webnovel

Permainan Rasa

" Di hati bagian mana lagi akan kau goreskan sebuah luka untukku? Tak cukupkah luka yang saat ini yang belum jua kau obati?"

- Rere -

" uda.." lirih Rere

Ikram membalikkan badannya dan melihat Rere dengan ekspresi terkejut dan grogi. Perempuan disebelahnya hanya tersenyum nakal seolah ia sudah tahu akan terjadi seperti ini.

" dek... jangan salah paham dulu ya." ujar Ikram yang sudah mengerti isi pikiran rere saat ini.

" gue aja salah paham apalagi rere!" sahut Jenner yang geram. Rere tak berkutik ia hanya menatap Ikram dengan tatapan sendu. Kemudian, Jenner membawa Rere menjauh dari Ikram dan perempuan itu.

Sayangnya, Ikram tak mengejar kepergian Rere. Ikram lebih melanjutkan perjalanannya bersama perempuan yang baru pertama kali Rere lihat.

" re loe enggak apa-apa kan?" tanya Jenner tampak khawatir.

" gue enggak apa-apa kok. " balasnya dengan santai.

" loe kalau mau nangis, nangis aja re.. jangan dipendam nanti loe yang sakit.", ucap Jenner sambil mengelus punggung sahabatnya itu.

" jen, gue pulang dulu yah. capek banget hari ini. Makasih yah sudah mewakili ucapan gue tadi." Jawab Rere dengan senyum terpaksanya. Jenner mengangguk paham, sahabatnya itu butuh ruang untuk sendiri. Ia tidak ingin Rere tidak nyaman bila ia memaksakan pendapatnya, ia yakin Rere bisa menghadapi lukanya saat ini.

Dalam perjalanan, Rere mengendarai motornya sambil melamun. Ia tak tahu akan ia bawa kemana arah motor ini, jika ia pulang dengan wajah sendu seperti saat ini akan membuat Papa dan mamanya khawatir. Ia kemudian mengarahkan perjalanannya ke sebuah tempat dimana ia bisa menenangkan dirinya untuk sementara waktu.

" misi kak, chef sonnynya ada?" tanya Rere ada pelayan wanita itu.

" ooh bang sonny baru saja keluar mbak.. katanya tadi mau beli obat." balas wanita itu.

" obat? sonny sakit apa?" tanya Rere terkejut mendengar penuturan dari pelayan dihadapannga ini.

" hmm.. aa.. anuu mba, rahasia mba maaf." jawabnya dengan penuh keraguan. Ia menggarukkan tengkuknya yang tidsk gatal.

" okelah mba.. kalau gitu aku tunggu disini saja." jawab Rere enggak mau nyerah.

Sambil menunggu kedatangan Sonny, Rere memainkan handphonenya sambil bersenandung kecil mengikuti musik yang diputar di cafe tersebut.

Jenner : beb, loe harus liat ini!

tiba-tiba Jenner mengirim pesan teks kepada Rere dan meminta rere membuka link media sosial yang dia kirim. Rere mengklik link tersebut, ia lagi-lagi terperangah pada sepasang pemuda pemudi yang sedang bermanja disebuah cafe. Pemuda itu memuji wanitanya dengan kata-kata yang sama sekali tidak pernah ia lontarkan untuk Rere. Ya, dia adalah Ikram

Kemudian Rere mencoba mengecek akun media sosialnya dan Ikram. Namun, tidak ia temukan postingan itu. Rere semakin menduga bahwa selama ini akunnya di sembunyikan dari kekasihnya sendiri. Ia pun semakin geram dan berniat ingin menghancurkan hidup Ikram setelahnya.

Wanita itu, adalah wanita yang sama dengan yang ditemukannya saat di kampus tadi sore. Siapa gerangan wanita rubah ini? Apa tujuannya menggoda Abrar?. Rere mengira setelah Fiona tak akan lagi wanita-wanita yang akan mengusik hubungannya. Ternyata dugaannya salah, ia justru semakin tahu siapa sebenarnya Ikram.

" eh re.. ngapain loe kesini?" tanya Sonny yang baru saja datang. Sonny menyembunyikan obat yang ia beli didalam sakunya yang cukup besar.

" udaaaa ..." sahut Rere dengan teriak manja. Tanpa sadar Rere mengeluarkan air mata kesedihannya dihadapan sahabatnya. Sonny yang baru datang heran, tidak biasanya Rere menangis seperti ini kalau bukan menangis bahagia.

" kenapa re?" tanya sonny mendekati Rere dengan dekat.

" Ikram jahat uda . dia nyakitin gue." ujarnya dengan keras tanpa peduli dengan pengunjung lain yang juga mendengar apa yang Rere ucapkan.

" jangan ngomong disini, ayo! kita keruangan gue aja. disana banyak makanan!" ajak Sonny lalu menggenggam erat tangan Rere.

" enggak biasanya loe nangis kayak gini re." ucap Sonny yang memotong wortel dihadapan Rere.

" gue kan manusia biasa uda yaa wajarlah gue bisa nangis. kecuali gue malaikat baru loe heran" Ucap Rere kesal.

" iya re iyaa.." jawab Sonny pasrah.

" ihh uda kan gitu cuma jawab iya re iya. enggak ada jawaban lain apa?" kesalnya pada sahabatnya.

" terus gue mau jawab apa?" tanya Sonny dengan polosnya.

" yaa jawaban yang kreatif dong.. pantesan jomblonya lama ternyata kaku kayak gini.", kesalnya.

Sonny tertawa kecil, ia menutup mulutnya sambil tertawa melihat tingkah rere bagaikan anak kecil dihadapannya saat ini.

" oh yaa gue sampai lupaa.. tadi kata pelayan loe beli obat keluar, loe lagi sakit apa uda?" ucapnya sambil mengingat.

" sakit apa? gue sehat-sehat aja kok." ujar Sonny mengelak.

" tapi kok loe semakin kurus sih uda? nyaman enggak sih loe kerja disini?" tanya Rere dengan rasa penasaran dalam hatinya.

" gue kurus karena gue sibuk re, belum lagi kuliah beserta tugasnya." sahut Sonny sambil menghidupkan gas.

" terus kenapa loe beli obat?" tanya Rere lagi. Ia tidak akan. berhenti bertanya sampai ia temukan jawaban yang menurutnya bisa masuk kelogikanya.

" wkwkw hanya alasan gue saja.. lagian suntuk gue didapur terus, jadi tadi nyari inspirasi gitu." ucapnya dengan berbohong pada sahabatbya.

Rere hanya ber-oh ria. Mungkin ucapan uda sonny ada betulnya, itu pikirnya. Sore menjelang magrib itu, Rere dan Sonny menghabiskan waktu dengan bercengkrama berdua seolah saat itu rere menemani sonny yang sedang memasak pesanan para pengunjung cafe itu.

Telepon rere berdering..

Mama : Assalamualaikum kakak dimana?

Rere : ini mah dicafe uda sonny. kenapa ma?

Mama : sudah magrib kak, kenapa belum pulang?

Rere : iya ma, ini rere pulang ya..

Mama : yaa segerakan pulang ya karena pacarmu kesini

Rere : Ikram?

Mama : ya Allah kak yaiyalah enggak mungkin sonny.

Rere : hehhe iyaa mama.. ini mau siap-siap.

Mama : ya udah mama suruh dia nunggu di teras rumah dulu ya. hati- hati ya kak.

Rere : ya mama wassalamualaikum

Mama : Waalaikumussalam nak...

" uda, gue pulang dulu yahh.." ujar Rere berburu-buru merapikan makanan yang berserakan di meja dapur Sonny.

" katanya tadi enggak mau ketemu si ayang eh akhirnya luluh juga." sindir Sonny.

" Ishh uda ini penting, gue harus clearkan semuanya malam ini juga." sanggahnya

" Iyaya deh ya mba bucin." jawab Sonny hanya bisa pasrah melihat Rere dengan kebucinannya.

**

Sesampainya ia dirumahnya, sudah ada Amel dan Ikram yang sedang asyik bercengkrama berdua.

" eh, adek.." panggil Ikram seolah ekspresi biasa saja. Rere tak menyahut panggilan itu, ia mengabaikan Ikran dan meletakkan tas serta melepaskan sepatunya.

" kakak... kenapa masuk kedalam? itu Ikram sudah menunggu dari tadi." Ujar Papa Teguh ada anak pertamanya.

" Bentar pa, rere mau ganti baju rumah dulu dam bersih-bersih." balasnya mencari alasan. Ia sengaja melakukan hal itu agar Ikram bosan dan enyah dari teras rumahnya saat ini juga.

" kak, boleh mama masuk kekamarmu?" tanya mama Rita sambil mengetuk pintu kamar anaknya . Segera Rere membuka pintu kamarnya, dan mempersilahkan mamanya untuk masuk.

" kakak kenapa? lagi ada masalah ya sama ikram?" tanya mama Rita.

" enggak kok ma.. lagi bete aja hehe." jawabnya beralasan.

" hmm .. kak, wajar saja dalam hubungan akan selalu ada masalah. Tinggal kita lagi nih menyikapinya seperti apa. " sahut mama Rita sambil mengelus rambut anaknya yang panjang dan hitam berkilau.

" kalau gitu, rere temui dia sekarang ya ma." jawabnya setelah mendengar penuturan mamanya ia merasa mendapat sebuah jawaban.

" re..." panggil ikram dengan pelan.

" silahkan duduk uda enggak usah berdiri dalam menyambut kedatangan perempuan tak penting ini." ujar Rere seolah menyindir kekasihnya.

Ikram hanya menggeleng, ia tidak ingin banyak berkomentar tentang perkataan pasangannya.

" re, gue mau minta maaf soal tadi sore." lirih Ikram sambil menunduk.

" enggak apa-apa udah gue maafin kok.. sekarang loe pulang aja." ucapnya layaknya mengusir Ikram dengan halus.

" kok loe gitu sih re?" tanya ikram

" hahah loe kok gitu sih uda?" jawab Rere dengan membalikkan pertayaan Ikram.

" Re, gue udah minta maaf terus salah gue apa sama loe.", jawab Ikram tegas.

" banyak! loe sudab khianati gue kram!" ujar Rere dengan geram.

" khianati gimana? toh dia bukan siapa - siapa gue kecuali teman masa kecil gue aja." balas Ikram yang tak mau kalah.

" munafik loe! gue benci sama cowok pengkhianat kayak loe!" hardik Rere dihadapan Ikram.

" kakak, jangan marah-marah." ujar Amel yang tiba-tiba datang karena mendengar suara Rere yang berteriak-teriak.

" pergi loe sekarang juga!!" teriak Rere dengan keras sehingga keluarlah suara lengkingannya.

Ikram hanya pasrah, ia tidak ingin membuat Rere lebih marah lagi padanya. Rasanya selama setahun ia berhubungan dengan rere, baru kali ini ia diteriaki didepan rumahnya. Harga diri Ikram seolah dijatuhkan oleh kekasihnya sendiri.

Memang benar bukan, seorang lelaki akan lebih sulit menyembunyikan sebuah rahasia kepada pasangannya. Terlebih jika ia memiliki seorang perempuan yang berspek mata-mata.

***