Camelia sedikit terkejut dengan orang yang ada di depannya, dia tidak mengira bisa bertemu dengannya di Cina. Dia tidak tahu jika orang itu berada di sini dan di depannya, sehingga dia tidak bisa berkata-kata lagi karena dirinya tidak mengira akan bertemu.
"Mengapa kau diam saja? Apakah kau begitu merindukan aku?" tanya orang itu sembari menatap Camelia.
"Hentikan itu Danastri. Kapan kamu tiba di sini?" Camelia kembali bertanya kepada Danastri yang ada di depannya.
"Apa kau tidak ingin mempersilakan aku untuk duduk?" Danastri kembali bertanya kepada Camelia.
Camelia tersenyum dan dia pun akhirnya menarik Danastri untuk duduk di meja kosong dan dia pun membuatkan minuman untuk sang sahabat. Dia duduk di depan sang sahabat dan mulai berbicara tentang semua hal yang terjadi selama mereka tidak bertemu.
"Sepertinya kamu tidak bisa mengubah kebiasaan yang selalu bekerja," Danastri berkata kepada Camelia.
Camelia tersenyum dan dia mengatakan jika dirinya sama sekali tidak bisa hanya diam begitu saja, meski sang ayah selalu memberikan apa yang diinginkan olehnya. Namun, dia tidak ingin menghamburkan uang yang sudah diberikan sang ayah dan terus melakukan apa yang bisa dilakukan olehnya.
"Bagaimana dengan bisnismu? Apakah ibumu sudah sehat?" Camelia bertanya kepada sang sahabat.
"Bisnisku masih berjalan dengan lancar dan kesehatan ibuku juga sudah mulai membaik," jawab Danastri.
Danastri menghela napasnya dan dia ingin menceritakan tentang semua hal yang terjadi padanya tetapi dia mengurungkan niatnya karena dia tidak ingin menambahkan masalah kepada Camelia. Dia teringat juga dengan neneknya Camelia yang baru beberapa hari ini bertemu dengannya.
"Ada apa? Apakah sudah terjadi sesuatu hal buruk?" tanya Camelia setelah dia melihat sang sahabat menghela napasnya dan menetap ke arahnya.
"Tidak ada apa-apa," jawab Danastri sembari terus menatap Camelia dan tidak begitu lama dia kembali berbicara untuk mengalihkan perhatian sang sahabat kepadanya.
Camelia tahu jika saat ini sang sahabat sedang menyembunyikan sesuatu tetapi Danastri tidak ingin mengatakan apa yang sedang terjadi kepadanya. Dia juga tidak akan memaksakan kehendaknya agar sang sahabat mengatakan semua kepadanya karena dia berpikir mungkin semua hal yang sedang dipikirkan terlalu pribadi.
"Sampai kapan kamu akan berada di sini?" Camelia kembali bertanya kepada Danastri.
"Mungkin lusa aku akan kembali ke Jakarta karena urusanku sudah selesai," jawab Danastri.
Danastri pun mengatakan jika dirinya ke Cina hanya untuk melakukan perjalanan bisnis untuk membantu sang ayah untuk mengurus beberapa hal perusahaan. Dia juga mengatakan mungkin dirinya tidak bisa bertemu kembali dengan Camelia setelah ini karena dia akan terlalu sibuk mulai besok hingga kepulangannya ke Jakarta.
Camelia mendengarkan apa yang dikatakan oleh Danastri dan dia tidak merasa kecewa dengan apa yang dikatakannya. Dia paham dengan betul jika sang sahabat sangat sibuk dengan pekerjaannya dan dia berharap jika sang sahabat selalu dalam keadaan baik-baik saja.
"Sudah waktunya aku pergi dan aku harap kita bisa kembali bertemu dan menghabiskan waktu berdua seperti dulu," Danastri berkata kepada Camelia sembari tersenyum dan dia pun beranjak lalu berjalan meninggalkan Camelia.
Camelia merasa ada yang aneh dengan perkataan Danastri dan dia merasa jika sang sahabat sedang mengalami masalah yang berat. Sebenarnya dia ingin membantu Danastri untuk meringankan masalah yang sedang dihadapinya tetapi sang sahabat sama sekali tidak mengatakan apa yang sedang terjadi.
"Aku harap kamu baik-baik saja dan masalah yang sedang kamu hadapi bisa selesai," gumam Camelia lalu dia merapikan mejanya.
Jam kerjanya sudah selesai dan dia pun berpamitan dengan ibunya Shuang Er, dia pun langsung menuju apartemennya. Dia menghentikan langkahnya sejenak tepat di depan pintu masuk apartemennya, Camelia menekan beberapa angka lalu pintu apartemen pun terbuka.
Dia langsung menyalakan lampu apartemennya setelah berada di dalam, dia terkejut dengan apa tang dilihatnya hingga tasnya terjatuh. Camelia melihat seseorang ada di dalam apartemennya dan dia paham bagaimana orang itu bisa masuk dengan mudah ke dalam apartemennya.
"Mengapa kamu begitu ceroboh dengan menggunakan kode pintu yang sangat mudah ditebak," ucap orang itu dengan nada santai.
"Dari mana kamu tahu kode sandi apartemenku?" tanya Camelia dengan nada selidik.