webnovel

Pekerjaan Yang Menguras Tenaga

Jantung Aleandra berdegup kencang, dia juga terlihat gugup luar biasa. Jika dia tahu akan melakukan pekerjaan seperti ini, maka dia akan melihat tubuh kekasihnya waktu itu sampai puas agar dia tidak canggung.

Dia sangat berharap dalam hati, semoga dia tidak melakukan kesalahan yang memalukan. Seorang wanita dewasa tidak pernah melihat tubuh pria? Jangan sampai hal ini menjadi lelucon dan menjadi bahan tertawaan bos anehnya itu.

Mereka sudah berada di dalam kamar mandi, Max menatap Aleandra tajam karena gadis itu tampak gugup sedari tadi. Selama gadis itu belum menyadari siapa dirinya, maka akan dia biarkan karena itu bisa menjadi hiburan untuk menghilangkan rasa bosan. Lagi pula gadis itu dia gaji dan ketika gadis itu sudah sadar, barulah permainan yang sesungguhnya dimulai.

"Kenapa begitu lama? Aku tidak punya waktu seharian berada di kamar mandi!" ucap Max sinis.

"Hm, a-aku agak gugup. Mohon maaf," ucap Aleandra.

"Aku tidak peduli, kau harus profesional saat bekerja!"

"I-I know," Aleandra menggigit bibir, tangannya terasa gemetar.

Setelah menarik napas dan mengumpulkan keberanian, Aleandra menarik kaos tipis yang digunakan oleh Max. Dia jadi ingin tahu, apa di dalam kotak itu tidak panas? Sepertinya dia harus mencobanya saat bosnya sedang pergi. Bukan ide yang buruk, dia ingin tahu bagaimana rasanya berada di dalam kotak itu.

Siapa tahu saja dia bisa berubah jadi Vampire saat keluar dari kotak. Oh, dia sangat berharap hal itu terjadi. Jika dia jadi Vampire, akan dia balas orang-orang yang telah membunuh keluarganya. Dia juga tidak perlu melarikan diri dari mereka lagi, dia bisa membuat sebuah clan dan orang pertama yang ingin dia gigi adalah Maximus Smith agar pria itu menjadi bawahan pertamanya.

Pria itu kaya, dia calon bawahan ratu Vampire yang potensial. Pasti menyenangkan jika hal itu bisa terjadi tapi sebaiknya dia kembali ke dunia nyata dan melakukan pekerjaannya dengan benar.

Tanpa tahu jika pria yang sangat ingin dia gigit berada di hadapannya saat itu, Aleandra sudah menaikkan baju Max dan membukanya. Mata Aleandra membulat melihat otot tubuh yang kekar di depan mata. Jika otot tubuh kekasihnya seperti itu pasti tidak akan dia lewatkan tapi sayangnya, tubuh kekasihnya tidak sebagus itu karena dia pernah melihatnya satu kali.

Bagian atas sudah selesai, sekarang ke bagian inti. Oh, God. Dia harap jantungnya kuat. Max diam saja melihat reaksi Aleandra, apa gadis itu tidak pernah melihat tubuh seorang laki-laki? Di lihat dari reaksi Aleandra sepertinya demikian dan entah kenapa dia jadi ingin menggodanya nanti.

Mata Aleandra terpejam, dia tidak berani melihat. Wajahnya berpaling saat dia mulai menarik celana yang dikenakan Maximus. Jantungnya bagaikan genderang, sepertinya dia harus siap saat dia melihat si cacing Alaska tanpa sengaja.

"Sorry, Sir. Aku tidak terbiasa melakukan hal seperti ini," ucap Alendra sambil mengintip sesekali untuk melihat celana dalam Max karena dia harus membukanya juga.

"Kau membuat aku bosan menunggu!"

"Aku benar-benar minta maaf,"

"Cepat!" bentak Max dengan nada kesal.

Aleandra menarik napas, peduli setan. Hanya melihat saja, bukan? Nanti dia juga akan melihat dan anggap saja dia sedang latihan dan anggap dia sedang berada di kelas Biologi dengan guru yang berwajah mengerikan dan galak.

Tidak mau berlama-lama apalagi Max sudah terlihat marah, Aleandra melepaskan pakaian terakhir Max yang melekat di tubuhnya. Tubuhnya membeku, matanya bahkan tidak berpaling dari bagian tubuh terakhir Max yang harus dia lihat.

"Kenapa? Terpesona sampai tidak bisa berpaling?" tanya Max.

"Ti-Tidak!" Aleandra melangkah pergi. Sial, apa dia seperti sedang terpesona? Ini sangat memalukan. Sebaiknya dia segera menyelesaikan pekerjaan yang menguras energi itu tapi dia belum kebagian yang harus mewajibkannya menyetuh tubuh Max.

Max cuek saja, itu hiburan baginya. Dia belum pernah melihat seorang wanita sok polos seperti Aleandra, tidak mungkin gadis itu tidak pernah melihat tubuh seorang pria sebelumnya tapi di lihat dari reaksinya sepertinya dia tidak sedang berakting. Sepertinya akan semakin menarik, sekarang dia punya mainan baru.

Aleandra mendorong kursi roda, menuju shower. Dia mulai memandikan bos anehnya tanpa berani melihat ke bawah. Mereka berdua diam saja, Max bukan orang yang suka banyak bicara, sedangkan Aleandra tidak berani bertanya.

Sebuah sikat untuk badan diambil, Aleandra melakukan tugasnya dengan baik walau pikirannya kacau gara-gara si cacing Alaska yang dia intip secara diam-diam sedari tadi. Bentuknya boleh juga, semoga air liurnya tidak menetes.

Karena Rebeca berkata pria aneh itu pecinta kebersihan jadi tidak ada yang boleh dia lewatkan. Dengan sebuah spon mandi di tangan, Alendra berjongkok di bawah kaki Max karena dia harus membersihkan kakinya. Aleandra sangat heran karena tidak ada cacat di kaki pria aneh itu.

"Kenapa kau tidak bisa berjalan, Sir?"tanya Aleandra ingin tahu.

"Apa di dalam surat perjanjian itu kau diwajibkan untuk bertanya?"

"Ti-Tidak," jawab Aleandra tidak enak hati.

"Jika begitu lakukan saja pekerjaanmu dengan baik dan jangan banyak bertanya!"

"Maaf," Aleandra mengumpat dalam hati, sebaiknya dia tidak bertanya apa pun lagi. Ada yang bilang, diam adalah emas.

Mereka berdua kembali diam, Aleandra masih membersihkan kedua kaki Max dan setelah selesai kini bagian paha. Jantungnya kembali berdegup kencang, dia bahkan merasa pusing. Karena tidak mau berlama-lama Alendra terus menggosok kedua paha Max. Dia bahkan berteriak saat tangannya menyentuh kejantanan milik Max tanpa sengaja. Tidak hanya satu kali tapi beberapa kali dia menyentuhnya tanpa sengaja. Aleandra terus berteriak saat tangannya menyentuh bagian itu tapi dia tidak sadar karena gerakan dan sentuhan yang dia berikan, milik Max sudah tegak berdiri.

Aleandra kembali berteriak, dia bahkan terkejut saat melihatnya sehingga tubuhnya jatuh ke belakang. Sial, sungguh pelajaran yang sangat menyiksa iman dan juga dirinya.

Max mengangkat satu alisnya, ini benar-benar di luar dugaan. Sepertinya gadis itu benar-benar belum pernah melihat dan menyentuh bagian tubuh lelaki.

Mata Aleandra masih tidak berpaling, napasnya pun terlihat berat. Oh, jadi seperti itu bentuknya. Akhirnya dia tahu, yeah, setelah ini dia akan terbiasa melihat dan hm, menyentuhnya karena dia harus memandikan pria aneh itu dua kali sehari. Semoga saja di balik janggut yang tumbuh liar itu ada wajah tampan yang bisa menggoda iman.

Setelah merasa semua sudah bersih, shower pun diambil. Dia harus segera menyelesaikan pelajaran pertamanya dengan si guru galak yaitu bos anehnya itu. Aleandra sudah tidak canggung, dia bahkan mengeringkan area itu dengan handuk tanpa canggung walaupun dia bisa melihat ekspresi bos anehnya seperti sedang menahan sesuatu.

Mungkin harus dia tarik lain kali, tapi itu jika dia punya nyali. Sebaiknya ide gilanya tidak dia lakukan, itu bisa bahaya.

Aleandra tersenyum dengan manis saat dia sudah selesai membantu Max mengenakan pakaian. Max menatapnya tajam, tidak buruk. Dia hanya ingin mengisengi calon korbannya saja tapi dia tidak menyangka menyenangkan.

"Anda sudah terlihat tampan, Sir," puji Aleandra.

"Tidak perlu memuji, aku bukan orang yang sedang dengan pujian!"

"Maaf jika begitu, ini hari pertamaku bekerja. Aku pasti akan segera terbiasa."

"Bagus, saat aku pergi kau harus membersihkan rumah ini. Ingat, kau tidak boleh menyentuh barang-barang yang tidak boleh kau sentuh. Kau boleh menyentuhnya jika kau sudah tidak sayang dengan kedua tanganmu itu!" ancam Max.

"Pasti, Sir," jawab Aleandra. Dia tahu bosnya tidak suka barang-barang pribadinya di sentuh oleh orang lain, semua sudah tertera di surat kontrak. Sebaiknya dia mempelajari surat kontrak itu lagi agar tidak membuat kesalahan.

Setelah melakukan pekerjaan yang paling menguras tenaga, bagi Aleandra. Dia membawa bosnya untuk sarapan. Kopi yang dia buat sudah dingin tapi dia kembali membuatnya lagi. Aleandra tidak beranjak dari dapur sampai akhirnya Max selesai dan seorang pria masuk ke dalam untuk membawa bosnya pergi ke kantor.

Aleandra membereskan piring kotor, dia tidak melihat jika sesungguhnya bos yang dia layani hanya pura-pura tidak bisa berjalan karena di luar sana Max berjalan sendiri dan masuk ke dalam mobil di mana Jared sudah menunggunya.

"Perintahkan mereka untuk mengawasinya baik-baik," perintah Max.

"Yes, Master," jawab Jared seraya menjalankan mobil untuk membawa bosnya ke kantor.

Max melihat rumahnya sejenak. Buronan sudah dia dapatkan, tinggal bagaimana dia mengeksekusinya nanti. Aleandra benar-benar tidak tahu jika saat ini dia sudah tertangkap oleh Maximus Smith, orang yang berusaha dia hindari beberapa bulan belakangan.

Bab berikutnya