Dia hanya memberikan tisu itu tanpa melihat ke belakang, dan ketika dia benar-benar memberikan tisunya, pria yang sudah terinfeksi virus itu menarik tangan sang supir dan menggigitnya, langsung membuat sang supir berteriak kesakitan terkejut.
"Ahkk!!!" teriaknya dengan kesan yang sangat sakit karena tangannya sampai berdarah.
Ia menarik tangannya hingga benar-benar terlepas. Kemudian, tak sampai di sana, pria yang sudah terkena virus infeksi itu menyerang Kachi. Kachi terkejut dan mencoba menahan serangan pria itu. Mereka seperti bergulat di dalam mobil.
Sang supir yang tahu itu segera membuka pintu tengah dengan tombol yang ia pegang. Seketika, Kachi menendang pria itu hingga pria itu keluar dari pintu yang terbuka. Tapi sayangnya, pria terinfeksi itu menarik kaki Kachi, membuat Kachi juga ikut terseret keluar. Menahan sabuk pengaman dan pegangan tangan di pintu taksi itu dengan rasa kesakitan karena kakinya tertarik oleh zombie itu. Zombie itu telah terseret-seret terus selama beberapa menit hingga akhirnya ia mencoba naik ke kaki Kachi dan mencoba untuk naik ke taksi lagi.
Sang supir hanya bisa terus menginjak gas karena itu yang dia bisa lakukan saja.
Hingga Kachi benar-benar menendang kepala pria itu, membuat pria itu pergi melepasnya. Akhirnya, pria yang terinfeksi itu bisa pergi terseret ditinggalkan oleh taksi itu.
Kachi melihat ke belakang, dan pria itu bangun dari jatuhnya. Tapi di belakang pria itu ada sebuah truk yang melaju kencang, membuatnya tertabrak dan terlintas begitu saja.
Kachi yang melihat kecelakaan itu lalu ia kembali ke dalam kursi dan menutup pintu dengan napas terengah-engah.
Sang supir yang ada di tempatnya menjadi tertawa keras sendiri.
"Hahaha, aku sebentar lagi akan menjadi makhluk itu hahaha. Aku tidak tahu apa yang terjadi di sini, aku akan mati tidak..."
Ia seperti pasrahkan kehidupannya, dan seketika ia benar-benar berubah menjadi zombie itu yang menguasai seluruh otaknya. Dengan cepat ia menoleh ke belakang dan melihat Kachi yang ketakutan.
Ia akan ke belakang dengan mendorong kakinya untuk sampai ke belakang, tapi tak disangka kakinya itu mendorong gas dan itu membuat laju mobilnya semakin cepat. Membuat Kachi tertekan oleh gas udara itu. Sang supir yang telah terinfeksi itu tetap berusaha untuk ke belakang dengan kaca pelapis di antara bangku tengah dan bangku depan. Ia mendorong gas supaya bisa menggapai Kachi yang ketakutan.
Gas yang tidak teratur itu membuat kemudi mobil itu menjadi mengarah ke mana-mana dan menjadi menabrak seluruh mobil yang ada di jalanan itu.
Kachi yang sudah berpikir akan terjadi apa-apa pada mobilnya yang terhilangan gas itu, ia menjadi mengambil suhu aman dan memasangkannya pada tubuhnya. Ia bersiap-siap dan tak peduli pria itu akan menangkapnya karena pria itu juga sedang memakai pengaman dan itu tidak akan bisa menggapainya.
Sabuk pengaman Kachi sudah kuat dan di saat itu juga mobil menghantam keras salah satu mobil yang ada di depan dan itu membuat mobil taksi itu terjungkal, membuat semuanya terguling di dalam. Zombie supir telah mati karena terguling-guling dan sabuk pengaman yang lepas.
Mobil itu terus terguling hingga benar-benar menyebabkan kecelakaan yang dahsyat di jalan bebas hambatan itu, menjadi jalan ramai macet dan ramai kecelakaan. Semua mobil terbentur dan di saat itulah kecelakaan beruntun tanpa adanya sebab salah satu dari mereka terinfeksi terjadi, hal itu membuat orang-orang yang sudah terinfeksi akan menghampiri mayat mereka dan menggigit satu per satu, membangkitkan kematian mereka dalam virus yang sudah tertelan.
Tampak Kachi membuka matanya dan terbangun dari pingsannya tadi di dalam mobil yang terguling-guling dan sekarang mobil itu tengkurap 190 derajat sedang berhenti di jalanan kota yang tidak luas. Kachi membuka matanya dan mencoba keluar dari mobil itu dengan sabuk pengaman masih tertancap.
Sabuk pengaman tidak bisa lepas membuatnya harus bersikeras melepas sabuk pengaman itu. "Hiz... Lepaslah cepat... Akhhh!" ia berteriak sekuat tenaga hingga benar-benar lepas. Ia juga melihat mayat pria supir taksi tadi yang sudah mati di sana. Sepertinya dia terlalu banyak terbentur, membuatnya mati begitu saja. Itu awal mutasi yang masih lemah.
Kachi keluar dari mobil itu dan ia melihat sekitar bahwa ia sedang ada di jalanan kota. Ia mendengar banyak orang berteriak, teriakan mereka panik berlari melewatinya dan terus menabraknya, dan dari sana dia melihat bahwa ada beberapa makhluk itu yang berlari menyerang, menggigit satu per satu dan meninggalkannya demi menyebar virus yang sangat banyak.
Makhluk itu benar-benar pintar, dia menyebar virusnya dulu dengan menggigit semua orang untuk membuat semua orang sama sepertinya. Dengan begitu, dia punya kawanan yang kuat sendiri. Setelah tak ada manusia tersisa, dia pasti akan memakan teman-temannya sendiri sama seperti yang dilakukan hewan ketika mereka benar-benar lapar.
"(Sebenarnya apa yang terjadi di sini? Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa harus terjadi sekarang, aku masih harus mengerjakan tugas yang diberikan oleh Boss!!)" Kachi yang mulai ketakutan menjadi berlari ikut pergi, ia melihat ada mobil van di sana dan langsung masuk, rupanya ada lelaki di sana yang duduk di bangku supir.
"Hoi, kau siapa?" ia menatap menoleh dari bangku supirnya menatap waspada pada Kachi yang masuk begitu saja di bangku tengah dengan napas terengah-engah.
"Keluar dari sini!" lelaki itu menatap kasar.
"Tunggu, aku mohon, percayalah padaku," Kachi menatap memohon, hal itu membuat lelaki itu terdiam menatap tubuh wanita Kachi yang langsing.
"Aku mohon, bawa aku pergi ke tempat aman, aku tidak tergigit sama sekali," Kachi mencoba meyakinkannya.
". . . Baiklah, pakai sabuk pengamanmu," lelaki itu menerimanya. Tapi tiba-tiba saja ada zombie gila yang masuk lewat kaca jendela pintu tengah itu, hampir meraih Kachi yang panik.
"Ahhh!!! Cepat jalankan mobilnya!!" teriaknya dengan panik.
Lelaki itu juga segera menginjak keras gasnya dan langsung mengendarai mobilnya, tapi siapa sangka bahwa zombie itu tak terlepas dari pintu, ia tetap seperti bergelantungan di sana dan Kachi sudah panik akan diraih oleh tangan zombie itu.
Dengan auman dan gigi tajam, wajahnya bengkak mengaum pada Kachi dengan tangan yang mencoba meraihnya, Kachi mendorong tubuhnya jauh memojok ke kaca agar bisa pergi dari zombie ganas yang sudah mengincarnya dari tadi.
"Ahhh... Jangan sentuh aku!!" Kachi memegang pegangan tangan di van itu dan mengangkat tubuhnya untuk menghindarinya lagi.
"(Aku tak bisa diam saja, dia tidak akan lepas jika dibiarkan begini... Karena itulah aku harus beginiiii!!)" Kachi dengan cepat menendang zombie itu, membuat zombie itu keluar dan akhirnya bisa lepas dari sana.
"Woah, itu keren," lelaki itu menatap dari kaca tengah, sementara Kachi bernapas cepat dan terengah-engah. Ia menutup kaca di sana dan melihat banyak zombie itu mengejar mereka.
"Sebenarnya ada apa? Apa yang terjadi di sini?"
"Aku juga tidak tahu, aku datang dari Kyoto ke Osaka ini, dan sekarang aku ingin ke Kyoto saja. Apakah kau juga sama?"
"Ya, aku bekerja di Kyoto. Aku senang jika kau mengantarku."
"Eh, lalu kenapa kau ada di Osaka ini jika kau bekerja di Kyoto yang jauh?"
"Ceritanya panjang, bosku memintaku tinggal di Osaka dan mencari orang-orang yang telah mengutang uang perusahaan. Sekarang ini yang terjadi, aku dilanda banyak kepanikan itu dan aku sekarang berterima kasih padamu karena telah menyelamatkanku," kata Kachi.
"Ya, tak masalah. Ngomong-ngomong, namaku Rafid.... Maaf perlakuan kasarku tadi padamu, aku hanya waspada," akhirnya lelaki itu memperkenalkan namanya.
"Ah, aku Kachi, senang bertemu denganmu," balas Kachi.
"Apa kau punya keluarga?" tanya lelaki yang mengaku bernama Rafid itu.
"Aku punya adik di Tokyo, dia di sana sendirian dan aku sekarang tak tahu akan keselamatannya."
" . . Sebaiknya jika kau ingin punya kemauan menjemput adikmu, kau harus mengurungkan karena itu jauh, apalagi jalanan begitu bahaya sekarang, virus ini menyebar begitu cepat."
"Ya, mungkin kamu benar. Sebaiknya aku kembali ke Kyoto saja," kata Kachi.
Selama beberapa jam, Rafid menginjak gas sangat panjang hingga sampai di Kyoto. Di sana, Kachi meminta agar ia berhenti di depan kantor gedung kekuasaan milik Tuan Rudi.
"Kau serius bekerja di sini dan ngomong-ngomong sepertinya tempat ini masih aman," kata Rafid sambil melihat sekitar, banyak orang yang masih berlalu lalang di sana.
"Untung saja, mungkin aku harus memberitahu semuanya dulu. Oh iya, bagaimana denganmu? Apakah kamu akan pergi?" tatap Kachi.
"Ya, aku akan pergi. Semoga kita bertemu lagi," kata Rafid.
"Ya, terima kasih," Kachi menundukkan badan lalu Rafid mengangguk dan menginjak gasnya.
Dengan segera, Kachi berlari ke dalam gedung dan bertemu Tuan Rudi yang ada di kantor.
Tuan Rudi menoleh padanya. "Kachi? Kenapa kau pulang cepat kemari?"
"Tuan... Maafkan aku mengganggu, tapi kita harus segera ke tempat aman. Ada orang-orang menggila yang bisa saja menyerang, itu seperti virus mengerikan."
"Tunggu Kachi, apa yang kau bicarakan?" Tuan Rudi masih bingung.
"Aku mohon percayalah padaku, Tuan. Sepertinya ini masuk berita, ini semacam virus gila... Rabies!!" Kachi masih menjelaskannya dengan sangat panik.
"Aku memang mendengar dari berita, bahwa kota ini ada banyak yang menggila tapi aku tak percaya akan hal itu karena tim keamanan bisa menenangkan mereka dengan menangkap para penggila itu. Jadi, tenang saja," kata Tuan Rudi dengan santai.
"Tapi Tuan..." Kachi khawatir.
"Sudahlah, urus uang ini." Tuan Rudi memberikan dokumen, membuat Kachi harus menerimanya dengan tidak tenang dan di saat itu juga, ada ledakan besar terjadi. Ledakan yang sangat besar berasal dari arah laboratorium kota di Kyoto.
"Apa yang terjadi?" Tuan Rudi ikut terkejut mendengarnya.
Lalu, Kachi berjalan ke jendela dan melihat sesuatu yang seharusnya hidupnya tidak lihat.
"Apa yang terjadi di sana, mengerikan!!" Kachi memasang wajah pucat.
Ia melihat semua orang menggila sama seperti yang terjadi di perbatasan Osaka dan juga, di sana lebih cepat perubahannya.
Tuan Rudi ikut melihat dan ia benar-benar terkejut. "Aku harus pergi, istriku dalam bahaya!!" ia panik dan langsung berlari pergi, membuat Kachi terdiam tak tahu harus apa di sana.
"(Dan begitulah dengan aku yang terjebak di gedung kekuasaan dan bertemu dengan Suga, aku yakin, jika aku tidak bertemu padanya, aku pasti sudah mati.)"
[End Flashback Kachi]