webnovel

13. Sosok Arwah Penunggu, Rumini

Aku dan teman-teman yang lainnya mencoba untuk menenangkan kondisi Fajar yang sudah kerasukan makhluk-makhluk tidak kasat mata ini. Aku dari awal awal sudah merasakan dan tidak wajar pada pendakian ini merasakan banyak sekali makhluk tidak kasat mata yang sedang mengawasi kita saat ini.

Aku coba melihat sekeliling ku, ternyata disaat itu tubuh Fajar sudah kaku dalam keadaan mulai kesurupan, aku melihat beberapa sosok yang ada di balik pohon-pohon besar bahkan, ada yang berada di atas pohon tampak sangat berterbangan melempar senyum kepada kami semua yang ada disitu sedang menolong Fajar.

Dengan apa yang terjadi pada ada kami saat ini, kenapa mereka mulai menampakan wujud mereka di saat kami sudah berada di pos 3 ini, apa yang telah aku dan teman-teman lakukan hingga mereka mulai menahan kami dan merasuki tubuh Fajar ini.

Di sisi yang lainnya, aku juga nampak beberapa hewan yang aku temui tadi saat berada di perjalanan seperti monyet besar yang tadi dilempar botol tadi oleh teman-teman waktu berada di pohon besar yang ada di bawah tadi, dia duduk pada dahan pohon yang cukup besar sambil mengamati kami.

Di sisi pohon yang lainnya pada pohon yang cukup besar dengan akar-akar yang bergelantungan akan tampak melihat seolah seperti burung hantu dan burung gagak yang hinggap pada dahan pohon tersebut, hewan-hewan itu seolah sedang mengamati apa yang terjadi pada kami semua ini.

Teman-teman yang lain pun mulai merasakan panik, dengan kondisi Fajar yang tetap dalam keadaan mata sudah terbalik dengan penuh warna putih dengan tubuh yang kaku bergetar ini dia sambil tertawa seperti perempuan yang Fajar temui tadi merasukinya.

Aku mencoba untuk menetralisir apa sedang sedang terjadi pada Fajar, dan melindungi teman temanku agar tidak ikut terbawa suasana mencekam dan mistis.

Aku mencoba untuk ber interaksi menanyakan apa yang sedang terjadi dengan Fajar dan alasan apa dia merasuki tubuh temanku ini kepada sesosok makhluk halus yang telah merasuki tubuh Fajar hari ini.

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh." salamku kepada sesosok yang ada dalam tubuh Fajar.

Karena aku beragama muslim, jadi aku mencoba mengucap salam dan permisi menurut agama ku.

"Waalaikumsalam." ucap sesosok yang telah merasuki Fajar sambil tertawa yang cukup nyaring.

"Permisi, dengan siapa apa saya sedang berinteraksi ini ?" tanyaku padanya.

"Namaku Rumini." ucap dia dengan singkat.

"Mohon maaf, dengan alasan apa anda ada masuk ke dalam tubuh teman saya ini?". tanyaku kepada Rumini.

"Aku hanya mengenal kalian saja." jawab dia kepadaku.

"Kalau hanya dengan alasan ingin mengenal kami, kenapa anda merasuki tubuh teman saya begitu saja saat teman saya ini sedang melamun ketakutan melihat perempuan berbaju putih?" jawab ku.

"Aku bukan saja ingin mengenal kalian saja, tetapi aku dan kepada kalian semua wahai anak muda." jawabnya atas pertanyaanku.

"Mengingatkan apa wahai Rumini?" jawabku.

"Temanmu ini tadi telah melanggar sesuatu di gunung ini, karena dia telah membuang air kecil sembarangan di tempat di mana di tempat sumber mata air tadi, yang sudah lama aku menunggunya, yang dia lihat tadi adalah aku." jawabnya sambil terus tertawa seolah dia telah menguasai sepenuhnya tubuh Fajar ini.

"Kenapa harus masuk ke dalam tubuh teman kami ini untuk mengingatkan kami?" jawab ku kepadanya.

"Niatku baik anak-anak muda, kalau saja aku menampakan diri langsung di depan kalian aku yakin saja kalian akan lari tunggang langgang dan salah satu dari kalian bisa saja tersesat di dalam gunung ini." Ucapnya kepadaku.

"Apa yang terjadi kepada anda, sampai anda bisa menjadi sosok yang seperti ini sosok yang digambarkan Fajar kepadaku?" Ucapku.

Tapi selain teman-temanku membantuku untuk memegangi Fajar yang tubuhnya mulai kejang bereaksi kaku di kuasai sepenuhnya oleh Rumini.

Memang Fajar ini anaknya pemberani sudah dari awal aku meningatkan nya untuk selalu berhati-hati, tidak melanggar pantangan-pantangan yang ada di sini tapi tetap saja ternyata dia tidak mendengarkan ucapanku ini di tempat yang dihuni oleh Rumini.

Tangannya pun mulai mencakar-cakar tubuh dari Mas Ryan dan Mas Simon yang memegangi tangan sebelah kanan dan kirinya, dia mulai mencengkram dengan erat sambil tertawa melengking seolah dia sedang berbahagia melihat kami yang mengkhawatirkan nya.

Tubuh Mas Ryan dan Mas Simon penuh dengan luka bekas cakaran Fajar.

Dengan reaksi tubuh yang berubah-ubah yang awalnya terbahak-bahak melengking ubah-ubah kadang menangis, kadang hanya diam saja.

Rumini ini adalah sesosok perempuan yang tadi digambarkan oleh Fajar yang memiliki wajah dalam keadaan hancur pantas saja raut wajah Fajar berubah-ubah.

"Dengan aku masuk ke dalam tubuh teman kalian ini, aku bisa mengingatkan kalian untuk tetap harus sopan santun dimanapun kalian berada dan menjaga kelestarian yang ada di alam sekitar sini." ucapnya kepada aku.

"Terima kasih Rumini, sudah mengingatkan aku dengan teman-teman ku untuk selalu menjaga alam sekitar ini." balasanku kepada Rumini.

"Ingat anak muda, di sini bukan hanya kalian saja yang hidup untuk mendaki di sini mencari kebahagiaan atas capaian kalian bisa sampai di puncak".

"Tetapi disini ada aku dan teman-temanku yang lain yang saat ini tengah mengawasi sepanjang langkah kaki kalian menuju puncak, itu juga hewan-hewan yang lain yang ada di sekitar sini bisa saja menyerang kalian saat kalian keributan atau memancing kemarahan mereka." Ucapnya ini kepadaku.

"Terima kasih Rumini, sekarang kamu bisa keluar dari tubuh temanku ini kasihan dia sudah cukup lelah berjalan sampai sekarang ini ada keluarganya yang menunggu dirumah untuk pulang." ucapku kepada Rumini.

Ternyata dia hanya membalas ucapanku dengan tertawa, sambil mengucap tidak mau keluar dia ingin membawa tubuh anak ini pergi menemaninya.

"Aku ingin membawa ruh dan tubuh anak ini untuk menemaniku wahai anak muda." Ucap Rumini padaku.

Setelah Rumini mengucapkan kata-kata itu melalui perantara tubuh Fajar ini, langsung saja reaksi tubuh Fajar seolah bertambah tenaga dia ingin melepaskan dari pegangan dari kami, dia ingin sekali berlari menuju kearah hutan yang tepat berada di sana adalah tepi jurang yang sangat dalam.

Kami pun berusaha sekuat tenaga untuk menahan agar tubuh Fajar tidak bisa berdiri lepas dari depan tenda kami.

Tubuh Fajar terus saja memberontak seolah ingin melepaskan ingin merasakan kebebasan dia meronta ronta berteriak ingin melepaskan diri dari kami dan berlari ke arah utara tempat jurang berada.

Teman-teman yang lain pun tidak mau kecolongan hingga terlepas tubuh Fajar. Kami terus memegangnya sampai dia tidak bisa bergerak, tapi tetap saja kami dengan jumlah lebih banyak dan tenaga cukup lelah dengan itu kami mengeluarkan semua tali untuk mengikat kaki dan tangan kaki Fajar agar tidak bergerak.

Dia terus meronta-ronta sambil berteriak meminta untuk dilepaskan. Aku yang mempunyai sedikit keistimewaan bisa berkomunikasi dengan makhluk tidak terlihat ini ingin berbicara dengannya agar ruh dan tubuh Fajar tidak dibawanya ke dunia lain.

"Tolong tenang Rumini, apa yang kamu inginkan." ucapku padanya.

"Aku menginginkan tubuh temanmu ini, aku ingin dia untuk aku bawa ke alam duniaku." Ucap Rumini padaku.

Bab berikutnya