Sudah 1 tahun sejak Roxy datang
Sihirku semakin bervariasi dan aku juga telah mempelajari Sword God, North God, dan Water God Style tingkat Beginner.
Selama Satu tahun ini banyak sekali Kejadian yang bikin capek, dari Roxy yang memberikanku Boneka dan Pita rambut karena dia mengira aku perempuan dan Paul yang terlalu semangat melatihku karena dia mengira aku berbakat di bidang ilmu pedang.
'Yah, ini semua juga wajar karena aku juga berambut panjang dan mempunyai muka yang sangat cantik dan menawan, dan juga aku memotong batu di percobaan pertama menggunakan pedang....Ugh, seharusnya aku tidak terprovokasi dengan muka sombong paul waktu itu, Haahh sangat capek.' pikirku sambil tiduran melihat langir yang cerah di dekat sawah desa
Akhir-akhir ini Manaku juga sudah tidak bisa meningkat lagi dan hanya menetap di tingkat Advance, setiap aku ingin menyimpan mana lebih banyak dalam tubuhku, tubuhku akan sangat kesakitan seperti akan meledak.
'Sepertinya tubuhku tidak bisa menahan mana yang murni terlalu banyak dalam tubuh kecil ini, jadi ini adalah batasku di umur 4 tahun, mungkin saat tubuhku tumbuh lebih kuat akan bisa menampung mana murni lebih banyak jadi yang bisa kulakukan sekarang hanya mengeluarkan mana murni dalam tubuh dan membuatnya menjadi benda padat dan mengisi ulang terus setiap hari agar aku bisa melakukan yang namanya rekonstruksi tubuh' pikirku dengan semangat memikirkan akan jadi sekuat apa aku abis rekonstruksi tubuh.
"Hooam..., bosannya karena sudah sedikit yang bisa dipelajari dari Roxy tentang sihir aku jadi gak ada kegiatan dan sisanya hanya harus belajar sejarah dan geografi dunia ini, seperti klan Superd dan Legenda tentang Raja iblis dan Pahlawan. Aku tidak terlalu tertarik dengan Sejarah dan Geografi dunia ini, jadi semua pelajaran itu membosankan."kataku sambil tiduran dan menggunakan kedua tanganku sebagai bantal di kepala.
"Rudeus sepertinya takut keluar dan dia menikmati pelajaran sejarah dan geografi....., mungkin hari ini aku berkeliling desa saja."ucapku bangun dan pergi untuk mengelilingi desa.
Aku berjalan melewati persawahan dan perkebunan milik warga desa kemudian aku melihat seorang anak berambut hijau dan 3 anak yang sedang main kejar-kejaran(?)
Aku kemudian mencapai jalan utama desa yang ada pedagang dan penginapan. disitu aku melihat seorang paman di pinggir jalan dengan kanvas dan alat untuk menggambarnya dan didepannya ada papan bertulisan menawarkan jasa melukis dengan harga 10 bronze coin sekali gambar.
Paman itu terlihat berantakan dan jenggotan dan berambut hitam pekat dengan mata berwarna merah darah yang terlihat memerhatikan semua lingkungan dengan detail. paman itu lalu melihatku yang sedang memehartikan dia.
"Hei nak, Apa kau mau dilukis?"sahut paman itu kepadaku.
'Hm, aku belum pernah melihat jasa melukis di duniaku sebelumnya, mungkin aku akan mencobanya dan aku punya uang upah membantu tetangga di dekat rumah' pikirku sambil menganggukan kepalaku lalu menuju paman itu untuk dilukis.
"Sini duduk dulu disini nak."kata Paman itu membawa bangku untukku duduk lalu Paman itu bersiap untuk melukis.
Aku kemudian duduk di bangku yang disediakan paman itu dan paman itu mulai melukisku.
"Tapi nak kamu untuk seorang anak lelaki memilik tampang yang sangat cantik dan menawan yah"ucap paman itu dengan santai sembari melukis.
"Hm? paman tau aku itu laki-laki?, biasanya semua orang mengiraku perempuan."kataku sedikit terkejut.
"Hah! bagi seorang seniman sudah pasti gampang membedakan mana perempuan dan mana laki-laki."kata Paman itu dengan bangga.
"Heeh, hebat juga paman"kataku dengan sedikit kagum
10 menit kemudian
"Ini sudah jadi lukisannya."kata paman itu menyerahkan lukisan yang dia gambar.
"Waah!, lukisannya bagus sekali paman!"kataku dengan takjub melihat hasil lukisannya.
"Ini biasa saja....,oh iya siapa namamu nak, akan kutuliskan namamu di lukisannya"tanya paman itu
"William Greyrat, kalau nama paman siapa?"tanyaku balik
"Michael da Vinci."jawab paman itu sambil menulis namaku di belakang lukisan dan namanya.
"Ini sudah."
Paman Michael menyerahkan Lukisannya dan kemudian aku membayarnya
"Terima Kasih ya Nak William."
"Terima Kasih juga Paman Michael."
Kemudian aku pulang membawa lukisan dan melihat lagi anak berambut hijau dengan 3 anak kecil lainnya bermain kejar-kejaran(?), karena matahari sudah mulai terbenam aku bergegas lari menuju rumah takutnya dimarahin karena keluar terlalu lama.
***
Sesampainya dirumah aku diomeli Zenith karena pulang terlambat setelah itu aku mandi dan menggunakan sihir [Clean]. walaupun aku sudah memiliki sihir [Clean], aku tetap mandi karena jika belum mandi kayak masih terasa kotor gitu dan nggak nyaman padahal sihir [Clean] sudah membersihkan semuanya dengan sempurna.
Aku lalu memasuki kamar dan melihat Rudeus yang masih membuat boneka dari tanah untuk meningkatkan sihirnya.
"Bikin boneka dari tanah lagi untuk meningkatkan mana?"tanyaku melihat banyak boneka dari tanah tergeletak di lantai.
"Ya, Apa niisan tidak melakukannya?"tanya Rudeus membereskan semua boneka tanah yang ada di lantai.
"Gak, manaku sudah tidak bisa meningkat lagi."jawabku lalu mengunakan sihir tanah membuat bingkai untuk lukisan yang baru kudapat.
"Oh begitu, niisan itu apa?"tanya Rudeus lagi, melihatku memajang lukisan di dinding.
"Ini Lukisan yang kudapat dari pelukis di desa untuk melukisku."jawabku puas melihat hasil pemajangan lukisannya.
"Bagus Sekali Lukisannya."kagum Rudeus melihat Lukisan yang bergambar William yang sedang duduk dengan anggun dan cantik.
"Hoaam....ya bagus sekali."gumamku sembari menguap lalu menuju kasur untuk tidur.
"Niisan kenapa kamu selalu cepat sekali tidurnya?"tanya Rudeus heran karena aku yang selalu tidur cepat.
"Tidur Awal dan Bangun Awal itu kunci Kesehatan, dan aku terganggu dengan suara ayah dan ibu pada saat tengah malam."jawabku bersiap memasuki alam mimpi.
"Ehh, ayolah niisan coba ngintip ayah dan ibu saat tengah malam, kemarin malam saja aku lihat Roxy-Shishou sedang mengintip ayah dan ibu saat tengah malam."kata Rudeus dengan menyeringai lebar dan membuat muka mesum.
"Tidur saja kau Bocah Mesum, nanti bagian bawahmu mengecil jika kau terlalu banyak tidur larut."ucapku memberi tahu Rudeus mitos buatan sendiri.
'Mungkin besok aku akan mencoba melukis' pikirku lalu memasuki dunia mimpi
"Hah? kata siapa mengecil?, pasti mitos....., ya mitos..."gumam Rudeus yang langsung dengan cepat ke kasurnya untuk tidur.