webnovel

Kepulangan Howland

Aslan kembali mengangkat tubuh sang putri. Itu adalah strategi yang buruk karena semakin lama ia menghabiskan waktu bersama Rosie, terasa semakin pendek usianya. Aslan kembali menggendong Rosie masuk ke dalam kamarnya. Tanpa adanya perlawanan, gadis itu turun dari punggung Aslan dan naik ke atas tempat tidurnya.

Rosie tidak ingin menggoda pria itu lebih jauh lagi karena kasihan. Aslan pasti sudah sangat lelah menggendongnya sejauh ini. Sebagai penutupannya, Rosie membuka selimutnya dan menepuk pelan bagian ranjanganya yang kosong.

"Jika Anda merasa lelah, berbaringlah sebentar di sini. Aku janji tidak akan mengganggu Anda."

Aslan tidak merespons permintaan Rosie, ia hanya menunduk hormat kemudian meninggalkan kamar tersebut. Ia menggeleng kesal saat mendengar tawa cekikikan Rosie dari dalam kamarnya.

Dipegangnya pundaknya yang kini terasa lelah. Beban berat yang dipanggulnya akhirnya terangkat. Pria itu kembali ke ruangannya. Mengambil sekotak rokok yang sudah lama tak disentuhnya. Ia berjalan menuju balkon kamar dan mulai membakar ujung rokoknya pelan.

Entah kapan terakhir ia merokok. Rasa rokok yang disimpannya sudah mulai berubah tetapi Aslan tak terlalu peduli. Ia butuh sesuatu untuk mengalihkan pikirannya dari seseorang tertentu.

Tiga batang rokok habis menemani malam Aslan. Ia mengernyit bingung karena Howland tak kunjung kembali. Pria itu menulis kabar bahwa akan kembali pada malam hari dan semalaman Aslan menanti, kelompok Howland tak kunjung tiba.

Saat matahari mulai terlihat, Aslan hampir turun untuk memeriksa keadaan kelompok Howland sampai pada akhirnya gerbnag kastil terbuka dan menampakkan sepuluh orang berkuda yang tiba bersama sang pangeran.

Aslan menunduk hormat menyambut kedatangan Howland dari daerah perbatasan.

"Selamat pagi Aslan," sapa Howland dengan ceria.

"Apakah sesuatu telah terjadi? Kau bilang akan kembali pada malam hari," tanya Aslan yang tak membalas sapaan Howland.

"Saat kami melewati pemukiman kamp, mereka menarik pasukan kita untuk diajak berpesta dan mereka minum semalaman penuh," balas Howland penuh tawa sambil melihat wajah lelah para pasukannya yang telah berpesta semalaman.

Aslan memberikan perintah kepada pelayannya untuk menyediakan sarapan untuk Howland agar pria itu segera beristirahat.

"Bagaimana, Rosie? Adikku tidak membuatmu repot kan?" tanya Howland.

Aslan ingin berkata jujur tapi demi menjaga perasaan temannya itu, ia memilih diam. Ia hanya mengangguk membuat Howland tersenyum bangga.

"Aku tahu. Aku menyuruhmu untuk kembali agar ada yang menjaga Roseanne. Gadis itu terlalu polos dan meninggalkannya seorang diri membuatku sangat khawatir. Apalagi sejak kejadian ia hampir tenggelam di sungai membuatku semakin khawatir. Aku tidak akan tenang sampai menemukan pelaku yang membuat adikku tenggelam."

Aslan dan Howland sudah pernah membicarakan ini. Mereka mencurigai seseorang telah berniat buruk kepada sang putri. Dan Howland sangat yakin ada seseorang yang mendorong adiknya ke dalam sungai saat gadis itu sedang menikmati suasana pinggir sungai.

Aslan awalnya berpikiran hal yang sama. Ia yakin tak semua pekerjanya menyukainya. Mungkin ada satu atau dua orang yang memang sedari awal berniat jahat dan memilih melukai sang putri sebagai bentuk ancaman kepada Aslan atau howland.

Namun … setelah menghabiskan waktu bersama Rosie kemarin, Aslan menjadi sedikit skeptis sekarang. Saat itu seorang pelayan yang ia tugaskan untuk menemani sang putri bilang jika sang putri ingin ditinggalkan seorang diri.

Mungkin saja gadis itu terjatuh karena kecerobohannya sendiri.

"Tentang hal itu … apakah kau tidak berpikir jika mungkin saja Putri Roseanne terjatuh sendiri ke dalam sungai?" tanya Aslan.

"Rosie? Tidak-tidak, adikku tidak seceroboh itu. Aku sangat mengenal Rosie. Dia adalah anak yang paling tenang yang pernah kau temui. DIa juga pasti tahu apa yang akan mengundang bahya tidak. Rosie tidak seceroboh itu," balas Howland sambil mengernyitkan keningnya.

Aslan hanya mengangguk. Ia tidak memiliki niatan untuk membenarkan ucapan Howland. Mungkin saja yang kemarin itu hanya sisi lain dari sang putri yang tidak ingin diketahui oleh banyak orang.

Maka dari itu Aslan memilih untuk menutup mulutnya, mencoba menghargai privasi sang putri.

"Kakak!" seru seorang dari atas anak tangga.

Aslan menghindar membiarkan Rosie berlari memeluk kakaknya dengan erat.

"Whoaaa … ada apa ini? Tumben sekali kau menyambutku seperti ini, Rosie?" tanya Howland yang kembali bahagia bisa bertemu adiknya di pagi hari.

"Tidak apa-apa, aku hanya senang bisa berjumpa denganmu lagi."

"Luar biasa! Aku juga sangat lega melihatmu baik-baik saja. Apakah Aslan memperlakukanmu dengan baik?"

Aslan menoleh ke arah Rosie saat mendengar namanya disebut. Rosie mengangguk dan tersenyum ceria kepada sang kakak.

"Tidak ada yang lebih baik menjagaku selain Duke Aslan," jawabnya.

"Awww… Roseanne … you are the cutest. Seharusnya aku yang menjadi penjaga nomor satumu."

Rosie teratwa. "Kakak selalu menjadi nomor satu! Duke Aslan setelahnya."

Howland merasa terharu dan memeluk adiknya erat. Ia menangkup wajah Rosie yang terlihat polos dan mengarahkannya kepada Aslan.

"Lihat, kan? Betapa beruntungnya aku mendapatkan anak semanis ini sebagai adikku," puji Howland membuat Rosie semakin berbesar kepala.

Saat Howland melirik ke arahnya, Rosie justru menampak senyum jahilnya membuat pria itu mengalihkan pandangnya ke arah lain. Howland merangkul pundak adiknya untuk mengajaknya sarapan bersama.

Aslan tak punya pilihan lain selain mengikuti keduanya. Saat ketiganya duduk di aula makan, Pelayan segera bergegas untuk menyiapkan persiapan sarapan mereka. Aslan makan dalam diam membiarkan Howland dan Rosie saling berbagi cerita.

Rosie menceritakan semua yang terjadi padanya kemarin kecuali dimana keduanya harus pulang berjalan kaki karena Aslan mengikat kedua kuda mereka di tempat yang sepi dan seseorang mencuri kuda mereka.

"Terima kasih sudah menjaga Roseanne dengan sangat baik, Aslan. Aku senang mendengar dan bisa lebih lega jika kedepannya harus berpergian jauh lagi. Aku tahu kau akan menjaga Rosie lagi dengan lebih baik."

(Aku mohon jangan….) balas Aslan dalam hatinya.

***

Bab berikutnya