'Sepasang luka dalam ruang yang sama.' Di hadapan orang, kita hanyalah manusia yang dituntut untuk tampil sempurna, terlihat baik-baik saja, kuat. -Dean Gino- Di hadapan orang, Kita tidak harus selalu terlihat kuat. Tidak harus selalu baik-baik saja. Tidak apa-apa untuk tidak baik-baik saja. Tidak apa-apa untuk menangis. -Jasmine Arunika- Dalam hidup ini, suka dan duka bak sepasang sahabat. Selalu berjalan beriringan. Sebuah rotasi rasa dalam kehidupan yang akan terus berputar. Maka, Tumbuhlah bersama luka. Sembuhlah dari luka. Bersemilah dari luka. Sebab manusia yang kuat terbentuk dari rasa sakit.
--- Pernahkah kamu menghancurkan sesuatu? Pernahkah kamu berada di posisinya selama hidupmu? Atau pernahkah kamu berada diantara mereka yang berteriak dan hanya menyaksikan setelah itu pergi begitu saja?---
Tiiittt... titttt....
Suara klakson mobil saling bersahutan sesaat setelah lampu merah berganti hijau. Seorang gadis yang menaiki vespa putih ada di barisan paling depan, malah melamun. Entah apa yang sudah menguasai pikirannya. Sampai-sampai suara klakson yang bersahutan pun tak menyadarkan lamunannya.
"Eh mbak, udah ijo tuh!" Teriak seorang pengendara motor yang ada di sebelahnya.
Seseorang yang lain bahkan berteriak, "MBAK KALAU MAU TIDUR DI RUMAH. JANGAN DI JALAN!"
Seperti tersengat aliran listrik, dia melihat ke arah rambu-rambu lalu lintas, lalu menengok ke samping kiri dan kanan secara bergantian. Barulah tersadar bahwa dia sudah membuat kemacetan orang-orang di belakangnya. Entah itu termasuk pelanggaran lalu lintas atau tidak, yang jelas dia sudah membuat kegaduhan di jalan di pagi hari.
Dia menengok ke belakang sambil menyatukan kedua tangannya dan mengucapkan maaf, yang tentu saja tidak di dengar oleh para pengendara yang ada di dalam mobil. Dan kalau pun mereka mendengar, pastilah mereka mengacuhkan itu dan lebih memintanya untuk segera jalan. Keburu terlambat.
Kekacauan di jalan saat jam-jam kerja memang sering terjadi.
"Astaga... orang-orang kenapa sih, pada buru-buru banget. Baru juga ijo," gerutunya.
Seandainya kalimat itu keluar saat kemacetan sedang terjadi tadi, pasti mereka akan kompak menjawab, bukan kita yang buru-buru. Tapi kamu yang lelet.
Hari ini suasana jalanan cukup ramai. Karena memang pukul 07.30 itu masih masuk jam sibuk. Jamnya orang-orang berangkat kerja, berangkat kuliah, ke pasar dll.
Pengalamannya bekerja di Coffee Shop Dark Blue tidaklah banyak. Karena itu merupakan hal baru baginya. Meskipun hanya bekerja part time, tapi tempat itu berhasil mengajarinya banyak hal, yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya.
Satu jam lebih, barulah sampai di tempat kerja. Setelah parkir motor, ia langsung berlari masuk. Ada satu orang yang dicari-cari. Galina. Dimana dia?
"Jasmine!" teriak seorang perempuan dari sudut ruangan. Tangan kanannya melambai. Memberi isyarat agar Jasmine segera menghampirinya.
Ah ini dia, ucapnya dalam hati.
"Yas..."
"Iya aku tau aku terlambat. Tapi ini baru 5 menit. Jadi it's ok. Aku ganti baju dulu," ucapnya sambil berlari ke arah loker. Tasnya dilempar ke dalam loker, lalu mengambil baju kerjanya, dan pergi ke ruang ganti.
Tak lama, Galina mengetuk pintu ruang ganti.
"Aku tau kamu buru-buru, tapi apa kamu mau kerja nggak pake celana?"
Dia membuka pintu lalu menyahut celana yang ada di tangan Galina. "Hehehehe."
Begitulah. Gadis berusia 20 tahun, pemilik mata indah dan lesung pipi itu bernama Jasmine Arunika. Dia yang selalu terburu-buru, dan Galina yang selalu menenangkan.
"Apa yang terjadi pagi ini?" Tanya Galina dengan raut muka meledek. Sebenarnya Galina sudah tahu, pasti sahabatnya itu melakukan kecerobohan. Seperti sebelum-sebelumnya.
Jasmine menarik napas lalu menghembuskannya cepat. "Huuhh... Nanti aja ceritanya. Sekarang kita kerja dulu atau kita akan kena omel."
***
"Galina, aku berangkat kuliah dulu ya," ucapnya setengah berlari. Seperti biasa, terburu-buru.
"Iya. Hati-hati, Yas. Jangan ngelamun lagi."
Mendengar jawaban Galina, Jasmine spontan nengok ke belakang lagi, lalu tersenyum tipis.
"Semangat..." ucap Galina lagi. Dia mengepalkan kedua tangannya disertai raut muka yang manis.
Mereka memang tidak bersahabat sejak kecil. Baru bertemu sekitar enam bulan yang lalu. Tapi, Galina menjadi sahabat terbaik Jasmine. Galina menjadi satu-satunya sahabat yang dimiliki Jasmine, untuk saat ini. Dan karena Galina pula, Jasmine bisa bekerja di tempatnya yang sekarang. Bahkan mendapat beasiswa juga untuk kuliah. Bukan hanya Jasmine. Menurut kabar yang beredar ada beberapa karyawan juga yang mendapatkan sekolah gratis dari Dark Blue.
Menjadi Mahasiswi di salah satu kampus ternama di Jakarta dan juga bekerja. Terbayang betapa sibuk hari-harinya. Untungnya, jam kerja menyesuaikan waktu kuliah. Bahkan kalau sedang sangat sibuk di kampus, bos memperbolehkannya untuk tidak bekerja. Tapi tetap harus menggantinya di lain hari saat libur kuliah. Sistem kerja yang mungkin hanya ada satu di Indonesia. Dan menjadi tempat kerja impian banyak orang.
"Tenang Jasmine. Tenang," gerutunya dalam hati sambil terus memacu vespanya dengan kecepatan tinggi.
*Lampu merah.*
"Oh astaga. Kenapa aku selalu terjebak di lampu merah ini?!"
Sekuat tenaga dia berusaha untuk tetap fokus agar tidak melamun lagi, seperti tadi pagi. Tapi sayangnya hal itu sia-sia saja. Hanya beberapa detik fokus. Setelah itu, dia kembali bengong. Itulah kelemahan seorang Jasmine. Selalu bengong saat sedang sendiri. Dimana pun dan kapan pun. Bahkan saat bersama dengan Galina juga dia sering sekali bengong. Intinya adalah dia harus diajak ngobrol. Tidak bisa dibiarkan sendiri.
Dan benar saja. Kejadian tadi pagi terulang kembali. Sebuah mobil sport berwarna hitam terkunci tidak bisa bergerak maju di belakang vespanya. Seorang lelaki tampak marah-marah dan terus saja membunyikan klakson. Tapi Jasmine tetap diam dan pandangannya lurus ke depan.
Dengan terpaksa lelaki itu menunggu mobil-mobil yang ada di sampingnya untuk melaju lebih dulu, baru setelah itu dia bisa berpindah tempat ke samping Jasmine. Sekencang mungkin dia bunyikan klakson mobilnya sampai Jasmine tersadar dari bengongnya. Lalu memberi isyarat kepada Jasmine untuk melihat lampu lalu lintas dengan raut muka juteknya.
Jasmine menepuk jidatnya pelan. Tapi terhalang helm pororo miliknya. Kejadian ini bukan sekali atau dua kali. Tapi sudah berkali-kali.
"Kamu ini kenapa sih Jasmine. Kan tadi udah dibilang, tenang, tenang. Yang fokus dong. Come on."
Ingin rasanya dia menertawakan dirinya sendiri. Tapi disisi lain dia juga kesal. Kenapa selalu sial di lampu merah.