webnovel

Chapter 52 Suga Flashback

Kyoto 7 Desember. Suga Flashback

"(Baiklah, aku tak tau ini mungkin adalah cerita yang sungguh sangat biasa sekali, tapi jika seseorang berharap menjadi aku, maka dia akan merasakan apa yang sedang aku lakukan di kehidupan yang buruk ini. Aku dalam perjalanan ke kantor untuk melakukan penugasan jaga di perusahaan Tuan Besar Rudi. Aku sudah memakai pakaian rapi dan menyambut matahari tanpa hujan itu. Di pagi hari itu memanglah masih tenang, semuanya sudah ramai dan umum seperti biasanya. Tapi... sesuatu membuatku emosi.)"

Tampak Suga dengan jas setelannya berjalan dengan langkah besar, tapi tiba-tiba ada yang memukul wajahnya dari samping, membuat Suga terkejut dan langsung memegang pipinya itu menatap ke samping. Seorang pria sebaya dengan wajah pucatnya. "Sialan... Pergilah dari jalan ku!!" teriak pria itu, membuat Suga masih tak percaya dengan apa yang terjadi.

Ia lalu melepas tangannya dari pipinya sambil melemaskan jarinya, ia mengkretek kepalanya. "Kau yang seharusnya sialan," tatapnya, wajahnya memang agak tidak mampu bertarung, tapi tubuhnya benar-benar siap memukul pria itu.

"Kau ingin bertarung, huh... Kemarilah... Jika berani, pecundang jika kau tidak berani, cepat!!"

"Apa maksudmu? Kau yang membuat masalah duluan, orang gila!!" Suga bahkan langsung melemparkan pukulan keras ke pria itu yang juga langsung tumbang begitu saja, gigi pria itu sampai keluar, membuat Suga terkejut mengipas-ngipas tangannya. "Aw... Aw... Sakit juga."

"Ahhh polisi... Ada yang berkelahi!!" teriak semua orang, seketika Suga terkejut melihat sekitar, semuanya menatapnya memukul pria itu.

"(Astaga... Aku bodoh...)" ia terdiam pasrah.

Hingga polisi datang membawanya bersama pria tadi yang pingsan.

Terpaksa mereka ada di sel tahanan sementara di kantor polisi lantai atas.

Suga berdiri memegang sel itu menatap pada satu pria berseragam polisi di sana.

"Hei, Tuan, aku benar-benar tidak bersalah dalam ini... Kenapa jadi begini?" Suga menatap.

Pria polisi itu sedang merapikan pistolnya, ia lalu menatap ke Suga.

"Aku Luke, bukan 'Tuan.' Kau bersalah atas memukul pria itu," kata polisi itu yang mengaku bernama Luke.

"Apa?! Tapi dia yang mulai dulu dan mengajak ku bertarung, ayolah... Aku sedang ada pekerjaan, Tuan besar pasti sedang menunggu, dan aku akan di pecat jika terlambat," tatap Suga.

"Yeah, aku juga ada pekerjaan, anjingku pasti menunggu," balas Luke.

Tapi tiba-tiba, pria itu bangun, membuat mereka berdua menatapnya, apalagi Suga berada dalam satu sel dengannya.

"Uhuk uhuk... Sialan... Di mana-mana... Banyak sekali... Mereka menggigitku, hampir mengeluarkan banyak organ ku... Aku ingin menghajar semuanya," dia berguman sendiri seperti orang putus asa.

"Apa maksudmu?" Suga menatap.

"Kau tak dengar, dunia ini sebentar lagi hancur, mereka akan memakanmu!!" pria itu berteriak dari duduknya tapi tidak menyerang Suga. Lalu Suga menatap ke Luke.

"Hei, kau dengar sendiri... Lihat itu, dia gila," tatap Suga.

"Aku tak akan mengeluarkan kalian sampai hukum bicara," kata Luke, ia lalu berbalik dan berjalan pergi, membuat Suga kesal meremas sel besi itu hingga sel besi itu agak berbekas genggaman kuatnya.

"Hei, aku beri tahu kau," pria gila itu berbicara membuat Suga menatapnya, pria itu berbicara tanpa menatap ke Suga.

"Dunia ini... Semua sudah berakhir, aku melihat mereka di mana-mana... Di sana dan di sini, mereka menarik bajuku dan menggigitku secara cuma-cuma... Aku yakin manusia akan melakukan itu, jadi aku memukulmu," tambah pria itu membuat Suga terdiam.

"Apa yang terjadi? Apa yang sebenarnya kau bicarakan?" Suga masih menatap bingung.

Tapi tiba-tiba, di antara jendela ruangan itu, terdengar suara bising yang sangat keras, seperti tabrakan dan teriakan orang. Suga terkejut, ia langsung berjalan ke arah sisi jendela, tapi sayangnya, sel itu menutupi jalannya, ia jadi tak bisa melihat apa-apa bahwa di luar, virus sudah terjadi.

"Lihat... Tidak, dengar itu... Aku bisa melihat mereka sudah saling memakan dan berlari," pria itu menatap, sekarang matanya benar-benar seperti keluar dan wajahnya sangat pucat membuat Suga gemetar menatap itu.

Lalu suasana di luar menjadi hening. Selama 1 jam, pria itu juga masih terdiam duduk, ia hanya batuk dan batuk dari tadi. "Aku... Tidak tahu, jika aku akan selamat," kata pria itu.

Tapi Suga mencoba diam, ia lalu mendengar sesuatu dan menoleh ke samping. Seketika wajahnya terdiam kaku, melihat satu pria yang berjalan sempoyongan di sana, berjalan dengan aura zombie.

"Oh tidak, kita terjebak," gumam Suga.

Tapi tiba-tiba saja ada yang menembak kepala zombie itu hingga zombie itu mati.

Suga menoleh dan rupanya itu Luke, polisi tadi, sekarang penampilannya berantakan dengan napas terengah-engah.

"Hei, apa yang terjadi?" Suga menatap.

"Haa... Dia benar, di mana-mana, ada banyak sekali mereka... Zombie-zombie itu, kita benar-benar diserang," kata Luke sambil mengambil kunci sel dan membebaskan Suga yang langsung keluar, Suga menatap pria zombie itu yang sekarang kepalanya terluka karena tembakan tadi.

"Ayo cepat, pergi," kata Luke.

"Tapi, bagaimana dengannya?" Suga menunjuk pria gila tadi.

"Apa kau bercanda, dia tadi bilang beberapa kali bahwa dia digigit dan tak lama lagi, dia juga akan sama seperti mereka," tatap Luke.

Lalu pria gila itu menatap Suga. "Dia benar, tinggalkan saja aku... Maafkan aku sudah memukulmu tadi," kata pria itu. Itu adalah kalimat terakhirnya, membuat Suga terdiam.

"Hei cepatlah!!" Luke sudah menunggu, lalu Suga berjalan mengikutinya pergi.

Mereka ada di lorong gedung polisi itu, tampak ada banyak polisi berserakan terluka sendirian. Di belakang mereka, ada banyak sekali makhluk itu yang akan mengejar mereka.

"Hei, cepatlah!!" Suga menatap. Mereka berlari hingga ke pintu darurat yang terkunci.

"Sial, di mana aku meletakkannya," Luke dengan panik mencari-cari kunci di sakunya, hingga ia menemukannya, tapi karena terlalu panik, kuncinya jatuh. "Akhhh sial!!" ia berteriak kesal hingga berhasil membuka pintu itu, lalu diikuti oleh Suga.

Mereka berlari di lorong itu hingga sampai di lorong yang tak tahu arahnya. Dari sana, mereka sama-sama diserang dan terpojok.

Tapi dengan sigap, Suga menangkap kerah zombie itu dan memukul wajahnya ke satu lorong di sana dan menghabisinya, sementara Luke menembak mereka yang mendekat padanya.

Bahkan ada yang sampai akan menyerangnya tapi Luke menahan dan mengarahkan pistolnya ke mulut zombie itu dan langsung menembaknya.

"Ahk... Sial, mereka benar-benar merepotkan," Luke menatap tubuhnya yang terkena darah.

Ia melihat ke ruangan gelap yang ada Suga tadi. "Hei... Apa kau ada di sana?" Luke mendekat tapi Suga langsung muncul dengan terengah-engah.

"Huf... Ayo pergi," ia melewatinya, tapi di sela-sela ruangan gelap itu, Luke melihat zombie tadi sudah mati babak belur.

Mereka lalu berhasil keluar dari sana. Banyak sekali zombie yang fokus menyerang orang lewat dan berlari bersama kelompok mereka.

"Dunia hancur... Jadi ini cara dunia hancur," tatap Suga.

"Tidak sepenuhnya, mungkin hanya terjadi di kota ini," balas Luke. Lalu ia melihat mobil menyala di sana. Ia langsung ke sana dan melihat di dalam ada orang yang bergerak gila seperti zombie yang tak tahu. Untungnya dia belum memasukkan gigi, kalau sudah memasukkan gigi mobil, dia pasti akan menghancurkan mobil itu.

Luke membuka pintu mobil itu dan langsung menembak zombie itu, ia melepas sabuk pengaman zombie itu.

"Hei, cepatlah!!" Suga sudah melihat ada para zombie yang mendekat ke atas mereka.

"Cepat masuklah," Luke sudah mengeluarkan zombie itu dan langsung duduk di bangku supir, lalu Suga berlari ke arah bangku samping supir.

Zombie-zombie itu mengejar mereka dan Luke menginjak gas terus menerus dengan Suga yang bernapas berat.

"Apa... Apa yang sebenarnya terjadi..." dia benar-benar tampak tak percaya.

"Sepertinya mereka benar-benar menggila di sini... Apakah itu semacam virus..." Luke menatap sekitar sambil masih mengemudi.

"Kenapa kau bisa tahu dunia ini hancur dan yang dikatakan pria gila itu?" tatap Suga.

Luke terdiam dan menghela napas panjang. "Ketika aku keluar satu ruangan kalian, aku berniat mencari makan siang keluar gedung kepolisian, tapi aku mendengar suara kecelakaan, teriakan dan mobil yang saling--Saling bertabrakan. Kupikir itu apa, tapi rupanya di saat itu juga orang-orang mulai menggila," kata Luke.

"(Itu benar-benar mengerikan... Bagaimana ini... Ini sungguh sangat mengerikan...)" Suga tampak panik sendiri.

Tapi tiba-tiba, Luke menabrak zombie itu, membuat mobil mereka akan terpukul dan hampir saja terpental jatuh karena kecepatan tinggi.

"Apa kau bisa mengemudi!!" Suga menatap kesal.

"Kita harus mencari tempat aman," Luke melihat ke sekitar.

Tapi mendadak ada mobil besar di hadapannya, membuatnya terkejut dan langsung membanting stir, membuat mobil itu tertabrak di tempat sampah.

"Akh... Sial..." Mereka bangun melihat mobil sudah rusak karena tabrakan itu, tapi untungnya mereka baik-baik saja karena memakai sabuk pengaman.

"Cepat keluar dari sini," Luke keluar duluan dan mereka terpaksa berlari ke jalanan lurus dengan banyaknya zombie mengejar mereka.

"(Kenapa ini terjadi... Sial...)" Suga tampak masih kesal dengan keadaan, tapi dia mencoba tenang dan menggeleng, terus mengikuti Luke hingga melihat sesuatu di depan mereka.

Itu adalah banyaknya zombie. "Cepat kemari," Luke mengambil jalan lain dan terpaksa mereka masuk sebuah apartemen di sana.

Suga menahan pintu apartemen dan mereka berlari lagi di lorong apartemen.

Luke menargetkan satu pintu dan seketika mendobrak pintu itu dengan bahunya tapi tak bisa.

Dia terus melakukan itu beberapa kali, membuat Suga menghela napas panjang, dia memegang bahu Luke.

"Bukan begitu caranya," tatapnya dengan meremehkan, dia lalu menendang keras pintu itu, seketika pintu itu terbuka dan siapa sangka, di sana ada seorang zombie memakan manusia di ranjang, membuat mereka terkejut.

"Sial... Masuklah ke neraka," Luke menyiapkan pistolnya dan menembaknya hingga mati di ranjang.

Lalu mereka mendengar suara beberapa zombie akan datang melewati lorong mereka.

"Cepat masuk," Luke masuk duluan dan ketika mereka sudah masuk, pintu itu terganjal lemari berat agar tidak bisa dimasuki oleh zombie-zombie itu. Mereka kini bisa bernapas lega.

Bab berikutnya