webnovel

10. Kak Mara marah

"DE! KENAPA LO?! BERANTEM LAGI YA LU NJING?!".

cewe yang terlihat cukup ganteng itu mencengkram kerah seragam adik kesayangannya yang telah kotor dan dipenuhi bercak-an darah, membuat cewe itu langsung berpikiran negatif.

"ga ka, tenang dulu perut Ala sakit banget".

Mara tak ambil emosi kemudian ia membawa adiknya masuk ke dalam kamarnya, dan langsung mengobati memar yang ada di perut sang adik. Begitu pula menggantikan baju adiknya, Mara jijik sama darah nya.

Setelah selesai mengurus adiknya, ia duduk di depan sang adik dan meminta penjelasan.

"kenapa jadi gini? tawuran ya lu njing?" sentak Mara.

"ga ka, tadi Ala... Ala..." Atala menggantungkan kalimatnya, lidahnya seakan kelu untuk berkata jujur.

"kenapa bangsat!? ngomong".

"tadi Ala dibuli ka" jawab Atala sambil menundukkan kepalanya.

"tapi Atala mohon jangan kasih tau siapa-siapa ka, apalagi ke ka Ei. Atala mohon ka... Atala gamau buat masalah ini makin panjang nanti" sambungnya.

Mara yang tahu jika adiknya menyebut nama nya sendiri itu berarti dia sudah mode serius, ia hanya bisa menghela nafas pendek sekarang tak tahu lagi harus bagaimana, kalo boleh jujur dia ngerasa kasian ke adik kesayangannya.

Atala selalu dapat musibah kalo udah deket sama orang, seakan adiknya itu adalah pembawa kesialan.

sebenarnya dari kecil Atala sering mendapat buli-an, cuman karena anaknya sok kuat aja jadi bilang nya ini habis jatoh lah terus bla bla bla.

"de" panggil Mara.

"hm?" dehem Atala sebagai tanda jawaban.

"kenapa kamu dibuli coba? kamu kan ga salah apa-apa" tanya Mara.

"Katanya gara-gara jadi lonte nya si blonde, padahal dia yang deketin Ala duluan terus juga kan Mama nyuruh Ala buat sama blonde dimana pun dan kapanpun ck" jawab Atala ngejelasin secara singkat.

"astaga... kamu dikatain lonte!? sialan tu orang bajingan amat" kesal Mara pas dengar kata-kata yang seperti itu.

"shuhhh yang buli aku cewe ka, jadi aku ga berani ngelawan".

"udah lu sekarang istirahat, tidur sono" titah Mara.

"iye, oh iya ka Ala punya hadiah buat Kaka tuh di sana" Atala menunjuk sebuah paperbag besar yang berada di atas meja belajarnya, Mara mengangguk kemudian mengambil paperbag itu dan membawanya keluar.

Atala tersenyum tipis, Kaka nya udah marah banget kayaknya. Sumpah dia gamau kejadian aneh-aneh ke siapapun, walaupun ke si pembulinya ini. Mara ini orangnya serem banget kalo udah marah, tapi tetep sereman Seira.

Ya tapi sama aja, sama sama menyeramkan kalo udah marah.

Atala memejamkan matanya berharap Kakanya tak mengadukan ini pada Mama dan Papanya, serta Geng opet dan bahkan ke Riyan.

Drrttt.. drrttt...

Atala mengambil ponselnya yang berbunyi, menandakan ada panggilan masuk ke nomornya. Ia melihat nama yang terpampang jelas dilayar ponselnya, Blonde australi.

Ia mengangkat tombol warna hijau itu dan mendekati ponselnya ke telinganya.

": Atala.

': Riyan.

"halo?".

'kamu sekarang dimana?! saya cari-cari ga ketemu dari tadi'.

"gua di rumah, kenapa? ada urusan apa?".

'kamu kenapa? sakit?'.

"ya begitulah..."

'saya otw ke rumah kamu'.

"GA, JANGAN!".

'kenapa?'.

"jangan pokoknya jangan! gua- gua lagi gamau diganggu, lagian juga masih ada jam pelajaran".

'hah... yasudah saya nanti ke rumah kamu pas pulang sekolah'.

"thanks... semangat belajarny".

Atala dengan sigap mematikan telponnya agar tak malu, sumpah wajahnya sekarang bahkan sudah memerah sampai ke telinga. Atala menaruh ponselnya di atas meja belajar dan kemudian tidur di atas kasur empuknya.

perutnya masih sangat sakit, bahkan tenggorokannya serasa ingin mengeluarkan isi perutnya kembali.

+-+-+-+-+

Riyan datang dengan membawa banyak makanan, ia mengetuk gerbang rumah keluarga Achelois. Seseorang wanita paruh baya membuka gerbang itu dan tersenyum saat melihat dirinya.

"eh nak Iyann" seru Mira.

"sore Tante, saya ingin melihat Atala".

"oalah, sok masuk atuh nak. Ade lagi tidur di kamarnya, bangunin aja gih tolong" titah Mira menyilahkan Riyan masuk ke dalam rumahnya.

Riyan menunduk saat melewati Mira dan kemudian masuk ke dalam rumah, ia kemudian menyerahkan makanan yang tadi ia bawa ke Mira dan lanjut naik ke lantai 2 menuju kamar Atala.

Riyan masuk ke dalam kamar Atala dan melihat sosok cowo itu dengan tatapan tulusnya, ia mendekat ke arah kasur Atala kemudian melihat wajah indah itu yang sedang terlelap.

Tak ingin melewatkan kesempatan Riyan mencium pipi Atala berkali-kali hingga membuat sang empu terbangun dari tidurnya, Atala mengucek matanya perlahan dan menjerit.

"AAAAAAAAAAAA JURIG".

"hey hey tenang, ini saya ay".

"anjing sialan gua kira setan" misuh Atala sambil mengelus dadanya.

"ur language babe, stop bicara kasar ay".

"sape lu nyuruh-nyuruh gua?".

Riyan menggeleng "ya ga sopan kalo ngomong kasar".

"bodoamat, siapa suruh ngagetin?" gerutu Atala.

"maaf, soalnya kamu tidurnya nyenyak gitu".

"cuih sana ah pulang, gua mau tidur- akhh" ringis Atala tiba-tiba saat merasakan sakit di perutnya, ia kemudian meremas bagian perutnya.

"kamu kenapa?!" panik Riyan dan buru-buru mengecek perut Atala, saat tangannya ingin membuka baju Atala tangannya ditepis oleh sang empu.

"gapapa! sana pulang, mau istirahat gua tangan gua sakit banget" bohong Atala.

"tapi kenapa megang perut?" tanya Riyan.

"belum makan, udah sana ah pulang" jawab Atala.

"yasudah makan kamu jangan dilewatin, saya izin pulang dulu. Love you".

"njing, cuih"

Bab berikutnya