webnovel

Chapter 18 Lead The Way

Sementara itu, Line mengintip dari balik dinding benteng. Ia melihat hanya ada orang-orang yang sibuk mengurus diri mereka dan orang lain di sana. "(Sejauh ini aku tak melihat Uminoke ada di sini,)" ia melihat sekitar.

Tapi tiba-tiba peluru tembakan meluncur membidiknya dari belakangnya, beruntung Line tahu dan dapat menghindar tepat waktu. Suara itu membuat semua orang terdiam menatapnya yang keluar dari dinding.

Line mundur perlahan melihat dari bayangan gelap dinding. Dan rupanya dari balik dinding gelap itu ada Labis berjalan keluar dengan wajah senyumannya. "Aku menemukanmu ^^"

".. . . Labis. . ." Line terdiam kaku.

Di sisi lain, Uminoke dibawa ke tempat lorong kandang besi. Ia dari tadi ketakutan. Lalu Youn yang menemaninya tadi menyalakan lampu ruangan, seketika terlihat banyak sekali harimau buas yang ada di kandang itu. "Kyah...!!" Uminoke menjadi terkejut.

"Jangan khawatir, mereka ada dalam kurungan."

"Kenapa mereka bisa ada di sini?"

"Mereka kami selamatkan dari hutan, meskipun bisa melawan zombie, mereka juga bisa memakan zombie. Hal itu akan membuat mereka terinfeksi lewat daging yang mereka makan, karena itulah kami mengamankan mereka di sini."

"Aku mengerti.... (Ini sungguh aneh,)" Uminoke menjadi khawatir.

"Tak kusangka kau menunjukkan wajah pengecutmu, Labis," kata Line dengan nada tingginya.

"Ya, tapi bagaimana denganmu?" Labis membalas dengan wajah senyuman palsunya. "Orang yang menjadi buron dunia, yang namanya buron tetaplah salah, kau mau menyangkal apa lagi, Line?"

". . . Cih, kau hanya tidak mengerti saja."

"Aku memang tidak mengerti, tapi aku ini rekanmu dulu," Labis mendekat menodongkan senapan di kening Line.

"(Ya, itu benar... Kita adalah rekan, bukan rival maupun musuh,)" Line mengingat semua halnya bersama Labis.

"Kita rekan, bukan, Line? Kita bukan musuh, kan Line? Tapi kenapa aku menyodorkan ini padamu?" kata Labis yang akan menarik pelatuknya. Semua orang yang ada di tempat menjadi berhamburan masuk melindungi diri.

"Jika kau mau, lakukan saja. Aku tak akan menentangmu," Line melirik. Labis menjadi terdiam lalu mengeluarkan walkie talkie. Yang menerimanya adalah penjaga yang bersama Uminoke.

"Baik, aku mengerti," dia kembali menutup pesan itu.

"Ada apa?" Uminoke menatap bingung.

"Harimau-harimau ini akan dilepaskan, sebaiknya kita pergi," Youn itu menarik lengan Uminoke.

Setelah mereka pergi, kurungannya mulai terbuka dan harimau lapar pun siap memakan apa yang terlihat.

"Biar kutanya dulu, tahu apa kau soal serum-serum itu?" Labis menatap.

". . . Saat sudah terkumpul, serum itu harus dijadikan satu. Tidak disebar maupun disuntikkan. Tapi dihancurkan di depan semua makhluk itu," kata Line, seketika Labis terkejut. "Bagaimana kau tahu, kupikir kau dulu hanya pandai mengelus seekor kucing, hahaha... Ini sungguh aneh."

"Memangnya kau menilai apa dari jawabanku tadi?" Line menatap dengan dingin.

"Hmp... Sia-sia saja, meskipun bisa mengumpulkan makhluk-makhluk itu, namun tak bisa menggunakan usaha kecil," Labis membalas. Lalu ia mundur perlahan meninggalkan Line yang masih berdiri diam.

"Hoi, ke mana kau akan pergi?"

"Aku hanya mengawasi mu saja, Line," kata Labis yang perlahan menghilang dari sudut kegelapan. Mendadak Line mendengar suara dari belakangnya, ia menoleh dan terkaku karena banyak harimau mengepungnya, mereka perlahan mendekat dan menerkamnya. "(Gawat...)" Line terkejut.

---

15 tahun yang lalu di tempat yang jauh dari kota, di bagian sumber daya alam padang rumput, terlihat beberapa orang sedang memperbaiki sebuah pagar. Mereka memakai pakaian militer.

"Kau sudah dengar apa kata kapten hari ini? Dia bilang hari ini akan kedatangan anggota baru," kata salah satu di antara mereka.

"Benarkah, berapa usianya?"

"Entahlah, yang pasti dia sangat muda dan tampan, tubuhnya juga tidak main-main."

"Dibandingkan dengan Roland Senpai?"

"Mungkin lebih besar dari Roland Senpai atau malah setara."

"Hmp... Mungkin anggota baru ini akan lebih lemah... Kita saja sudah ada di militer ini dari bayi dan tinggal di sini, dia yang masuk militer di umur yang sudah besar mana ada pengetahuan soal militer."

"Kau benar juga, mungkin kita bisa mempermainkannya nanti," mereka memiliki rencana licik.

Lalu datang lelaki mendekati mereka. "Sedang apa kalian?" dia rupanya adalah Roland.

"Ro-Roland San.... Tidak ada, kami hanya membicarakan anggota baru yang dimaksud."

"Anggota baru...??" Roland bingung sendiri. Lalu dia berjalan ke sebuah kantor dan membukanya, terlihat Labis yang duduk di meja menandatangani sesuatu. Dia menatap sekilas Roland.

"Apa ada anggota baru?" Roland menatap.

"Ya, dia pandai dalam bertarung. Aku belum melihat rupanya sih, tapi kapten bilang dia dari suatu organisasi rahasia yang aman."

"(Organisasi... Organisasi apa?) Apa kau sudah menyelidiki dia dari organisasi aman?"

"Entahlah, dia kan sudah melewati berbagai tes, pastinya akan aman," Labis membalas.

Hari berikutnya, sebuah mobil hitam berhenti di area kawasan kemiliteran. Dari bangku tengah keluar seseorang mengeluarkan koper dari bagasi mobil. Bertubuh tinggi dan memakai masker hitam membuatnya beraura rahasia. Lalu datang Roland dari gerbang depan.

Mereka saling menatap. Hingga lelaki misterius itu mengulurkan tangan. Roland menatap bingung lalu menerima tangannya, mereka berdua berjabat tangan. Tangan satu lelaki itu membuka maskernya sendiri, terlihat senyuman dan ekspresinya yang arogan sambil berkata.

"Kau kaptennya bukan... Aku akan masuk ke sini, salam kenal, aku Line."

Roland terkejut ketika melihat wajahnya.

"(Wa... Wajah apa itu... Gila... Dia bahkan lebih ganteng daripada aku dan Labis.)... Ehem... Bukan, aku bukanlah kaptennya... Aku hanya bawahan kapten yang ditugaskan menjumpaimu... Kau anggota baru bukan?" Roland menatap.

". . . Sepertinya kau salah... Aku bukanlah anggota," kata Line.

"(Orang ini dari tadi begitu aneh dan sedikit sombong, awas saja aku akan membuatmu malu.) Ikutlah denganku," Roland berjalan duluan.

"Bagaimana dengan barangku?"

"Barang apa!" Roland menoleh dengan kesal. Lalu Line menunjukkan sebuah kotak keranjang hewan kecil yang berisi kucing hitam imut kecil.

"Ku... Kucing... Kau tak boleh memasukannya bodoh," Roland terkejut.

"He... Tapi aku ingin membawanya lo..."

"Haizz... Aku akan tunjukkan asramamu, letakkan semua barangmu dan bergantilah pakaian," kata Roland. Line hanya memandangnya dengan diam.

Terlihat semua anggota militer berbaris menghadap ke depan. Di depan mereka ada Line dan Roland.

"(Pft... Apaan, kupikir dia senior, rupanya kouha* junior...)" semua anggota tertawa kecil sendiri.

"Diam... Anggota baru ada di sini, dia bernama Line yang akan bergabung dengan mereka. Aku akan mengizinkan kalian untuk menyapanya," kata Roland dengan wajah dan aura sedikit licik merencanakan sesuatu pada Line yang diam.

Lalu satu tentara mendekat ke Line mengulurkan tangan. "Hei... Aku bisa mengajarmu beberapa trik di sini, asalkan cium kakiku dulu," kata tentara itu, seketika semuanya menjadi tertawa keras, Roland juga ikut tersenyum kecil. "(Lihat, aku benar-benar mempermalukanmu sekarang.)"

"Oh... Aku menerima 6 katamu dan kau bisa ajari aku sekarang, 5 kata terakhirmu tadi bagaimana jika dibalik.... Ajari aku dengan satu syarat. Cium kakiku dulu," kata Line yang seketika menendang kepala orang di depannya dengan keras.

"Hoi... Kau... Beraninya melawan seniormu sendiri," semua tentara tak terima dan akan mengeroyoknya.

"Yang senior itu aku. Yang kouha adalah kalian," kata Line yang mengambil pisau kecil di sakunya. Semua tentara bingung namun mereka terkejut ketika pisau itu memanjang sedikit dengan tajam.

Seperti pisau khusus yang telah dirubah sedikit. Pisau tajam berbentuk belati tipis.

"Hoi... Ada apa ini?" seseorang berkata tegas memanggil mereka. Seketika semua tentara itu kembali berbaris. Line menoleh ke belakang dan rupanya pria itu kapten, ketua dari organisasi militer tersebut.

"Oh... Kau Line bukan?" Kapten mendekat ke Line yang menyimpan pisaunya kembali. "Ya.."

"Ma

afkan aku, aku tak menyambutmu tadi... Kenapa kau ada di sini?"

"Oh... Asistenmu—memintaku memperkenalkan diri di sini," Line membalas lalu kapten menoleh ke Roland yang seketika mematung.

"Kalau begitu, baiklah saja... Kau adalah anggota di sini, Line," kata kapten lalu ia berjalan pergi.

"(Apa... Bukannya aku pemimpin di sini... Kenapa jadi anggota???)" Line terkaku sendiri. Lalu ada tentara yang memancarkan aura balas dendam dari belakangnya. "Hehehe.... Layani kami... Hehehe."

"Sialan kalian!!" Line menjadi kesal dan menghajar mereka satu per satu. Roland yang melihat itu menjadi terpelongoh karena Line membabak beluri mereka satu per satu.

Malamnya, Line berdiri di aula tembok dengan adanya kucing hitam kecilnya di pundaknya. Line menghubungi seseorang. "Aku mengerti... Tinggal meretas informasinya bukan... Ya, ada di lorong empat," ia berbicara dengan serius. Kebetulan, Roland berjalan patroli asrama, ia mendengar Line dari lorong.

"Ya... Aku akan hati-hati," kata Line lalu ia menutup teleponnya.

"Bicara dengan seseorang?" Roland memandangnya dengan bersender di dinding sampingnya.

"Pacar? Atau ibumu?"

". . . Hanya orang yang kukenal," Line membalas dengan ekspresi tidak enak. Roland yang merasakan itu menjadi terdiam.

"Kenapa kemampuanmu di atas rata-rata, kau menghabisi mereka satu per satu hanya dengan tangan kosong?" Roland menatap.

Lalu Line terdiam dan seketika menoleh dengan senyuman licik membuat Roland terkaku melihatnya.

"He... Kenapa? Kau mau tahu, ha?"

"A.... Apa-apaan itu tadi?!" Roland semakin terkejut. Tapi tak lama kemudian kapten datang.

"Rupanya memang benar kalian, aku melihat dari jauh dan berjalan kemari," kata kapten.

"K... Kapten.. Selamat malam," Roland langsung menundukkan badan. Sementara Line tidak, dia hanya berdiri biasa.

"(Lelaki ini... Kenapa dia tak menunduk pada kapten?!)" Roland menjadi terdiam bingung.

"Bisa aku minta perubahan, kenapa kau tidak mengatakan aku apa di depan mereka?" tatap Line kepada kapten dengan tatapan kesal.

Hal itu membuat Roland semakin terkejut.

"(Apah... Kenapa dia pakai bahasa itu buat kapten... Ngak bener nih...)"

"Kau bisa ikut denganku, bicaralah padaku di kantor," kata kapten.

Lalu Line mengikuti nya pergi. Sementara Roland terdiam di tempatnya.

"(Apa yang... Sebenarnya terjadi... Tunggu, aku harus cari tahu ini sendiri... Aku akan pergi menguping,)" dia berjalan ke pintu kantor kapten lalu meletakkan telinganya di pintu itu.

Dia mendengar sesuatu dari dalam.

"Aku sudah bilang padamu bukan, aku kemari juga punya harga diri, kau merendahkan harga diri agen sepertiku ini, huh?" kata Line yang duduk di atas meja kantor sementara kapten melihat dokumennya di rak.

"Aku mengerti itu, kau memang dari agen tapi aku belum percaya padamu karena identitasmu terlihat palsu. Untuk saat ini tak apa jika kau dipanggil kouha, meskipun begitu, kau akan menjadi senior untuk mereka juga. Saat aku bisa percaya padamu, kau akan mengurus bersama Roland dan Labis," kapten membalas.

Roland yang mendengar itu dari luar menjadi terkejut tak percaya. "(Jadi... Line itu... Agen!!...)"

Bab berikutnya