webnovel

PEMBAGIAN WILAYAH

"... pembagian wilayah kekuasaan," ucap Mister Adam kepada semuanya. Tentu hal tersebut mengejutkan, sebab selama ini pembagian wilayah sudah sangat jelas.

"Apa maksud Anda? Bukankah selama ini kita sudah bersepakat dalam pembagian wilayah kekuasaan?" cepat-cepat Mister Lee menyangkalnya. "Wilayah barat adalah milik Anda, wilayah timur milik saya, wilayah utara kepunyaan Miss Selena dan wilayah selatan adalah milik Mister Capone. Lalu kenapa sekarang Anda ingin membahasnya lagi, Mister Adam?"

Mister Adam tersenyum kecut. "Oh, akulah seharusnya yang bertanya kepadamu, Mister Lee. Kenapa beberapa hari lalu anak buahmu berani menyerang wilayahku? Bukankah itu penghinaan, dan melanggar perjanjian yang sudah kita sepakati?" ucapnya tegas.

Mister Lee berdiri. "Apa maksud Anda? Aku telah menjaga kesepakatan wilayah ini dengan baik. Sehingga tidak mungkin ada anak buahku yang menyerang wilayah barat milikmu."

"Aku punya buktinya!" Mister Capone menyela, dan langsung berdiri. Pria itu merogoh sakunya dan membanting 3 lembar foto ke atas meja. "Ini buktinya! Kemarin, anak buahku sendiri yang berhasil mengambil gambar-gambar ini. Lihatlah, 5 orang anak buah Mister Adam telah tewas tertembak di sebuah club malam. Padahal itu berada di wilayah barat. Dan para saksi mata mengatakan, bahwa penyerangan ini dilakukan oleh pria-pria dari Asia. Siapa lagi kalau bukan anak buahmu, Mister Lee?" Mister Capone berusaha memojokkan.

Mister Lee, yang merasa ditekan menjadi gerah. Ia menahan urat marah yang muncul di keningnya. "Apa-apaan ini? Bukti foto saja tidak cukup untuk menghakimiku. Bagaimanapun ini hanyalah foto 5 orang yang tertembak mati, dan tidak ada foto wajah pelakunya. Bisa saja kan, kalian memang sengaja ingin membuat makar mengenai kejadian ini, menjadikanku sebagai kambing hitamnya."

"Oh, jadi kau menuduh kami?" Mister Capone menggebrak meja. Situasi jadi memanas.

Miss Selena tidak mau ikut campur. Ia hanya melirik, selagi sibuk membersihkan kuku cantiknya.

Mister Lee menghela napas. "Baik. Begini saja, Tuan-Tuan. Jika Anda memang punya bukti nama-nama pelakunya, maka datangkan saja padaku. Dan jika seandainya memang benar anak buahkulah pelakunya, maka aku sendiri yang akan menghukumnya. Akan kupenggal anak buahku, dan mengirim kepalanya langsung ke alamat Anda. Semua demi sumpahku atas kesetiaan dengan perjanjian yang sudah kita sepakati." Mister Lee membenarkan jasnya, kemudian kembali duduk.

Pria asia itu berusaha meredam amarah, mengambil napas dengan teratur.

"Baiklah. Itu Cukup adil," Mister Capone ikut duduk, kembali menikmati cerutunya. "Bagaimana pendapatmu, Mister Adam?" tanyanya kemudian, setelah membuang asap ke udara.

Mister Adam juga sepakat. Ya. Untuk saat ini kami akan mengumpulkan buktinya dulu," timpalnya pendek.

Kemudian situasi panas di dalam ruangan perlahan mereda.

Mereka kemudian lanjut berbicara mengenai bisnis, isu politik, serta wilayah kekuasaan masing-masing kelompok. Hampir saja kesepakatan di antara mereka bubar, sebab kejadian penyerangan anak buah Mister Adam telah melukai perjjanjian. Sebagai mafioso, para mafia harus bisa dipegang sumpah ucapannya. Jika sampai melanggar, mereka akan dihukum dengan cara yang paling mengerikan.

Tepat satu jam berlalu, dan pertemuan rahasia itu telah selesai. Sebagai tuan rumah, Mister Adam mengucapkan salam penutup. "Aku sangat menghargai kedatangan kalian. Padahal aku tahu, kalian pasti sangat sibuk. Jadi, cukup sekian. Dan seperti urutannya, bahwa tahun depan pertemuan kita akan diadakan di wilayah utara. Bukankah begitu Miss Selena?" Mister Adam menoleh kepada perempuan cantik itu.

"Ya, tentu saja. Aku tidak sabar ingin menyambut kedatangan kalian ke wilayahku," ucapnya sepele.

BLANG!!

Pintu besi tiba-tiba terbuka. Disusul 2 gadis pelayan gereja membawa obor muncul setelahnya.

"Silakan, Tuan, Nyonya, anak buah Anda sekalian sudah siap menjemput di depan gereja," ucap keduanya bersamaan.

Miss Selena yang pertama kali keluar dari ruangan, lalu disusul berikutnya oleh Mister Lee.

Sedangkan Mister Capone masih duduk kursinya, dan ia pun berbisik sebentar kepada Mister Adam. "Sebenarnya aku tahu, kau sudah lama ingin mengincarnya, kan? Aku pun juga sama, Mister Adam. Jadi aku rasa apa salahnya jika kita bekerjasama untuk membunuh pria Asia itu? Lalu nanti, kita akan membagi wilayah timur menjadi 2 bagian. Bukankah itu menyenangkan?"

Mister Adam tersenyum, mengangguk-angguk.

****

Sementara di tempat lain, Casanova telah sampai di rumah Ibu Merry. Ia lekas memasukkan kembali mobil klasik itu ke dalam garasi.

"Kemari sebentar, Casanova. Ada yang ingin kutunjukkan padamu," ucap Ibu Merry mengajak pemuda itu masuk ke dalam rumahnya.

"Baik, Ibu Merry." Casanova setuju, dan segera keduanya naik ke lantai dua, menuju kamar Ibu Merry.

Di dalam kamar, Ibu Merry membuka lemari pakaiannya. Di sebelah kanan bertumpuk pakaian wanita, sedangkan di sebelah kiri ada baju-baju pria yang tergantung. Wanita paruh baya itu tersenyum, "Lihat, ini adalah baju-baju suamiku. Sudah lama tidak terpakai. Tadinya, aku ingin membakar semuanya. Tapi sekarang aku rasa kau lebih membutuhkannya, Anak Muda."

Casanova mendekat, dan mulai mengambil baju-baju tergantung di lemari itu. Ia mengeluarkannya, secepat bibirnya tersenyum. "Tapi, baju-baju ini masih sangat bagus, Ibu Merry."

"Tentu, suamiku sangat perhatian dengan barang-barangnya. Ia menggosok bajunya sendiri, dan menggantung semuanya dengan rapi. Cobalah! Aku rasa kalian punya ukuran baju yang hampir sama."

Tak menunggu disuruh dua kali, Casanova segera mencobai baju-baju tersebut. Semuanya adalah barang-barang mahal, berbahan tebal dan tidak sembarangan. Jaket kulit, celana panjang, setelan jas rapi, bahkan ada juga baju seragam prajurit yang masih lengkap dengan lencana di pundaknya. Ketika sedang mencoba semuanya, Ibu Merry diam-diam memandangi dari belakang.

"Apa kau suka?"

"Ya. Ini luar biasa," pemuda itu menoleh sebentar, kemudian menghadap kembali ke arah cermin.

Ibu Merry tersenyum senang, lalu berjalan mendekati pintu kamar dan segera menguncinya.

"Syukurlah kalau kau suka. Dan aku rasa, mulai sekarang kau harus sedikit menggemukkan badan, agar baju-baju itu bisa lebih pas terpakai di tubuhmu."

Casanova mengangguk. Matanya masih lurus menatap cermin mengagumi penampilannya.

"Casanova..."

"Ya?"

"Maukah kau bercinta?"

Pemuda itu membalikkan badan. Menatap Ibu Merry dengan tajam. "Oh, tentu saja, Ibu Merry. Memang kebetulan sekali. Sejujurnya pun, aku sedang ingin berkata demikian kepadamu, mengajakmu bercinta siang ini. Tapi aku malu mengatakannya, dan juga aku takut jika kau sampai menolak ajakanku," ucap Casanova yang sebenarnya hanyalah dusta.

Pemuda itu hanya tidak ingin membuat Ibu Merry merasa murahan, sebab tentu tidak mudah, seorang wanita sampai berani mengajak seorang pria untuk bercinta. Maka demi menjaga harga diri Ibu Merry, Casanova merasa perlu berdusta seperti itu.

Demikianlah. Ibu Merry lekas melucuti pakaiannya, secepat Casanova yang mendekat dan mulai menciumi bibir wanita tua itu.

Ugh!

Agh!

Sehingga percintaan siang ini dimulai. Di atas ranjang yang besar itu, Casanova mencumbui Ibu Merry hingga desahan kenikmatannya memekik terdengar sampai luar.

Di saat bersamaan, Mora Valenci yang baru pulang dari pasar merasa heran. Sebab ia mendapati mobil ibunya yang sudah terparkir di garasi, tapi dimana orangnya?

Gadis itu segera mencari ibunya di dapur, tapi tidak ada. Di halaman belakang, di taman depan, juga tidak ketemu.

"Kemana perginya ibu? Apa mungkin ia pergi lagi?" Mora sebenarnya hanya ingin bertanya, ibunya mau dimasakkan apa hari ini?

Tapi karena tak dapat menemukan ibunya, Mora lekas pergi ke lantai dua menuju kamarnya. Tapi langkah kaki gadis itu berhenti ketika mendapati suara mencurigakan dari dalam kamar ibunya yang pintunya tertutup rapat.

Ugh!

Ahh!

Spontan Mora langsung mengerutkan dahi.

"Ibu..?"

Gadis itu mulai mendekati lubang kunci untuk mengintipnya.

Bab berikutnya