webnovel

"Okaa-san, bangunlah!"

"Apa kau sedang bercanda, Shiina-chan? Aku baru saja bertemu dengan Okaa-san dan ia bilang jika imouto-chan sudah lahir. Lalu Okaa-san menyuruhku berjanji untuk selalu menjaga imouto-chan. Itu benar-benar nyata, Shiina-chan. Bahkan kau dan Keiko-san ada di sana," kata Kaori dengan sangat yakin. Ia berusaha menjelaskan kepada temannya itu jika ia sedang tidak bermimpi karena apa yang dialaminya terasa begitu nyata.

Lagi-lagi Shiina menyangkal apa yang dikatakan Kaori. Ia masih terus meyakinkan Kaori jika anak itu tak sadarkan diri di tengah jalan. Mendengar ucapan Shiina yang sangat berkeras hati membuat Kaori terdiam sejenak, ia memikirkan apakah yang ia alami tadi itu nyata atau tidak.

Bersamaan dengan itu, tiba-tiba saja Keiko memasuki ruangan ini. Ia terkejut saat melihat Kaori yang sudah terbangun dari ketidaksadarannya. Shiina yang melihat kedatangan sang ibu segera mengadukan apa yang ia bicarakan dengan Kaori tadi. Tentu Keiko terkejut, kemudian ia menjelaskan kepada Kaori jika apa yang dikatakan Shiina benar. Kaori belum bertemu dengan ibunya sejak tiba di rumah sakit.

"Mungkin tadi kau sedang bermimpi saja," ucap Keiko. Kemudian ia pun mengajak Kaori dan Shiina untuk pergi ke suatu tempat. Namun selama perjalanan menuju ke sana, Keiko selalu mengeluarkan air mata. Shiina menyadari hal itu, namun ia tak berani menanyakannya. Sementara Kaori sendiri tak sadar jika Keiko terus menangis.

Setibanya mereka di sebuah ruangan, Keiko meminta Kaori untuk menjadi anak yang tabah dalam menjalani hidup. Tentu ucapan Keiko sangat tak dimengerti oleh Kaori. Ia menanyakan apa yang Keiko maksud dari perkataannya tadi, namun wanita itu hanya tersenyum saja. Kemudian ia dan kedua anak perempuan itu memasuki sebuah ruangan yang di dalamnya terlihat seorang dokter tengah berdiri di samping Ayaka. Ibu dari Kaori itu tengah berbaring di sana sembari memejamkan mata. Terlihat jelas perutnya tak lagi membesar.

"Apa kau anak dari perempuan ini?" tanya dokter itu kepada Kaori. Kaori hanya mengangguk.

Keiko pun menjelaskan jika anak perempuan yang ia bawa merupakan anak pertama dari Ayaka. Dokter menganggukkan kepalanya untuk menanggapi apa yang Keiko katakan. Kemudian, dokter berkata kepada Kaori, "Maafkan saya, Adik Kecil. Nyawa Ayaka-san sudah tak bisa diselamatkan lagi. Ia meninggal saat melahirkan adikmu."

Siapa yang tak terkejut mendengar pernyataan yang dokter katakan? Kaori merasakan hal itu, namun ia masih kecil dan tidak terlalu mengerti dengan maksud dari perkataan dokter. Ia pun menanyakan banyak hal untuk mendapatkan kejelasannya. Namun dokter hanya menundukkan kepala dengan raut wajah sedih. Tangisan Keiko pun semakin jelas terdengar. Apa yang terjadi sekarang membuat Kaori kebingungan.

"Oba-san, apa yang terjadi?" tanyanya kepada Keiko.

Wanita itu menghapus air matanya, kemudian ia berlutut untuk menyamakan tinggi tubuhnya dengan Kaori. Perlahan ia menjawab, "Ayaka-san sudah meninggalkan dunia ini. Dia tidak akan kembali lagi. Kau tidak akan bersamanya, Kaori-chan."

Keiko menjelaskan hal tersebut sembari menangis, lalu ia memeluk anak perempuan di hadapannya. Shiina yang sudah mengerti dengan hal itu juga menangis, berulang kali ia menyeka air matanya yang terjatuh.

"Jadi, Okaa-san tidak akan bersamaku lagi? Okaa-san sudah tidak hidup lagi?" tanya Kaori memastikan. Keiko hanya bisa mengiyakan apa yang Kaori tanyakan. Tak lama, Kaori melepaskan pelukan Keiko. Ia menatap ibunya yang kini tengah berbaring tak bernyawa di sebuah ranjang rumah sakit.

"Saya permisi dulu." Tiba-tiba saja dokter berpamitan kepada Keiko. Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya pelan, kemudian dokter tadi meninggalkan mereka di sana. Namun Kaori tak peduli dengan apa yang dokter katakan barusan. Ia hanya terus menatap sang ibu.

"Okaa-san!" panggil Kaori sembari menggoyang-goyangkan tubuh ibunya dengan air mata yang berlinang.

"Okaa-san, bangunlah! Kumohon, bangun! Aku sangat menyayangimu, aku tak ingin kau pergi. Aku tak mau hidup sendirian," pinta anak itu, ia terus menggoyang-goyangkan tubuh Ayaka yang sudah terbujur kaku di atas ranjang.

Tak lama ia melanjutkan ucapannya, "Aku berjanji akan menjadi anak yang baik dan penurut. Aku tidak akan nakal lagi, aku akan selalu menuruti apa yang Okaa-san katakan. Aku tak akan pernah melawanmu lagi. Kumohon untuk bangun, Okaa-san!"

Keiko yang mendengar hal itu segera memeluk Kaori, Shiina pun melakukan hal yang sama. Kedua orang itu berusaha menenangkan Kaori dengan memeluknya. Walaupun apa yang mereka lakukan belum tentu bisa membuat kesedihan Kaori berkurang.

"Sudahlah, Kaori-chan. Kau harus relakan kepergiannya. Biarkanlah dia tenang di alam sana. Kau tak usah menangis lagi," ucap Keiko. Kaori sudah tak dapat berbicara apa-apa lagi. Kematian ibunya benar-benar membuatnya sedih dan tersiksa. Bagaimana tidak? Sudah beberapa bulan ini ia ditinggalkan oleh ayahnya dan sekarang, ia harus kehilangan ibunya. Hidupnya begitu kasihan, namun tidak ada yang bisa ia lakukan karena ia sangat bingung. Apa yang harus ia lakukan? Dengan siapa nanti ia tinggal? Bagaimana cara mengurus adiknya yang masih sangat kecil itu? Ketiga pertanyaan itu pun berputar-putar di pikiran Kaori. Ia masih cukup kecil untuk mengurusi adik bayinya, lagipula ia sangat tidak paham bagaimana mengurus bayi dengan benar.

Keiko dan Shiina melepaskan pelukan mereka terhadap Kaori, kemudian Keiko meminta Kaori untuk menghadap ke arahnya. Anak itu menuruti apa yang Keiko perintahkan. Keiko memberitahu anak itu jika ia dan keluarganya akan menerima kehadiran Kaori dan adiknya nanti. Ia tahu betul bagaimana kehidupan Kaori dan Ayaka ketika Haru, ayah Kaori, meninggalkan mereka dalam beberapa bulan terakhir. Kini ia juga paham akan perasaan sedih Kaori. Ia sudah tak memiliki orang tua, tentu sebagai sanak saudara, ia tak akan tega membiarkan Kaori dan adiknya berada di panti asuhan. Lagipula ia tak mau hal itu terjadi.

Mendengar apa yang Keiko katakan membuat Kaori menganggukkan kepala. Mau tidak mau, ia harus tinggal bersama Keiko karena memang ia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi selain adik kecilnya yang baru saja terlahir. Keiko tersenyum senang saat melihat Kaori menyetujui ajakannya. Begitupun dengan Shiina, ia sangat senang karena setiap hari bisa bermain dengan Kaori.

Hari ini Keiko harus mulai mengurusi tentang pemakaman Ayaka, namun sebelum itu, ia perlu memberitahukan kabar duka ini kepada kerabat ataupun teman yang telah mengenal Ayaka. Tak lupa juga Keiko memberitahukan pihak tempat Ayaka bekerja jika pegawainya telah meninggal dunia. Kemudian ia dengan dibantu suaminya mengurusi segala hal lain mengenai pemakaman Ayaka yang harus segera dilakukan. Sementara Kaori dan Shiina sengaja ditinggalkan di rumah nenek Shiina yang rumahnya cukup jauh dari rumah Keiko. Di sana, Shiina berusaha membuat Kaori tersenyum dengan bermain dan menghabiskan waktu bersama-sama. Namun tidak butuh waktu lama, suami Keiko menjemput mereka berdua untuk segera melaksanakan upacara pemakaman.

***

Bersambung...

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Please, jangan lupa collect & comment. Karena collect & comment anda semua berarti untuk saya.

Bab berikutnya