliki hobi memanah. Bagaimana kalau kita menguji keterampilanmu, Shirou?"

Shirou merasa sedikit gugup, tetapi juga bersemangat menerima tantangan itu. "Tentu, saya siap," jawabnya dengan percaya diri.

Riveria mengangguk dan memimpin mereka keluar dari perpustakaan menuju halaman belakang Twilight Manor, di mana terdapat arena latihan. Di sana, beberapa target panahan sudah dipasang. "Kita akan lihat seberapa terampil kamu, Shirou," ucapnya sambil mengambil busur panjang miliknya.

Dia memberikan busur lain kepada Shirou, dan beberapa anak panah. "Tunjukkan padaku," kata Riveria dengan nada penuh antisipasi.

Shirou menerima busur tersebut, merasakan keseimbangan dan bobotnya, lalu mengarahkan pandangannya pada target. Dia menarik napas dalam, merasa konsentrasi sepenuhnya pada tujuannya. Shirou menarik busur dengan mantap, memusatkan energinya, dan melepaskan panah.

Panah itu melesat dengan cepat dan mengenai pusat target dengan presisi sempurna.

Aiz tersenyum bangga, sementara Riveria sedikit terkejut, matanya menyipit seolah ingin memastikan apa yang baru saja dilihatnya. "Hmm... tidak buruk sama sekali," gumamnya. "Mungkin aku terlalu cepat menilai."

Shirou tersenyum, tahu bahwa ini hanya permulaan dari ujian yang lebih besar di depan.

Shirou berdiri tegap dengan busur di tangan, matanya fokus pada target yang berjejer di sepanjang arena latihan. Ia merasakan beban busur itu di tangannya, dan merasakan tali busur yang ketat saat ia menariknya ke belakang, menyeimbangkan napasnya dengan gerakan halus dan penuh konsentrasi. Dia menarik napas dalam dan menahannya, lalu melepaskan panah dengan satu gerakan yang tegas.

Panah pertama meluncur dengan kecepatan yang memukau, menembus udara dan mengenai titik tengah target dengan presisi sempurna. Suara dentingan logam yang tajam terdengar saat panah menancap tepat di pusat target. Mata Aiz sedikit melebar, sementara Riveria mengangkat alis, menunjukkan rasa kagumnya yang tak terduga.

Tanpa ragu, Shirou mengambil panah berikutnya dan dengan cepat melepaskannya, diikuti oleh yang ketiga, keempat, dan seterusnya. Setiap panah yang dilepaskan menembus udara dan mengenai pusat target tanpa meleset sedikit pun. Gerakannya begitu cepat dan efisien, seolah-olah ia telah melakukan ini sepanjang hidupnya. Mata Aiz tak lepas dari Shirou, sementara Riveria mengamati setiap gerakan dengan cermat, mencari tanda-tanda kelemahan atau keraguan.

Namun, tidak ada. Setiap tembakan Shirou sempurna, mencerminkan ketepatan dan konsentrasi yang luar biasa. Dia menembak setiap target yang tersedia, dan semua panahnya mengenai pusat target dengan akurasi yang tidak terbantahkan.

Aiz menatap Shirou dengan kekaguman yang jelas, sementara Riveria tampak terpana. "Semua tepat sasaran..." gumam Riveria pelan, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Shirou, ini… keterampilan yang luar biasa," lanjutnya, nadanya berubah menjadi lebih serius. "Tidak banyak petualang, bahkan di antara mereka yang berlevel tinggi, yang bisa menembak dengan konsistensi seperti itu."

Aiz mengangguk setuju, wajahnya menunjukkan kekaguman yang tak tertahankan. "Aku sudah tahu kalau kamu berbakat, tapi… ini lebih dari yang kubayangkan," katanya dengan senyum lebar.

Shirou menurunkan busurnya dan menghela napas lega. "Terima kasih," jawabnya dengan rendah hati, "Aku hanya berusaha yang terbaik."

Riveria mendekat, tampak mempertimbangkan sesuatu dengan hati-hati. "Shirou, meskipun kami sedang tidak mencari anggota baru, keterampilanmu ini luar biasa. Dan meskipun hanya sekadar saran, mungkin kamu sebaiknya mempertimbangkan untuk bergabung dengan Familia yang bisa benar-benar menghargai bakatmu ini," ujarnya dengan nada bijak.

Shirou mengangguk, memahami maksud dari kata-kata Riveria. "Aku akan mempertimbangkan saranmu," jawabnya, merasa lebih yakin dengan kemampuannya sendiri dan kesempatan yang ada di depannya.

Aiz, masih tersenyum, tampak lebih termotivasi untuk meyakinkan Shirou bergabung dengan Loki Familia. Dalam hatinya, dia sudah bisa membayangkan menikmati lebih banyak masakan Shirou sambil melihat kemampuan memanahnya berkembang di medan pertempuran yang sebenarnya.

Shirou mengangguk mantap, menguatkan keputusannya. "Baiklah, aku setuju untuk bergabung dengan Loki Familia... tapi aku ingin bertemu dengan dewi Loki terlebih dahulu," ujarnya. Riveria mengangguk setuju, sementara Aiz tersenyum dengan semangat.

"Ikuti kami," kata Riveria sambil berbalik, mengisyaratkan Shirou untuk mengikuti mereka. Aiz berjalan di sampingnya, tampak senang dengan keputusan Shirou. Mereka berjalan melewati lorong panjang di dalam Twilight Manor, menuju ke ruang pribadi Loki.

Ketika mereka tiba di depan pintu besar dengan ukiran yang rumit, Riveria mengetuk perlahan. Tak lama kemudian, terdengar suara yang ceria dan bersemangat dari dalam. "Masuk saja! Jangan malu-malu!"

Riveria mendorong pintu itu terbuka, dan Shirou langsung merasakan sesuatu yang berbeda. Udara di dalam ruangan itu terasa hangat dan bersemangat, penuh dengan energi yang hidup. Aroma yang sangat unik menyeruak ke hidungnya, aroma yang tak asing baginya namun sulit untuk dijelaskan—seperti campuran antara permen kapas, anggur manis, dan berbagai macam bunga, dengan sentuhan aroma ilahi yang menembus indra penciumannya. Seolah-olah seluruh ruangan dipenuhi dengan aura karnaval yang meriah namun sakral.

Di sana, di tengah ruangan yang didekorasi dengan penuh warna, duduklah Loki di atas singgasananya, dengan senyum lebar yang penuh kelicikan. Rambut merahnya tergerai liar, dan matanya yang tajam memancarkan rasa penasaran yang mendalam. "Oh, jadi ini calon rekrutan baru yang kudengar?" suaranya bernada menggoda.

Shirou menatap Loki, merasa sedikit gugup tetapi tetap tenang. Kehadiran dewi ini berbeda dari apa pun yang pernah ia rasakan sebelumnya—semangatnya begitu kuat, energinya seperti badai yang penuh warna. Namun, ada juga sisi gelap yang tersembunyi di balik senyumnya, seperti seorang dewi yang senang bermain-main dengan takdir orang lain.

Loki memiringkan kepalanya sedikit, memandang Shirou dengan penuh minat. "Kau punya bau yang menarik," katanya sambil tertawa kecil. "Seperti seseorang yang membawa beban berat di pundaknya, tapi juga dengan semangat yang besar untuk memperjuangkan apa yang ia yakini."

Shirou sedikit terkejut mendengar komentar itu. "Terima kasih... Aku hanya ingin memastikan aku membuat keputusan yang tepat," jawabnya dengan hati-hati.

Loki berdiri dari singgasananya, melangkah mendekat, dan mengamati Shirou dari dekat. "Kau ingin bergabung dengan Loki Familia, ya?" Dia tersenyum, sedikit misterius. "Tapi sebelum itu, aku ingin tahu... apa yang bisa kau bawa ke dalam Familia kami?"

Riveria dan Aiz melihat interaksi itu dengan diam, membiarkan Loki menilai sendiri Shirou. Shirou mengambil napas dalam-dalam, tetap menjaga tatapan matanya pada Loki, siap untuk menjawab pertanyaan yang lebih dalam dari sekadar keterampilan atau bakatnya.

"Aku bisa memanah dengan baik dan memasak dengan cukup baik," jawab Shirou jujur. "Tapi yang lebih penting, aku punya tekad untuk tumbuh lebih kuat dan belajar lebih banyak... Dan aku mencari kesempatan untuk membantu orang lain, untuk melindungi mereka yang lemah. Itu alasan utamaku berada di sini."

Loki tersenyum lebih lebar, matanya berbinar. "Hmm... jawabannya cukup standar, tapi aku bisa merasakan sesuatu yang lebih dalam dalam dirimu. Baiklah, kita lihat saja nanti, apakah kau benar-benar layak menjadi bagian dari Loki Familia. Aku suka kejutan, dan kurasa kau bisa memberikannya padaku."

Loki menoleh ke Riveria dan Aiz, masih dengan senyuman lebarnya. "Apa pendapat kalian berdua? Apakah kita ambil bocah ini?"

Riveria menatap Shirou dengan pandangan yang lembut namun serius. "Dia punya potensi, dan kurasa dia bisa menjadi tambahan yang baik jika kita memberinya kesempatan."

Aiz mengangguk cepat, dengan sedikit senyum di wajahnya. "Aku yakin dia bisa membawa sesuatu yang berbeda untuk Familia kita."

Loki tertawa keras, seakan senang dengan jawaban kedua petarung terbaiknya. "Baiklah, Shirou Emiya! Aku, Loki, menyambutmu di Loki Familia! Tapi ingat, di sini, kami bermain dengan serius. Jangan sampai mengecewakanku, ya!"

Shirou mengangguk, merasakan campuran rasa lega dan semangat. Pertemuannya dengan Loki telah memberinya pemahaman yang lebih dalam tentang kepribadian dewi ini dan apa yang mungkin menantinya di dalam Familia ini. Petualangannya baru saja dimulai, dan dia siap menghadapi apa pun yang ada di depan.

Aiz dan Riveria saling bertukar pandang sebelum mereka beranjak keluar ruangan. Mereka tahu, momen ketika seorang dewa memberikan berkahnya adalah sesuatu yang pribadi dan penuh makna, terutama bagi calon anggota baru. "Kami permisi dulu," ujar Riveria dengan sopan, lalu ia dan Aiz meninggalkan ruangan, menutup pintu di belakang mereka.

Loki mendekat, matanya berkilau dengan rasa ingin tahu yang tak bisa disembunyikan. "Baiklah, Shirou, buka bajumu. Aku akan memberimu berkahku," ucapnya sambil mengeluarkan jarum kecil dari kantongnya. Shirou, meski sedikit gugup, mengikuti perintah Loki dan mulai membuka bajunya, memperlihatkan tubuh yang berotot dan bekas luka yang tersebar di sana-sini.

Loki, dengan senyum yang menggoda, tidak bisa menahan diri untuk tidak mengomentari penampilan Shirou. "Wah, tubuhmu cukup bagus untuk seorang pemula," candanya sambil mendekatkan jarum ke jarinya. Setelah menyayat jarinya, setetes Ichor, darah suci para dewa, mengalir keluar. Ia menyentuh punggung Shirou dengan jarinya yang berdarah, menyalurkan Ichor ke dalam tubuhnya.

Perasaan hangat dan aneh merambat di sepanjang tulang belakang Shirou saat berkah itu mulai tertanam. Loki kemudian mengambil selembar kertas, meletakkannya di punggung Shirou, dan dengan hati-hati menjiplak hasil status yang baru diberikan.

Loki memandang kertas itu dengan serius, mengamati status Shirou yang baru saja diperoleh. Statistik dasarnya tampak standar untuk seorang pemula; tidak ada yang mencolok pada kekuatan, ketahanan, atau kelincahannya. Namun, ketika matanya sampai pada bagian "Magic," Loki berhenti sejenak.

"Eh?" Loki mengangkat alisnya. "Magecraft?" gumamnya, terlihat sedikit bingung. Magic ini tampaknya berbeda dari yang pernah ia lihat di antara petualang di Orario. Tidak ada penjelasan rinci, hanya kata "Magecraft" yang tertulis dalam huruf-huruf yang sepertinya melambangkan kekuatan yang berbeda.

"Apa ini, Shirou?" Loki menatapnya penuh rasa ingin tahu. "Aku belum pernah melihat jenis Magic ini sebelumnya. Dari mana kau mempelajarinya?"

Shirou terdiam sejenak, merasakan keraguan merambat di benaknya. Magecraft, seperti yang diajarkan oleh ayah angkatnya, Kiritsugu, adalah sesuatu yang unik dan berbeda dari Magic di dunia ini. Akhirnya, dia memutuskan untuk menjawab dengan hati-hati.

"Itu... adalah hasil ajaran ayahku, Kiritsugu," jawab Shirou, suaranya tenang namun tegas. Ia memilih kata-katanya dengan bijaksana, tidak ingin terlalu terbuka tentang asal usul kemampuan Magecraft-nya.

Loki menatapnya dengan tajam, mencoba membaca lebih dalam ke dalam jiwa Shirou. "Kiritsugu, ya?" Loki mendengus sambil tersenyum tipis. "Aku ingin tahu lebih banyak tentang ini, tapi kurasa kau punya hak untuk menjaga rahasiamu." Dia menepuk bahu Shirou dengan ringan. "Tapi satu hal yang pasti, bocah. Jika kau punya kelebihan ini, kau harus belajar bagaimana menggunakannya dengan benar di dalam Dungeon."

Shirou mengangguk, merasa sedikit lega bahwa Loki tidak menekannya lebih jauh. Namun, ia juga tahu bahwa keinginannya untuk merahasiakan tentang Magecraft hanya akan menambah rasa penasaran Loki.

Loki kemudian melangkah mundur, dengan senyum liciknya yang khas. "Nah, selamat datang di Loki Familia, Shirou. Kau akan menemukan banyak hal menarik di sini. Jangan kecewakan aku!" ujarnya dengan nada penuh tantangan.

Shirou mengangguk lagi, dengan tekad yang semakin kuat dalam hatinya. Dia tahu bahwa bergabung dengan Loki Familia hanya permulaan dari petualangan panjang yang akan dihadapinya. Dan dengan setiap langkah, ia akan semakin dekat untuk mengungkap misteri yang lebih dalam, baik tentang dunia ini maupun tentang dirinya sendiri.

Loki menyerahkan kertas itu kepada Shirou, dengan senyum jahil di wajahnya. "Ini, lihat sendiri," katanya.

Shirou mengambil kertas tersebut dan melihat statusnya:

Level: 1

Strength: I0

Defense: I0

Dexterity: I0

Agility: I0

Magic: I0

Magic: Magecraft

Skills: None

Shirou menatap status itu dengan campuran rasa penasaran dan sedikit kekecewaan. Semua nilai statistiknya ada di level dasar—level "I0". Sementara Magic-nya hanya tercatat sebagai "Magecraft," tanpa rincian lebih lanjut.

Loki, yang memperhatikan ekspresi Shirou, tertawa kecil. "Santai saja, bocah. Itu normal untuk pemula. Excelia, pengalaman hidup yang kau dapatkan dalam pertempuran atau petualangan, akan mengisi statusmu dan mengubah angka-angka itu," jelasnya, sembari menunjuk pada nilai-nilai pada kertas.

"Excelia?" Shirou bertanya, ingin tahu lebih lanjut.

Loki mengangguk. "Ya, Excelia adalah bentuk pengalaman yang kau kumpulkan setiap kali kau menghadapi tantangan, seperti mengalahkan monster di Dungeon, atau bahkan melalui pelatihan keras. Setiap kali kau mendapat Excelia, aku bisa memperbarui statusmu dengan menuangkan Ichor-ku lagi," jelasnya sambil menunjuk jarinya yang tadi disayat.

"Excelia itu akan berubah menjadi Falna, yang tampak sebagai peningkatan kekuatan dalam statusmu. Misalnya, kalau kau banyak melawan monster, Strength atau Defense-mu bisa naik. Kalau kau belajar dan mempraktikkan Magic, maka Magic-mu bisa meningkat."

Loki menatap Shirou dengan tatapan tajam namun penuh harap. "Jadi, semakin keras kau bekerja, semakin banyak Excelia yang kau kumpulkan, dan semakin kuat pula kau jadinya. Tapi ingat, semua itu tergantung padamu. Ini adalah awal dari perjalananmu sebagai petualang," tambahnya dengan senyum penuh semangat.

Shirou mengangguk, mulai memahami cara kerja dunia baru ini. "Jadi, aku harus bekerja keras untuk mengumpulkan Excelia dan membuat statusku meningkat?"

"Tepat sekali," jawab Loki sambil tertawa. "Dan jangan khawatir, anak baru. Di Familia ini, kau akan mendapatkan banyak kesempatan untuk itu. Dunia ini mungkin akan berbeda dari dunia yang pernah kau kenal, tapi selama kau berani dan mau belajar, kau bisa mencapai apa saja."

Shirou mengangguk lagi, kali ini dengan senyum di wajahnya. Ia merasa bersemangat untuk memulai perjalanan barunya, mengumpulkan Excelia, dan menguji batas-batas kemampuannya di Loki Familia.

*********************

Shirou kembali ke restoran, pintu Hostess of Fertility berderit pelan saat ia mendorongnya terbuka. Beberapa pelayan yang sedang sibuk mengatur meja dan mempersiapkan jam malam langsung menoleh ke arahnya. Senyum ramah dan sapaan ringan menyambutnya.

Syr yang sedang mengatur gelas di bar, langsung menghampiri Shirou dengan rasa penasaran. "Shirou, kau kembali! Ada apa?" tanyanya sambil tersenyum.

Shirou tersenyum dan mengangguk. "Aku hanya ingin berpamitan. Aku... telah bergabung dengan Loki Familia."

Ruangan seketika menjadi hening. Para pelayan lainnya—Anya, Chloe, Ryuu, dan Lunoire—menoleh ke arah Shirou dengan ekspresi terkejut. Anya bahkan sampai menjatuhkan sendok yang sedang dipegangnya.

"Benarkah?! Bagaimana bisa?" Chloe bertanya dengan nada tak percaya. "Itu Loki Familia, Familia terkuat di Orario!"

Ryuu menatap Shirou dengan tenang, tapi matanya menunjukkan ketertarikan. "Ceritakan, Shirou, bagaimana caramu bisa bergabung dengan mereka?"

Shirou tertawa pelan melihat reaksi mereka yang begitu penasaran. "Yah, itu cerita yang panjang... tapi intinya, aku bertemu Aiz di gerobak Jagamaru-kun, dan dia menawarkan untuk mengunjungi perpustakaan Loki Familia. Dari situ, aku bertemu dengan dewi Loki dan... yah, sekarang aku adalah anggota baru."

Syr tersenyum lebar. "Wah, aku tidak menyangka. Selamat, Shirou! Tapi, apa itu artinya kau tidak akan bekerja di sini lagi?"

Shirou menggeleng. "Tidak, aku akan tetap membantu di sini ketika aku punya waktu. Aku sudah berjanji pada Mama Mia, dan aku juga suka bekerja dengan kalian semua."

Lunoire terkikik. "Tentu, kami akan sangat merindukanmu kalau kau pergi begitu saja. Pastikan kau sering-sering kembali ya, Shirou."

Anya dengan antusias berkata, "Ya, ya! Shirou harus sering datang dan masak lagi untuk kami!"

Mama Mia, yang mendengar percakapan dari dapur, muncul sambil menyilangkan tangan di dadanya. "Anak ini selalu punya kejutan, ya? Tapi ingat, Shirou, tempat ini selalu terbuka untukmu."

Shirou mengangguk penuh syukur. "Terima kasih, Mama Mia. Aku pasti akan kembali."

Dengan perpisahan yang hangat dan beberapa lelucon ringan, Shirou merasa lebih siap dari sebelumnya untuk memulai babak baru dalam hidupnya di Loki Familia. Namun, ia juga tahu bahwa tempat ini, Hostess of Fertility, akan selalu menjadi rumah kedua baginya.

Syr dengan lembut membantu Shirou mengemasi barang-barang bawaannya di ruang ganti kecil restoran. Satu per satu, ia memasukkan barang-barang ke dalam tas Shirou dengan rapi. Shirou memperhatikannya dengan senyum di wajah, tetapi pikirannya jauh lebih sibuk daripada yang terlihat.

Aroma bunga musim dingin yang sempat ia cium sebelumnya kembali tercium. Aroma yang sama saat pertama kali ia mencurigai sesuatu tentang Syr. Sekarang, ketika Syr begitu dekat dengannya, bau itu menjadi lebih jelas, seolah-olah memenuhi udara di sekitar mereka. Shirou merasakan detak jantungnya meningkat, dan pertanyaan yang selama ini membayangi pikirannya hampir terlontar dari bibirnya.

"Syr..." Shirou membuka mulut, matanya sedikit menyipit, seolah berusaha membaca rahasia yang tersembunyi di balik senyuman gadis itu. "Aku—"

Syr mengangkat wajahnya, tersenyum dengan senyum lembut yang selalu ia tunjukkan. "Ya, Shirou?" tanyanya dengan nada yang penuh rasa ingin tahu.

Shirou terdiam sejenak. Ia bisa merasakan sesuatu yang misterius dalam mata Syr, sesuatu yang tidak bisa ia pahami sepenuhnya. Keinginannya untuk bertanya apakah Syr adalah seorang dewi hampir terlontar begitu saja, tapi ada sesuatu yang menahannya. Mungkin itu rasa hormat, atau mungkin kesadaran bahwa ia masih belum tahu cukup banyak untuk langsung mengkonfrontasi gadis ini.

Ia menghela napas dan tersenyum kembali, memutuskan untuk menyimpan pertanyaan itu untuk nanti. "Tidak ada," ujarnya sambil menggeleng. "Terima kasih sudah membantuku."

Syr tersenyum, tampak puas dengan jawabannya. "Tidak masalah, Shirou. Kita akan merindukanmu di sini. Tapi aku senang kau menemukan jalurmu sendiri."

Shirou mengangguk, masih merasa aroma bunga musim dingin itu di udara. Ia tahu bahwa ini bukan akhir dari misteri ini. Ada banyak hal yang belum ia mengerti tentang Syr, tentang dunianya yang baru ini, dan mungkin tentang dirinya sendiri. Tetapi untuk saat ini, ia memutuskan untuk membiarkan semuanya mengalir, mengikuti jalannya.

Mereka melanjutkan beres-beres barang, sementara pikiran Shirou tetap berputar, mencari jawaban di antara pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.

Shirou menatap Syr dengan rasa syukur yang tulus di matanya. "Terima kasih, Syr," katanya dengan suara yang lembut namun penuh ketegasan. "Aku sangat menghargai semua yang telah kau lakukan untukku. Ketika aku baru tiba di Orario, kau memberiku tempat untuk tinggal, dan aku merasa berhutang budi."

Syr tersenyum hangat, matanya berkilauan dengan kelembutan. "Kau tidak perlu merasa begitu, Shirou. Aku hanya melakukan apa yang kuanggap benar. Lagipula, kau sudah banyak membantu di sini. Kami semua menyukaimu, kau tahu?"

Shirou tersenyum kembali, merasa sedikit tersipu dengan pujian tersebut. "Tetap saja," lanjutnya, "aku ingin membalas kebaikanmu. Jika ada sesuatu yang bisa kulakukan, apa pun itu, jangan ragu untuk meminta."

Syr menatap Shirou sejenak, seakan mempertimbangkan kata-katanya. Ada kehangatan yang tersirat dalam pandangan matanya, namun juga sesuatu yang lain—sesuatu yang hampir tidak terucapkan. "Aku akan mengingat tawaranmu, Shirou," katanya akhirnya. "Siapa tahu, mungkin suatu hari aku akan membutuhkan bantuanmu."

Shirou mengangguk. "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu siap membantumu, seperti kau telah membantuku."

Syr tertawa kecil, nada suaranya lembut. "Kau terlalu baik, Shirou. Tapi baiklah, kita akan lihat nanti."

Shirou merasa lega telah mengatakan hal itu. Meski ada banyak misteri di antara mereka, ia tahu bahwa ia telah menemukan seorang teman yang berharga di Orario. Sementara ia mempersiapkan dirinya untuk langkah-langkah berikutnya dalam hidup barunya, ia merasa lebih kuat dengan kehadiran orang-orang seperti Syr yang mendukungnya. Dan di balik senyum ramah Syr, ia yakin ada lebih banyak cerita yang akan terungkap seiring berjalannya waktu.

Syr's Pov

Syr berdiri di dekat pintu, memperhatikan Shirou yang terus mengucapkan terima kasih. Di balik senyumnya, pikirannya berputar cepat. "Loki Familia," gumamnya dalam hati. "Aku tidak mengira dia akan berhasil masuk ke Familia yang menjadi rivalku."

Freya Familia dan Loki Familia memang memiliki sejarah panjang, penuh persaingan dan kadang-kadang benturan. Namun, Syr tidak menyangka bahwa Shirou, yang tampak begitu sederhana dan baik hati, akan terlibat dengan mereka. "Mungkin aku meremehkan dia," pikirnya.

Matanya melirik ke arah Shirou yang sibuk membereskan barang-barangnya, wajahnya penuh tekad seperti biasa. Syr tersenyum tipis, mengingat bagaimana Shirou selalu begitu cepat merespon setiap permintaan tolong, tak peduli seberapa berat atau remeh. "Dia memang tak pernah bisa menolak kata 'tolong','" pikir Syr. "Apakah itu karena kebaikan hatinya... atau mungkin ada sesuatu yang lebih dalam dari itu?"

Syr bisa melihat ada sesuatu yang berkilau dalam jiwa Shirou, sesuatu yang membara dari keinginan kuat untuk menolong orang lain. Tapi ia juga bisa merasakan jejak luka di sana, sesuatu yang tergores dalam dan tidak mudah sembuh. Apakah Shirou menolong orang lain karena itu membuatnya merasa lebih baik? Ataukah itu cara dia mencoba menebus kesalahan yang pernah dia lakukan di masa lalu?

"Mungkin, aku seharusnya lebih berhati-hati," pikir Syr. "Bagaimanapun juga, Loki Familia bukanlah tempat yang mudah bagi seseorang seperti Shirou. Tapi dia pasti memiliki alasan sendiri." Dia memandang Shirou lebih lama, mencoba membaca lebih dalam ke dalam jiwa yang tampak karatan itu, namun terkadang bersinar terang seperti matahari.

"Apakah kau benar-benar sosok yang kucari, Shirou? Atau hanya satu lagi jiwa yang berlalu tanpa meninggalkan bekas?" pikir Syr, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengamati Shirou lebih dekat. Mungkin, dengan waktu, semua pertanyaannya akan terjawab.

Saat Syr kembali ke Babel, dia merasakan aura di sekitarnya berubah. Syr yang sebelumnya tampak seperti gadis pelayan biasa, sekarang melangkah dengan keanggunan yang tak terbantahkan, pancaran aura ilahi begitu kuat terpancar darinya. Begitu ia melewati pintu menuju ruangannya di atas Babel, sosoknya berubah menjadi Freya, Dewi Kecantikan yang indah.

Freya mendekati balkon, melihat ke bawah ke kota Orario yang ramai. Pandangannya menembus jauh ke dalam keramaian, seperti elang yang mencari mangsanya. Di antara hiruk-pikuk orang-orang yang berjalan, pandangannya tertuju pada seorang pemuda berambut putih dengan mata merah. Pemuda itu tampak baru tiba di Orario, langkahnya lugu dan canggung, wajahnya dipenuhi rasa ingin tahu dan semangat.

"Dia..." Freya terdiam sejenak, jiwanya seakan tersentak oleh pemandangan itu. Jiwa pemuda itu, begitu murni, begitu polos, begitu penuh dengan potensi yang belum tersentuh. "Apakah ini yang kucari?" pikirnya.

Jiwa pemuda itu, yang bersinar dengan cahaya putih cemerlang, menarik perhatiannya dengan begitu kuat. Cahaya itu berbeda dari jiwa Shirou yang karatan dan penuh luka. Jiwa pemuda ini masih seperti lembaran kosong, siap diisi dengan pengalaman, perjuangan, dan emosi yang akan membentuknya. Jiwa yang masih bersih, tanpa cacat, seolah-olah dunia belum menyentuhnya dengan segala kesulitannya.

Freya tersenyum tipis, matanya berbinar dengan kegembiraan. "Apakah ini yang disebut Odr yang kutunggu selama ini?" bisiknya dengan lembut. "Begitu murni, begitu penuh dengan harapan dan mimpi. Jiwa ini akan menjadi milikku."

Dia memandang pemuda itu lebih lama, mencoba merasakan setiap emosi yang dipancarkan dari dirinya. "Bell Cranel," ucap Freya perlahan, menebak nama pemuda itu dengan intuisi ilahi yang dimilikinya. Meskipun dia belum mengetahui namanya, Freya tahu bahwa jiwa ini akan menjadi fokus dari perhatiannya.

"Dia adalah Odr yang sejati," pikir Freya. "Yang selama ini aku cari di tengah kerumunan petualang."

Senyum di bibirnya mengembang lebih lebar. Dengan semangat baru, Freya tahu dia harus memiliki pemuda itu, harus membawa jiwa yang murni itu ke dalam genggamannya. "Aku akan melihat seberapa jauh kau bisa pergi, Bell Cranel... dan bagaimana kau bisa menjadi yang terbaik dari semuanya."

Freya berbalik, tatapannya yang memukau dan ambisius memancarkan sinar berkilau. Ia tahu, perburuan baru saja dimulai, dan Bell Cranel akan menjadi sasaran berikutnya bagi keinginan dan kecantikannya yang tak terbatas.

Bab berikutnya