webnovel

Mimpi Serius

Saat kau berjalan ke sebuah tempat, maka jangan pikirkan hal-hal buruk tentang tempat itu. Mungkin, di sana ada sebuah hal yang tak bisa kau ketahui...

...

Seperti biasa, Kevin selalu bangun sebelum waktu subuh. Meski suasana masih terbilang sepi, dia selalu berusaha bangun dan beraktivitas seperti ketika dirinya di rumah.

Merasa keadaan sudah baik-baik saja, Kevin turun untuk mencari makanan karena sejak malam perutnya sangat lapar. Dia berjalan ke arah dapur sambil berharap ada makanan yang bisa dia makan di sana.

Na..., Na..., Naa....

Belum sempat dirinya membuka kulkas, Kevin mendengar ada seseorang yang sedang bersenandung. Suara itu tampak merdu dan lembut sekali. Kevin sampai terdiam sejenak sambil menikmati alunan suara yang dia dengar dengan sederhana. Nampaknya, dia tahu suara itu berasal dari siapa.

Kevin masih terdiam di tempatnya. Dia merasa, suara itu semakin sini semakin tampak nyata. Dia berdiri lalu beranjak ke tempat piano. Terlihat, seorang anak sedang lihainya memainkan alat musik tersebut sambil menutup mata, seolah dia juga memang sedang menikmati alunan musik yang dia buat.

Kevin tahu jika anak itu sangat pandai memainkan piano. Entah apa sebabnya mengapa anak itu masih tetap berada di dunia yang sudah bukan seharusnya dia pijak lagi. Kadang, Kevin sendiri ingin bertanya tentang hal itu namun dia belum berani. Takut jika yang bersangkutan merasa tersinggung dan keadaan di masa lalu seketika bermunculan lagi di kepalanya.

Sesaat, Kevin masih terdiam tanpa mengganggu sedikitpun apa yang dilakukan oleh Jane. Dia sangat menikmati alunan musik sederhana itu sungguh terduduk di sofa. Sepertinya, Jane masih belum sadar jika Kevin sedang berada di belakangnya. Ada beberapa lagu yang sudah dia bawakan dan semuanya Jane lakukan dengan begitu sempurna, tanpa ada miss sekalipun.

Kebetulan, Kevin sendiri adalah seorang pianis yang telah menjuarai beberapa lomba. Sejak kecil, anak itu sudah didaftarkan les piano ke beberapa tempat. Hal itu bukan karena keinginan orang tuanya. Melainkan Kevin sendiri yang sudah sangat jatuh cinta dengan alat musik tersebut. Dan beruntung, atas usahanya tersebut Kevin telah mendapatkan banyak predikat dan juara yang sudah dia tempuh di nasional ataupun internasional.

Dia merasa sangat bersyukur bisa diberi kemudahan atas segala hal. Keadaannya saat ini, tentu bukan hanya karena keadaan biasa saja.

Dia yakin suatu saat nanti, pasti ada suatu hal yang tidak akan mudah dia jadikan sebagai kenangan semu. Banyaknya cerita dan kejadian baru yang dia rasakan, cukup akan menjadi satu-satunya alasan bahwa dia harus mensyukuri semua yang dia miliki saat ini.

Betapa harus bersyukurnya menjadi seorang Kevin. Orang-orang di sekelilingnya banyak yang menyayangi dia, di samping juga ada beberapa orang yang berusaha menyakiti dia. Kali ini dia tidak mau lagi banyak berpikir aneh-aneh. Karena dengan keberadaan Pak Arthur, Pak Peter dan Albert, akan cukup membuat Kevin merasa tenang sebab dirinya yakin bahwa kedua orang itu adalah orang baik yang selalu tulus membantu dirinya dalam segi apa pun.

"Kenapa berhenti?" tanya Kevin saat Jane terdiam namun dirinya masih tetap berada di posisi yang sama seperti tadi.

Rupanya anak itu baru sadar jika Kevin berada di belakangnya. Dia membalik badan sambil tersenyum kecil. Kevin merasa aneh dengan sikap Jane yang tak biasa. Anak itu tidak terlihat ceria atau agresif seperti biasanya.

Karena penasaran, Kevin berdiri lalu menghampiri anak tersebut.

"Mengapa kau hanya diam saja? Apa kau sedang ada masalah?"

Jane menggelengkan kepalanya. Kepalanya masih tertunduk lesu seperti ada suatu hal yang sedang dia pikirkan. Kevin merasa tak puas melihat jawaban anak itu.

Dengan segera dia mengambil kursi lain kemudian duduk di depan Jane. Mungkin bagi sebagian orang, mereka akan berpikir aneh karena Kevin duduk sendirian tanpa ada orang yang menemaninya. Bahkan sampai sekarang pun Kevin sendiri masih bingung mengapa dirinya bisa melihat suatu hal yang tidak bisa dilihat oleh orang lain.

Dia tidak tahu apa yang dia rasakan adalah sebuah anugerah atau malah boomerang buruk bagi dirinya sendiri.

"Jane, aku tahu kau sedang berbohong. Cepat katakan kepadaku sebenarnya apa yang sedang terjadi kepada kau sekarang."

"Memangnya kenapa?" tanya Jane tanpa melihat Kevin.

"Ya, kau seperti bukan Jane yang aku tahu. Kali ini kau terlihat seperti murung, seolah ada suatu hal yang sedang kau pikirkan namun kau tak mau menceritakannya kepada siapapun."

"Justru itu," Jane menimpali, "Tubuhku terasa begitu berat sekali. Aku yakin ada suatu masalah kepada diriku. Maka dari itu aku berusaha menghilangkannya dengan terus berpikir positif atau bermain piano."

"Mengapa bisa begitu?" tanya Kevin benar-benar tidak tahu.

Jane menghentikan bahunya, pun sama-sama tidak tahu, "Baru sekarang aku merasakan hal ini. Sepertinya akan ada sesuatu yang terjadi dalam waktu cepat."

"Oh ya? Apa itu?"

"Kevin, aku selalu merasa pusing ketika melihat jam itu!" Jane menunjuk jam tua yang telah banyak memberikan masalah di rumah itu, "Tak seperti biasanya aku merasakan hal tersebut dan aku yakin pasti ada sesuatu berada di dalam jam itu."

"Aku juga merasakan hal yang sama seperti kamu," sahut Kevin, "Setiap kali aku melihat jam itu, entah kenapa aku selalu merasa tertarik dan tatapanku seolah ingin terus memandangnya. Padahal hanya jam biasa, tapi aku rasa pasti ada sesuatu di dalamnya."

Jane menatap Kevin dengan tatapan kosong, "Apa kita harus memeriksanya?"

Tanpa berpikir panjang, Kevin langsung menyetujui ajakan anak itu.

Dia dan Jane berjalan menghampiri jam tersebut dan mengambilnya dari dinding. Sekilas, Kevin tiba-tiba melihat kilatan cahaya yang berasal dari belakang jam tersebut.

"Apa..., kau tadi melihatnya?" tanya Kevin pada Jane.

Anak itu mengangguk, "Firasatku semakin benar kalau di dalam jam ini pasti ada sesuatu. Buktinya, tak akan mungkin jika tak ada apa-apa, benda mati seperti ini bisa terbang. Mana mungkin kan?"

Kevin menyetujui ucapan anak itu. Karena mereka berdua masih dirundung rasa penasaran yang luar biasa, Kevin akhirnya membongkar jam itu ditemani oleh Jane.

Agak sedikit sulit dia melakukannya. Namun tak membutuhkan waktu lama, Kevin akhirnya bisa membuka baut demi baut yang menutupi permukaan belakang jam tersebut.

"Silau sekali!" Jane seketika menutup matanya saat dia melihat ada kilatan cahaya lagi. Kali ini, cahaya itu semakin terang dan membuat mata sakit ketika Kevin perlahan membukanya.

"Apa aku harus membukanya lagi?" tanya Kevin dengan ragu.

"Buka saja," pinta Jane dengan cepat.

Akhirnya, Kevin membuka bagian belakang jam itu. Karena cahaya yang begitu terang, membuat mereka seketika menutup mata untuk beberapa detik. Gelapnya rumah tiba-tiba menjadi terang karena cahaya itu.

"Ruby?" Jane seperti terkejut melihat benda itu. Kevin yang tidak tahu apa-apa, hanya bisa melongo melihat ekspresi Jane yang sangat-sangat terkejut, seperti sedang menemukan harta karun yang telah lama tertimbun.

"Ada ap-"

"KEVIN?!"

...

Bab berikutnya