(Sarah Mimosa)
Pemuda berkulit pucat itu keluar dari bongkahan dinding yang hancur. Seperti yang aku lihat sebelumnya, dinding itu kembali seperti semula. Pemuda itu bisa mengembalikan dinding yang aku hancurkan ke kondisi semula. Pemuda itu menyeka bibirnya yang mengeluarkan darah, tatapan yang tajam dan sepertinya pemuda itu sangat marah sekali.
Aku tidak peduli. Yang terpenting, aku harus segera menyelesaikan pertarunganku dan menyusul Noah yang sudah berada di lantai tujuh, karena selama pertarungan, aku mendengar keributan di dua tempat, dari balik jendela, aku melihat Eriska melawan seseorang di halaman istana dan aku mendengar suara dentuman di atas. Sepertinya kami sudah ketahuan dan tengah bertarung.
"Kakak yang manis, ternyata pukulan cintamu boleh juga," kata pemuda berkulit pucat itu menyunggingkan senyum.
Aku memeluk diriku sendiri, pemuda itu menatapku seperti pemangsa yang mendapat buruannya, sangat menjijikan sekali.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com