Jovan menatap sinis Riana, "mana etikamu sebagai seorang gadis bangsawan, Riana? Apakah menurutmu seorang wanita akan berteriak dan memukul meja sepertimu begini?"
Riana meneguk ludahnya kasar. Air matanya sudah menggantung di pelupuk mata, siap mengalir kapanpun Riana lengah.
"Maaf, Nona. Tapi ada apa? Apakah Nona butuh sesuat-"
"Tidak, pergilah." Jovan memotong ucapan salah satu pelayan Riana yang menghampiri mereka.
Mau tak mau, pelayan itu kembali ke tempatnya, di barisan para pelayan yang menunggui sang Nona dan tunangannya.
"Duduk, jangan bertingkah seperti orang yang tidak belajar sopan santun," perintah Jovan dengan nada dingin.
Dengan gerakan pelan, Riana kembali duduk. Ia hampir tidak berani mengedip karena takut air matanya akan menetes. Riana itu orang yang gengsi, ia tidak akan menampakkan air matanya di depan orang lain. Singkatnya, Riana itu gengsian dan menjaga harga dirinya yang setinggi langit.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com