webnovel

BAB 8 - Pasar Gelap

"Kita adalah teman dan aku pasti akan membantumu."

Bayu tersenyum kecil dan merasa senang karena ada orang yang bisa membantunya. "Terima kasih."

"Apakah kau baru saja kembali ke Indonesia? Di mana kau tinggal?" tanya Bagas penasaran.

"Kemarin aku baru saja kembali dan tinggal di hotel," jawab Bayu jujur.

"Tinggal saja di tempatku karena di sini masih banyak kamar yang kosong," tawar Bagas ramah karena dia ingin membalas budi.

"Jika itu tidak merepotkanmu."

"Oh ayolah jangan bersikap sungkan karena kita adalah teman lama dan dulu aku sering menginap di rumahmu." Bagas bangkit dari kursi dan berjalan menuju kamarnya. "Kau bisa meminjam pakaianku dulu."

Bayu menangkap pakaian itu dengan sigap kemudian berdiri dari kursi. "Kalau begitu aku akan mandi dulu." Sejak kemarin dia belum mandi sama sekali dan sekarang dia merasa gerah. Cuaca di Kota Surabaya sangat panas tidak seperti di Amerika Serikat.

"Oh ya jangan sentuh keran di sebelah kanan karena itu adalah air panas." Bagas baru saja mengatakannya namun dia sudah terlambat.

"Sialan panas sekali!"

oOo

Bayu keluar dari kamar mandi dengan lengan kanan yang memerah karena terkena air panas, dia melemparkan tatapan tajam ke arah Bagas namun dia pura-pura tidak melihatnya. "Hei apakah kau masih melakukan bisnis pencucian uang?"

"Tentu saja, itu adalah satu-satunya caraku mendapatkan uang," jawab Bagas santai seolah mengatakan bahwa cuacanya sedang cerah. "Beberapa tahun ini aku juga menjual barang resmi di pasar gelap untuk menghindari pajak dan bea cukai."

"Kau tidak khawatir akan di tangkap?" Bayu berjalan mendekatinya dan duduk di sampingnya.

"Aku lebih pintar daripada pria tua brengsek itu," ujar Bagas mengejek ayah kandungnya. "Aku telah menyiapkan jalur pelarian jika ada razia oleh polisi atau badan pemeriksa dari pemerintah."

"Sekarang pasar gelap di Kota Surabaya di kontrol oleh tiga kelompok gengster dan perlu kartu khusus supaya bisa masuk ke dalam sana. Tempatnya juga berubah-ubah untuk menghindari pelacakan polisi." Bagas tidak keberatan memberitahu hal penting ini meskipun Bayu dulunya adalah tentara yang mengabdi pada negara.

"Apakah kalian sering melakukan transaksi dengan orang luar negeri?" tanya Bayu penasaran.

"Ya, biasanya mereka masuk lewat jalur laut dan anggota dari kelompok gengster akan menjadi pemandu supaya bisa masuk dengan aman. Terkadang ada anggota kami yang pergi ke luar negeri untuk mengambil barang karena biayanya bisa lebih murah." Bagas menyalakan rokok kemudian menawarkan pada Bayu.

Bayu menerimanya lalu menyalakan rokoknya. "Aku ingin bergabung sebagai pemandu orang asing."

Bagas menaikkan sebelah alisnya dan menatapnya heran. "Kau ingin bergabung dengan kelompok kriminal?"

Bayu adalah orang yang taat hukum dan tidak pernah melanggar aturan, apalagi dia bergabung dengan tentara yang seharusnya membenci orang dari kelompok kriminal. Bagas masih ingat bahwa dulu Bayu pernah menasehatinya untuk meninggalkan pekerjaan kotor dan dia akan membantunya mendapatkan pekerjaan yang bagus.

"Selama enam tahun aku telah melakukan apapun untuk bertahan hidup," ujar Bayu sambil menghembuskan asap rokok. "Membunuh, merampok, dan menjual barang ilegal sudah pernah aku lakukan."

"Wow kau telah mengalami banyak perubahan." Bagas sangat terkejut bahwa dia pernah melakukan hal seperti itu. Dia semakin penasaran apa yang terjadi selama enam tahun ini hingga dia tidak bisa melupakan kebenciannya.

"Ini hadiah pertemuan kita." Bayu melemparkan sesuatu pada Bagas.

"Apa ini?" Bagas membuka telapak tangannya dan terkejut melihat berlian kecil yang berwarna merah.

"Aku mendapatkannya di pasar gelap Las Vegas, penjualnya mengira bahwa itu adalah berlian palsu dan menjualnya dengan murah." Bayu menyeringai dan terlihat tatapan licik di matanya. "Sebenarnya itu adalah blue sky diamond yang memiliki harga jual yang tinggi."

"Harganya mungkin sekitar 2 juta dollar atau 28 miliyar rupiah."

Bagas merasa tangannya berat karena benda sekecil ini memiliki harga yang fantastis. Bahkan penghasilannya dalam setahun tidak bisa mencapai seperempat dari harga tersebut. Jika dia menjualnya di pasar gelap Indonesia harganya tidak akan setinggi itu karena tidak banyak orang yang bisa membelinya.

"Kau yakin akan memberikannya padaku?" tanya Bagas ragu dan menelan ludahnya kasar.

Bayu menganggukan kepalanya dan mematikan putung rokok. "Aku masih memiliki benda lain yang harganya mahal, aku butuh bantuanmu untuk menjualnya." Bayu tidak membawa banyak barang ketika kembali ke Indonesia kecuali kantong kecil yang berisi berlian.

"Kau tidak takut jika aku membawanya lari?" Benda yang di milikinya sangat berharga dan jika orang mengetahuinya maka mereka akan berlomba-lomba untuk mendapatkannya.

"Aku percaya denganmu."

oOo

Bayu telah menyelesaikan masalah penjualan berlian pada Bagas dan sekarang mereka pergi ke pasar gelap. Dia mengamati setiap barang yang dijual di sana dan hanya bisa kecewa karena kualitasnya lebih buruk dibandingkan yang dijual di Amerika Serikat.

Dia membeli beberapa senjata dengan uang pemberian Bagas kemudian menunggunya di pintu masuk sampai dia menyelesaikan negosiasinya. Dia percaya bahwa Bagas bisa menjualnya dengan harga yang bagus karena dia adalah salah satu ketua dari kelompok gengster terbesar di Kota Surabaya.

"Ayo kita pergi!" seru Bagas sambil merangkul bahunya.

"Bagaimana dengan penjualannya?" tanya Bayu penasaran.

"Aku hanya menjual dua saja dan harganya sangat bagus." Bagas tidak ingin menimbulkan keributan karena menjual banyak berlian sekaligus.

"Aku berencana menjualnya di pasar gelap kota lain."

Bayu menganggukan kepala setuju karena itu adalah pilihan yang baik, Mereka akhirnya keluar dari pasar gelap dan Bagas mengajaknya untuk membeli pakaian baru sekaligus bahan pangan. Ketika sampai ke supermarket Bayu tidak ingin masuk ke sana karena itu adalah tempat istrinya bekerja.

"Aku akan menunggu di luar," ujarnya sambil duduk di depan supermarket.

"Kalau begitu aku akan masuk dulu." Bagas meninggalkan Bayu sendiri dan memasuki supermarket.

Bayu menatap seorang wanita yang sedang melayani pelanggan dengan ramah, senyumnya tidak pernah hilang meskipun dia kelihatan lelah. Dengan cekatan dia men-scan barang belanjaan kemudian memasukkannya ke dalam kantong kresek. Tangannya tidak pernah berhenti dan terus melayani pelanggan berikutnya.

"Novita," gumannya dengan suara pelan.

Bagas telah kembali dan kedua tangannya penuh dengan kantong kresek, dia memberikan isyarat untuk pergi karena urusan mereka sudah selesai. Dalam perjalanan dia mengobrol dengan Bayu tentang kasir cantik di supermarket itu.

"Hei apakah kau lihat kasir itu? Dia cantik sekali dan aku tertarik dengannya, apakah kau memiliki saran supaya aku bisa mendekatinya?" Mata Bagas berbinar-binar ketika membahas kasir itu.

Langkah Bayu berhenti dan melemparkan tatapan tajam ke arahnya. "Jangan pernah berpikir untuk mendekatinya." Aura membunuh menguar dari tubuhnya hingga membuat Bagas bergidik ngeri.

"Dia adalah istriku!"

-TBC-

Bab berikutnya