Selepas kesadarannya kembali, dia lekas pergi meninggalkanmu sendirian. Wajah yang sebelumnya tertutupi senyum di antara labium, seketika kembali datar selepas kepergiannya. Entah terlalu pandai menyembunyikan perasaan, atau memang sudah tak bisa lagi merasa.
Manik hitammu kembali ke angkasa, membiarkan kehampaan itu terus mengudara. Entah apa yang sebenarnya ada di dalam kepala, tetapi kamu sama sekali tidak memberikan ekspresi apa pun. Lama kamu menatap langit biru di ujung cakrawala, sebelum akhir berganti dengan senja yang kian lama kian menghitam.
Entah sudah berapa lama kamu berada di atas sana, yang jelas waktu tak pernah bisa mengalahkan rasa. Tanpa kembali ke kelas untuk mengambil tas, kamu pulang dengan hanya berselimutkan almamater kehitaman. Tak lupa sebatang kretek di keluarkan dari saku, dihisap perlahan sembari terus berjalan dalam ketenangan.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com