webnovel

Smith Family

Marline mengajak putranya pulang ke rumah kakek dan neneknya karena Michael akan kembali ke sana nanti bersama dengan Matthew. Michael Smith memiliki seorang saudara kembar yang bernama Matthew Smith. Dia menikah dengan seorang agen dari Inggris dan mereka dikaruniai enam anak kembar yang terdiri dari dua anak perempuan dan empat anak laki-laki.

Putra mereka yang paling tua bernama Jonathan, kehidupannya tidak seindah kelima saudara lainnya karena dia harus kehilangan istri tercintanya saat melahirkan putri mereka. Karena rasa cintanya pada sang istri membuat Jonathan enggan menjalin hubungan dengan wanita mana pun karena baginya tidak ada yang pantas menggantikan almarhum istrinya dan tidak ada yang pantas menjadi ibu dari putrinya.

Karena tidak ada yang menjaga putri Jonathan, Albert dan Kate yang menjaga putri dari cucu mereka agar masa tua mereka tidak membosankan apalagi Jacob dan Alice sudah tiada beberapa tahun yang lalu karena usia mereka tapi walau begitu, mereka selalu hidup rukun dan harmonis satu sama lain.

Saat mereka tiba, ternyata Jonathan ada di rumah. Dia ingin mengunjungi putrinya yang sudah berusia dua tahun dan tentunya dia kembali untuk menemani putrinya.

Max menghampiri sepupunya yang berada di meja makan dan bergabung dengannya, Jonathan melihat Max sejenak dan setelah itu dia kembali makan.

"Kau terlihat tidak seperti biasanya, Max," ucap Jonathan basa basi.

"Aku seperti biasa, bagaimana denganmu" tanya Max pula.

"Kau bisa lihat sendiri, apa kau masih suka bersembunyi di dalam lemari?"

"Itu tempat kesukaanku!" jawab Max.

"Ck, sebaiknya hilangkan kebiasan jelekmu. Apa kau akan mengajak istrimu tidur di dalam lemari saat kau sudah menikah nanti?"

"Bukan ide buruk," jawab Max dengan santai.

"Hei, bagaimana kalian melakukan sex nantinya? Aku tidak berani membayangkannya!" ucap Jonathan.

"Yeah, aku rasa kami akan keluar dalam keadaan kepala benjol!"

Jonathan terkekeh, walau Max sedikit aneh tapi dia bisa diajak bercanda. lagi pula mereka sudah akrab karena mereka selalu bersama saat kecil.

"kau sendiri, kenapa tidak menikah lagi?" tanya Max.

"Tidak ada yang cocok, aku rasa tidak ada yang pantas menggantikan istriku."

"kau hanya belum menemukan yang cocok saja," ucap Max.

"Kau benar," Jonathan kembali makan. Mungkin yang dikatakan oleh Maximus sangat benar, mungkin dia belum menemukan wanita yang pantas menggantikan istrinya.

Saat itu Kate masuk ke dalam sambil menggendong putri Jonathan, dia bergabung dengan kedua cucunya yang sedang berbincang.

"Max, kenapa kau tidak makan?"

"Aku sudah kenyang, Nenek. Aku mau ke kamar sebentar," ucap Max seraya beranjak.

Kate dan Jontahan hanya mengangguk, mereka tahu apa yang hendak Maximus lakukan. Dia pasti akan berada di dalam lemari seperti yang biasa dia lakukan dan memang itu kebiasan Max. Dia tidak terlalu suka berbasa basi dengan yang lainnya dan lebih suka menghabiskan waktunya di dalam lemari yang gelap tapi kali ini agak berbeda, dia tidak melakukan hal itu.

Komputer yang ada di atas meja sudah menyala, Max terlihat serius meretas cctv yang ada di rumahnya. Dia ingin melihat apa yang sedang dilakukan oleh tawanannya. Apakah Amy melakukan pekerjaannya dengan baik atau tidak?

Cctv mulai di retas, Max menyelusuri setiap ruangan yang ada di rumahnya bahkan cctv bagian luar rumah tidak luput dia telusuri karena Aleandra tidak terlihat di ruangan mana pun. Jangan katakan jika gadis itu melarikan diri, jika sampai hal itu terjadi maka akan dia patahkan kakinya tanpa ragu.

Max masih mencari sampai akhirnya dia melihat Aleandra berada di sisi kolam renang. Aleandra basah kuyup, dia ingin beristirahat sebentar sebelum mencuci kolam renang. Dia baru saja selesai dengan puluhan mobil yang ada di garasi dan tentunya itu sangat melelahkan.

Untuk mengeringkan bajunya yang basah, Aleandra membuka bajunya yang basah tanpa ragu. Lagi pula tidak ada yang mengawasi jadi dia berani membuka bajunya tapi sayangnya Max melihat apa yang sedang dia lakukan.

Mata Max tidak berpaling, Aleandra mengibas rambutnya yang basah dan juga mengeringkan air yang terdapat di bajunya. Gadis itu bahkan melihat sekelilingnya dan setelah itu Aleandra membuka bra yang dia pakai karena basah.

Karena di rumah tidak ada siapa pun selain para penjaga yang ada di luar jadi dia berani melakukannya. Dia juga yakin bosnya tidak akan pulang secara mendadak tapi dia tidak tahu jika bosnya sedang melihatnya. Mata Max masih tidak berpaling, walau gadis itu kurus tapi kedua benda itu cukup berisi. Tidak buruk dan itu pemandangan tidak terduga yang dia dapatkan.

Aleandra meletakkan bra yang dia pakai di sisi kolam dan setelah itu baju kaos yang sudah tidak terlalu basah digunakan. Sebaiknya dia membersihkan kolam renang itu walaupun tangannya sudah terasa sakit.

Selama membersihkan kolam renang, Aleandra berpikir dengan keras mengenai nama majikannya. Karena Marline memanggil nama putranya tadi, hal itu membuat Aleandra penasaran akan nama lengkap bosnya.

Wanita itu memanggil bosnya dengan nama Max, hal itu membuatnya menerka-nerka kepanjangan dari nama itu. Tentu saja nama itu mengingatkan dirinya dengan sebuah nama yang sedang dia takuti saat ini.

Aleandra mencoba mencari nama lain dari nama Max tapi selalu satu nama yang dia dapatkan dan nama itu adalah Maximus. Aleandra tiba-tiba berdiri dengan wajah pucat. Jangan-Jangan bosnya saat ini adalah Maximus Smith dan dia sedang dipermainkan oleh pria itu tapi bagaimana mungkin?

Dia sangat ingat jika Maximus tidak cacat, dia juga ingat rumahnya bukan di sana. Aleandra masih diam dengan pikiran-pikirannya, bagaimana jika dia salah? Bagaimana jika nama bosnya memang sedikit mirip dengan nama Maximus Smith?

Dari pada menerka tidak jelas seperti itu, bukankah lebih baik dia mencari tahu akan hal itu? Mungkin dia bisa menemukan identitas bosnya di dalam kamar. Jika ternyata tebakannya benar bahwa bosnya adalah Maximus Smith maka dia harus segera melarikan diri dari tempat itu.

Aleandra melepaskan bajunya dan menggunakan bra yang dia lepaskan tadi. Peduli setan basah atau tidak yang pasti dia harus bersiap-siap untuk melarikan diri dari tempat itu jika tebakannya benar.

Max mulai curiga dengan gerak geriknya apalagi Aleandra mengendap masuk ke dalam kamarnya. Dia jadi curiga jika ibunya memanggil namanya tadi saat datang ke rumahnya. Mungkin saja Aleandra mulai curiga dan ingin mencari sesuatu di kamarnya. Jika begitu, dia harus segera kembali karena gadis itu tidak boleh lepas.

Max mengambil ponselnya untuk menghubungi anak buahnya yang berjaga di rumah, layar komputer pun dimatikan karena dia akan pulang untuk melihat apa yang gadis itu cari.

"Tahan pelayan itu dan jangan sampai dia kabur!" perintahnya.

"Yes, Master," jawab anak buah yang dia hubungi.

"Jika sampai dia lepas maka nyawamu yang harus menggantikannya!" ancam Max dan setelah itu dia bergegas keluar dari kamarnya.

Max menghampiri keluarganya yang ada di ruang keluarga, mereka melihat ke arah Max yang sedang terburu-buru dengan tatapan heran.

"Kau mau pergi ke mana, Max?" tanya Kate.

"Aku mau pulang, Nenek."

"Kenapa begitu cepat? Yang lain belum datang," ucap Jonathan.

"Sorry, Jo. Aku akan kembali nanti," setelah berkata demikian, Max bergegas pulang untuk memergoki pencuri yang sedang mencari sesuatu di kamarnya. Aleandra masih tidak sadar karena dia ingin mencari identitas bosnya dan setelah itu dia harus melarikan diri jika dugaannya benar.

Bab berikutnya