webnovel

Chapter 58 Lead The Way

Kita mulai di lantai 26 di gedung itu. Uminoke masih mengikuti Line menaiki tangga, dan sekarang dia benar benar bernapas lelah.

"Hah.... Hah.... Hah... Line... Aku mohon.... Ini melelahkan...." ia berhenti dan duduk di salah satu anak tangga di sana.

Lalu Line berhenti berjalan di anak tangga yang agak jauh di atas, ia kembali turun dan mendekat ke Uminoke. "Bertahanlah sebentar lagi, kita sudah ada di lantai 23, hanya tinggal sebentar lagi untuk sampai di lantai 26," kata Line. Ia mengatakan nya dengan menatap mata Uminoke dengan dalam membuat Uminoke tersenyum ingin ketawa, lalu ia mengangguk.

"Bagus, pegang tangan ku, jangan sampai jatuh," kata Line, ia mengulur tangan dan Uminoke menerimanya.

Mereka kembali berjalan dan hingga akhirnya sampai di lantai 26.

"Fuh..... Bisa aku dapatkan minuman," Uminoke menatap.

Lalu Line membuka tas ransel yang ia bawa dan memberikan sebotol air mineral, mereka sudah jaga jaga tadi.

"Menurutmu lantai ini untuk apa?" Line melihat sekitar, di lorong lantai 26 itu benar benar gelap dan hanya sinar matahari yang masuk ke sela sela jendela di sana.

"Tunggu Line... Ini seperti dapur," Uminoke melihat sisi lain, di sana memang seperti ruangan, di lantai 26 itu ada 4 ruangan. Di beberapa ruangan itu tertutup semua.

"Baiklah, kita mulai dari dapur ini," Line membuka pintunya, di sana sunyi, hanya panci panci besar dan dapur yang berantakan. Mereka berdua masuk perlahaan. Uminoke berjalan di sisi lain dapur itu, Line terdiam ketika melihat satu ruangan dengan zombie zombie yang memakan teman nya di sana, ruangan itu harus di tutup dan Uminoke yang hanya ada di sana. Uminoke menatap Line dengan bingung, lalu Line mengisyaratkan pada Uminoke untuk menutup pintu di samping nya itu.

Lalu Uminoke mengangguk dan langsung menutup nya, tapi suaranya membuat zombie zombie yang berjumlah dua zombie itu berdiri dari makan mereka dan mendobrak pintu itu membuat pintu itu terbuka.

"Ah!" Uminoke terkejut melihat itu, mereka juga akan menyerang Uminoke karena yang paling dekat. Tapi dua pisau langsung menembus kepala mereka membuat mereka terdiam dan tumbang mati begitu saja membuat Uminoke menghela napas panjang. Rupanya Line yang melempar nya.

"Ambil pisau itu, di sini tidak ada makanan tersisa sama sekali," Line akan menyalakan kompor di sana tapi tak menyala, ia lalu berdiri dengan kecewa dan melihat Uminoke mencabut pisau pisau itu, Uminoke meletakan nya di wastafel dan mencucinya.

"Kau tidak perlu mencucinya, itu juga akan kotor lagi," kata Line sambil membuka rak rak di sana.

"Paling tidak, ini bisa bersih ketika yang menyerang memegang nya," balas Uminoke.

Dan di saat itu juga, ketika Line membuka rak terakhir, ia terdiam dan tersenyum kecil. "Uminoke," panggilnya membuat Uminoke menoleh.

Uminoke juga melihat yang Line lihat di rak itu. Yakni makanan kaleng, sup, daging dan kacang. Itu cukup untuk mengganjal perut.

"Yeah, itu yang hanya kita temukan."

"Ini tidak apa apa, aku akan membawanya. Jadi total ada 12 kaleng aku bawa," kata Line memasukan kaleng kaleng itu di tas nya.

Tapi ia terdiam ketika melihat ada dua pisau besar di sana. Pisau itu berbeda dari yang lain, ada dua pisau besar dan panjang, jika di ukur menggunakan pedang nya, mungkin bisa setengah lebih ukuran panjang dari pedang nya. Ia tertarik dan mengambilnya.

"Bagaimana menurutmu jika aku menggunakan dua pedang ini," Line menatap, ia sudah memegang dua pisau itu di kedua tangan nya.

"Apakah kamu bisa melakukan nya?"

"Tentu, kamu akan terkesan."

"Baiklah, ayo pergi dari ruangan ini, masih ada 3 ruangan di lantai ini," tatap Uminoke memberikan pisau yang sudah bersih itu, lalu Line mengangguk dan mereka keluar dari ruangan itu.

"Tunggu Line, apa kita tidak membuang mayat nya ke luar?" Uminoke menatap.

"Kita lakukan nanti, kita tetap harus membunuh yang lain nya," kata Line. Ia lalu menempelkan telinga nya di satu ruangan di sana.

"Yeah, mereka ada di sini semua..." kata Line, ia mundur dan mengetuk etuk pintu itu dengan dua pisau yang ia bawah. "Uminoke, bawa tas ku," tatap Line. Lalu Uminoke mengambil tas ransel yang ada di bahu Line, ia mundur perlahan dengan memeluk tas itu.

Line mendobrak pintu itu dengan kakinya dan seketika ada beberapa zombie yang keluar dari sana dan dengan cepat, Line mengayunkan pisau nya itu dan memenggal kepala mereka satu persatu membuat salah satu kepala itu ber gelinding di bawah Uminoke yang menutup mulutnya ketakutan.

Line masuk ke sana setelah menghabisi mereka, ia melihat bahwa itu adalah ruangan istirahat, ada kasur ranjang dan di salah satu ranjang itu ada satu zombie busuk yang sudah dimakan belatung, Line melihat sekitar dan masuk ke sana memastikan tak ada apa apa. Lalu Uminoke ikut masuk ke sana.

Tapi Line mengulur tangan membuat Uminoke berhenti, uluran tangan nya menandakan jangan jalan dulu. Rupanya di depan, ada zombie yang berjalan begitu aneh, berjalan dan tidak sadar ada mereka, berjalan menjauhi mereka tepatnya.

Line menunjuk zombie itu masuk ke ruangan tempat dimana ada banyak mesin cuci. Ia mengisyaratkan pada Uminoke.

"Dengar, aku ingin mengajarkan mu sesuatu, aku akan mengikat zombie itu dengan kain, ketika aku mendorong masuk ke dalam mesin cuci, kau harus tutup pintu mesin cuci nya," kata Line dengan nada yang pelan. Lalu Uminoke mengangguk cepat.

Mereka perlahan masuk ke ruangan itu dan Line mengambil kain putih yang ada di keranjang cucian. Ia dengan pelan pelan, bahkan zombie itu hanya menggeleng gelengkan kepala membuat waspada jika dia menoleh ke belakang.

Line dengan cepat mengibatkan kain putih itu ke tubuh zombie itu yang mulai meronta karena dia sudah tahu dan mencoba melepaskan diri. Uminoke juga buru buru membuka pintu mesin cuci di samping itu dan dengan cepat, Line memasukan zombie itu hingga semua masuk dan Uminoke kembali menutupnya.

Tampak zombie itu mendobrak dobrak kaca mesin cuci itu tapi mau bagaimana lagi, mesin cuci itu telah terkunci dan tidak bisa di buka dari dalam.

"Hei.... Kenapa ada mesin cuci di sini?" Uminoke mulai bingung.

"Entahlah, mungkin tempat ini seperti tempat pemeriksaan, di depan pintu dapur, ruangan ini ada banyak peralatan pemeriksaan dan siapa tahu saja kita dapat sesuatu," Line berjalan ke sekitar, ia menemukan kemeja putih yang berbentuk untuk wanita. "Uminoke, lihat.... Bisa kau pakai ini setelah kita menikah nanti?" tatap Line. Seketika Uminoke berwajah merah.

"Apa yang kamu katakan bodoh... Jangan bahas itu sekarang!" ia benar benar sangat merah.

"Haha baiklah, ayo kita lanjutkan saja," Line berjalan duluan. Sisa dua ruangan di sana. Line melihat ada tulisan. "Ruangan makan."

"Oh, jadi tempat ini nanti terlihat seperti di susun layaknya restoran?" Uminoke menatap.

"Yeah, itu mungkin," balas Line. Ia lalu menyalakan senter yang ia temukan di ruangan kedua tadi.

Ia membuka pintu melihat bersama Uminoke. Banyak yang berserakan, kursi, meja dan sisa makanan tapi tak ada orang maupun zombie. Mereka semakin masuk dan Line menyenteri dua orang zombie yang duduk di meja masing masing, mereka makan makanan di piring seperti orang gila dan tidak menghiraukan senter yang mencolok di mata mereka dari Line.

"Apa yang sedang mereka lakukan?" Uminoke menatap agak jijik.

"Itu mungkin zombie tingkat kosong, mereka melakukan apa yang mereka lakukan semasa hidup dan sekarang pantas mati karena ini bukan kehidupan mereka," Line mengeluarkan pistol dan langsung menembak pada kedua zombie itu.

"Kenapa menggunakan pistol? " tanya Uminoke karena Line biasanya juga memakai pisau.

"Aku hanya malas mengambil kembali pisau ku nantinya," balas nya, lalu mereka berjalan pergi, keluar dari ruangan itu.

"Baiklah, ini ruangan yang terakhir Uminoke," tatap Line.

"Ya...." Uminoke mengangguk.

Line membuka pintu dan mereka terdiam ketika itu rupanya adalah lorong seperti sebuah apartemen.

". . . Sebenarnya.... Gedung apa ini?" mereka terdiam bingung.

"Kita masuk saja satu satu," tatap Uminoke.

Lalu Line sudah melihat satu pintu di sana dan akan membukanya, membukanya dengan perlahan.

Seketika mereka kembali terdiam karena melihat tempat itu seperti kamar yang begitu rapi.

"Oh, beruntung nya.... Ini pasti ruangan istirahat untuk direktur!!" Uminoke langsung senang, seketika dia melompat dan terjun di ranjang empuk itu.

"Uhm..... Sangat nyaman...."

Sementara Line menatap sekitar, dia menutup pintu dan mulai mencari sesuatu di tempat itu.

"Line.... Kenapa tidak istirahat dulu..." Uminoke menatap masih dari ranjang.

"Istirahat lah saja, aku harus mencari barang di sini...." Line menuju ke dapur.

Hal itu membuat Uminoke terdiam dan kembali terbaring. "(Ha.... Kira kira..... Apakah takdir membantu ku dan juga Line.... Aku ragu jika salah satu di antara kami malah membuat ini semakin buruk... Aku tak mau menjadi egois dan aku tak mau Line menjadi pendiam hanya karena dia harus menyimpan kekesalan nya....)" Uminoke berpikir khawatir.

Tapi ia mendengar suara air dari kamar mandi membuat nya menoleh lalu Line keluar dari kamar mandi. "Uminoke, kamu tidak ingin mandi? Di sini ada air," tatapnya.

"Wah benarkah, aku mau!!" Uminoke langsung beranjak tapi ia berhenti dan menatap Line. "Bagaimana dengan mu?"

"Jika masih ada air, aku juga akan mandi, tapi kau harus di utamakan, aku tahu wanita tak suka jika tubuhnya lengket," kata Line.

Lalu Uminoke tersenyum. "Kamu peka sekali, terima kasih," tatapnya, lalu masuk ke kamar mandi.

Line menjadi terdiam dengan senyum kecilnya, tapi perlahan senyum nya turun dan melihat sekitar, tepatnya dia keluar dari ruangan itu, dia kembali lagi ke tempat dimana mayat zombie zombie tadi berada, dia rupanya menarik mayat mayat itu dan membuang nya lewat jendela gedung yang harus ia pecahkan dulu dengan suatu benda yakni kursi karyawan. Tanpa sepengetahuan Uminoke yang mandi karena dia membuang mayat itu dari jendela untuk memberitahu semua rekan yang akan di bawah bahwa di lantai atas saja ada Zombie.

Bab berikutnya