webnovel

Ini Masalah Bikin Otak Gue Makin Panas

"Cepetan dong Tan, jamuran nih gue nunggu lo," teriak Rafel yang berada di depan pintu kelas Tania.

"Kalo lo mau pergi duluan, ya udah sana, gue juga gak apa-apa," jawab Tania.

"Cepetan dong," ucap Rafel.

"Iya-iya, bentar," ucap Tania yang kini melihat sosok putih berada di dekat kursinya.

"Ada apa sih? Lama banget lo," ucap Rafel yang kini berada di samping Tania.

"Gak kok, ya udah yuk," ucap Tania yang berjalan untuk keluar kelas tersebut.

"Iya, dari tadi napa," ucap Rafel.

"Bawel lo," ucap Tania.

"Lo pulang sama siapa?" tanya Rafel.

"Sendiri lah," jawab Tania santai.

"Ya udah, hati-hati jangan ngebut bawa mobilnya," ucap Rafel.

"Okey," ucap Tania yang masuk ke dalam mobilnya.

"Gue balik dulu," ucap Tania yang kini menyalakan klason dan segera melajukan mobilnya.

"Hati-hati Tan," teriak Rafel.

Kini mobil Tania telah melaju, dan melewati banyak pemandangan Jakarta. Saat mobil Tania melaju dan kini ia melewati sebuah cafe, Tania tak sengaja melihat mobil yang terparkir di sana dan Tania sangat kenal dengan mobil tersebut.

"Eeh, itu bukannya mobil Zerfan ya," ucap Tania yang kini melihat ke arah mobil berwarna abu-abu yang terparkir indah di depan cafe tersebut.

"Ooh iya, gue lupa bilang makasih ke dia, malah buburnya udah gue makan lagi," ucap Tania yang merutuki dirinya.

"Terus gimana nih? Apa harus gue samperin dia sekarang ya?" ucap Tania yang masih sibuk berfikir.

Setelah berapa lama, akhirnya Tania memutuskan untuk melajukan mobilnya dan memarkirkan tepat di samping mobil Zerfan.

'Kok gue deg-degan kaya gini sih,' batin Tania, yang kini berjalan menuju meja yang ditempati oleh seseorang yang sibuk dengan ponselnya.

'Huuh, semoga gue gak gagu bicara dengan manusia, semoga aja,' batin Tania yang tampak gugup kini.

"Hei, lo Zerfan kan? Yang tadi nolongin gue ke UKS," ucap Tania yang berhenti di depan meja yang ditempati oleh Zergan.

"Iya, ngapain lo di sini?" jawabnya.

"Hmm, mau makanlah," sahut Tania.

"Ooh, udah sehat?" ucap Zerfan.

"Iya, udah mendingan," ucap Tania.

"Ooh iya, sorry tadi gue lupa bilang makasih ama lo," ucap Tania.

"Makasih? Untuk apa?" tanyanya.

"Makasih, lo udah bela gue waktu di kelas tadi, makasih karena lo udah mau anterin gue ke UKS, dan satu lagi makasih karena lo udah bawa bubur untuk gue. Makasih ya," ucap Tania, dengan senyum simpulnya.

"Iya," jawabnya.

"Ya udah, byee," ucap Tania yang berjalan menuju meja yang berada sedikit jauh dengan Zerfan.

"Tania," panggil Zerfan.

"Hah? Iya?" sahut Tania yang kini berhenti melangkahkan kakinya.

"Lo sendirian?" tanyanya.

"Iya, orang gue sendirian kok dari tadi, kenapa?" jawab Tania.

"Hmm, ya udah gabung sama gue aja sini," ucap Zerfan yang menunjuk kursi yang berhadapan dengannya.

"Emang gak ada orang yang bakal duduk di sana nanti?" tanya Tania.

"Kaga, orang gue cuma sendiri," ucap Zergan.

"Ya udah, makasih," ucap Tania yang kini balik dan duduk pada kursi yang berhadapan dengan Zerfan.

"Mbak," panggil Tania yang kini duduk pada kursi yang berada di depan Zergan.

"Iya? Mau pesen apa?" ucap seorang pelayan cafe yang berada di samping Tania.

"Spaghetti satu sama jus mangga," jawab Tania.

"Baik, nanti saya antar kalo udah selesai," ucap pelayan cafe yang segera pergi dari meja yang ditempati oleh dua manusia yang berbeda jenis.

Kini meja yang mereka tempati hanya hening, tak seorang pun yang berbicara, dan Tania sedikit gugup sekarang.

'Ini yang paling gue benci, kehilangan topik!' batin Tania.

'Yaampun, mau sampe kapan nih gue diem mulu kaya gini. Lama-lama bisa gila gue kaya gini,' batin Tania yang mengotak-atik ponselnya.

"Tania," panggil Zergan.

'Syukur deh, akhirnya,' batin Tania.

"Iya?" jawab Tania.

"Lo pindahan dari mana?" tanya Zerfan.

"Belanda," sahut Tania.

"Ooh, terus kenapa lo pindah kesini?" tanya Zerfan.

"Ada urusan keluarga," jawab Tania.

"Ooh," sahut Zerfan.

"Kenapa?" tanya Tania.

"Gak ada, gue cuma nanya doang," ucap Zerfan.

"Ooh, gue kira kenapa," ucap Tania.

"Gak ada," sahut Zergan.

"Permisi, ini pesanannya mbak," ucap pelayan cafe.

"Makasih mbak," ucap Tania.

"Ya udah, makan dulu jangan dilihat doang," ucap Zerfan.

"Iya, lo gak makan?" tanya Tania.

"Udah tadi," jawab Zerfan.

"Hmm," sahut Tania, yang kini memakan spaghetti yang ia pesan.

"Tan," panggil Zerfan.

"Iya, kenapa?" sahut Tania, yang kini asyik menikmati minumannya.

"Lo bisa liat makhluk yang gak bisa dilihat manusia?" tanya Zergan.

"Maksud lo, makhluk gaib?" sahut Tania.

"Ya gitu deh," ucap Zergan.

"Udah lah, gak usah bahas itu. Gak penting, yang ada nanti lo gak percaya ama gue dan ujung-ujungnya lo bakal ngejek gue dan berakhir kaya teman-teman yang lain yang bakal mengucilkan gue. Mending, bahas topik lain," ucap Tania.

"Gue percaya kok, emang bener lo bisa lihat itu semua?" ucap Zergan.

"Iya, gue bisa liat itu," ucap Tania.

"Lo bener ada kembaran?" tanya Tania.

"Kenapa? Pasti Rafel udah cerita semuanya ke lo kan," ucap Zerfan.

"Lo kenal Rafel?" tanya Tania.

"Iya, gue kenal anak itu," ucap Zergan.

"Dia sangat mirip loh sama lo," ucap Tania.

"Iya, gimana gak mirip orang gue sama dia saudara kembar, cuman sifatnya aja yang gak kembar sama gue," ucap Zergan yang tertawa kecewa.

"Maksud lo?" tanya Tania.

"Iya, gue gak pernah ngerasain kalo dia itu saudara gue, karena saudara yang gue pengen gak kaya gitu," ucap Zergan.

"Lo gak boleh ngomong kaya gitu, gimana-gimana Rafel itu sodara lo. Gak boleh kaya gitu, kalo sodara gak ada yang namanya mantan sodara Zer yang ada itu mantan pacar, temen, istri, suami, sahabat, tapi kalo sodara ga pernah jadi MANTAN SAUDARA, jadi lo gak boleh belagak benci ke Rafel dia sodara lo sendiri bukan orang lain," ucap Tania.

"Lo gak tau Tan gimana sifat asli Rafel," ucap Zerfan.

"Iya, lo bener, gue memang gak tau gimana sifat asli Rafel dan gue juga baru kenal ama dia. Tapi, sedari tadi dia baik kok ke gue," ucap Tania.

"Itu kan ke lo, gak ke gue," ucap Zerfan.

"Emang Rafel gimana?" tanya Tania.

"Selama dia ada di sini, gue gak pernah rasain gimana rasanya bahagia Tan. Gue selalu ngalah, dan sampe-sampe gue harus relain cewe yang gue suka demi dia dan asal lo tau Rafel itu egois, lo salah nilai dia," ucap Zergan.

"Gue bener-bener gak nyangka sama lo Zer, masa cuma gara-gara cewe lo harus musuhan sama saudara kandung lo sendiri, aneh," ucap Tania.

"Udahlah Tan, lo gak bakal ngerti apa yang gue rasain sekarang dan sebelumnya. Gue tau, sekarang lo bakal bela Rafel karena lo gak tau gimana Rafel sebenernya," ucap Zerfan yang berdiri dan segera pergi dari cafe tersebut.

"Yaah, kok jadi gini sih," ucap Tania kecewa yang kini meletakkan kepalanya di meja.

***

Bab berikutnya