webnovel

Seperti Semula

Besok adalah waktunya pembagian rapot bagi para murid SMK Indonesia Raya waktu berputar cukup cepat. Dan besok adalah waktunya bagi Vallerie untuk melaksanakan operasi mata. Bu Ashley bersama Nara dan Kejora senantiasa menemani Vallerie mulai dari persiapan operasi mata, sampai saat ini sedang dilaksanakannya operasi mata. Mereka bertiga tidak bisa tenang sejak tadi.

Dua jam berlalu, akhirnya proses operasi mata yang dilaksanakan selesai. Dokter dan para suster keluar dari ruang operasi dengan senyuman yang tak luntur dari wajah mereka, sebab mereka bahagia akhirnya proses operasi mata Vallerie berjalan lancar. Tak ada hal lain yang dapat dilakukan lagi oleh Bu Ashley, Nara dan Kejora selain mengucap syukur.

Vallerie dipindahkan terlebih dahulu ke kamar rawat, mungkin perban di matanya baru bisa dibuka esok pagi. Sekarang hanya ada Bu Ashley saja yang menunggu Vallerie sadar, dia juga menunggu kedatangan Isyani, yang sudah menelpon dirinya dan berjanji akan menemani Vallerie juga. Sedangkan Ragil dan Nasha? Jangan tanyakan mereka, keduanya tidak peduli.

"Permisi," salam Isyani dengan hati-hati.

Ashley menoleh ke arah sumber suara, tepatnya ke arah pintu. "Isyani? Mari masuk," titahnya.

Isyani menganggukkan kepalanya, lalu mulai melangkahkan kedua kakinya masuk ke ruang rawat Vallerie. Suasana di ruang tersebut hening, juga berbau obat-obatan. Agar pembicaraan mereka tidak didengar oleh Vallerie, maka Ashley mengajak Isyani untuk mengobrol berdua di sofa yang letaknya tidak terlalu dekat dari brankar Vallerie.

"Mba? Ini benar kan mba Ashley?" tanya Isyani tak percaya.

Ashley menganggukkan kepalanya, di wajahnya terukir senyuman tipis kemudian dia menjawab, "Iya benar ini mba, kamu apa kabar? Mba kangen banget sama kamu."

Entah sudah berapa tahun keduanya tidak saling bertemu dan mengobrol seperti ini, mereka sedari tadi berpelukan untuk melepas rasa rindu. Isyani sebenarnya hendak menanyakan ke mana Ashley selama ini, tapi dia menunggu waktu yang tepat. Dia tidak akan menanyakan langsung kepada Ashley saat ini juga, takut suasana berubah menjadi tegang.

Ashley melepas pelukannya dari tubuh Isyani perlahan. Dia menundukkan kepalanya tak lama kemudian mulai terdengar isak tangisnya. Isyani panik, apakah dia baru saja melakukan kesalahan? Tapi, dia rasa tidak. Atau mungkin Ashley teringat sesuatu yang membuatnya sedih? Isyani memilih untuk berdiam diri saja, membiarkan Ashley menumpahkan semua rasa tangisnya.

"Sya, mba kangen sama abang kamu. Ragil apa kabar?" tanya Ashley disela-sela tangisannya.

Isyani menepuk-nepuk pundak Ashley pelan untuk menenangkan wanita itu. "Tenang mba, kabar bang Ragil baik banget kok. Tapi sayangnya dia masih gak mau ngakuin kalau Valle itu anak kandungnya," paparnya.

Baru saja Ashley hendak berucap, suara dari Vallerie yang memanggil ayahnya berulang kali berhasil membuat Ashley merasa bahagia. Anak kesayangannya yang sudah lama tidak dia temui telah sadar, Ashley bangkit dari posisi duduknya lalu berjalan mendekati sisi brankar Vallerie. Tangan Ashley bergerak untuk mengusap kepala Vallerie lembut.

"Iya sayang, tenang ayah ada. Nanti ayah datang, ini bunda sayang," ucap Ashley lembut.

Kening Vallerie menampilkan sedikit kerutan, suaranya bukan suara Nasha. Tetapi suara Ashley, tapi mengapa dia mengaku sebagai bundanya Vallerie? Ah, Vallerie tidak mau memikirkannya terlebih dahulu. Dia mengembuskan napasnya secara kasar, lalu pikirannya kini mulai tertuju kepada Langit. Kekasihnya yang selalu bersikap kasar kepadanya, tapi tetap membuat dia merasa nyaman.

"Bun, boleh tolong telepon Langit? Aku mau minta dia datang ke sini," pinta Vallerie.

Ashley menganggukkan kepalanya cepat. "Sebentar sayang, bunda sambungin teleponnya," ucapnya lembut.

Ashley mulai mencari nama Langit di ponsel Vallerie, setelah mendapat nama itu dia langsung menyambungkan teleponnya. Tapi sayangnya Langit tidak mengangkat telepon itu, dari pihak operator selalu mengatakan Langit sedang berada di sambungan telepon lain. Ashley menatap Vallerie kasihan.

"Sayang, Langit ada di panggilan lain. Sabar dulu, ya?" nasihat Ashley.

Vallerie terdiam, dalam hati dia merasa sesak karena Langit tidak berniat untuk menjenguknya. Apakah Vallerie harus benar-benar membulatkan keputusannya? Menyudahi hubungannya dengan Langit? Ah sangat sulit bagi Vallerie untuk membuat keputusan itu.

***

Hari sudah berganti menjadi pagi, hari ini adalah waktunya Vallerie untuk membuka perban yang masih menutup kedua matanya. Hal yang pertama kali Vallerie lihat saat perban dibuka dari matanya adalah adanya sosok Angkasa yang berdiri tepat di depannya, dengan posisi melipat kedua tangan di depan dada. Angkasa tersenyum ketika mendapati Vallerie sedang menatapnya serius.

Setelah dokter selesai membuka perban yang menutupi kedua mata Vallerie, dokter tersebut langsung meninggalkan ruang rawat Vallerie. Tadi, Angkasa juga meminta kepada Ashley untuk menunggu di luar saja, sedangkan Isyani sedang mengambil pakaian Vallerie di rumah. Entah kenapa jantung Vallerie berdegup kencang ketika manik matanya bertemu dengan manik mata Angkasa.

"Kasa, kamu ngapain di sini?" tanya Vallerie dengan polosnya.

"Nungguin lo."

"Bunda mana?"

Angkasa dibuat bingung dengan pertanyaan Vallerie, pasalnya hanya ada Bu Ashley saja yang menunggu Vallerie di luar. Sementara Nasha tidak ada, sementara Vallerie terdiam. Bodohnya dia menjadi terbiasa memanggil Ashley dengan sebutan bunda, padahal wanita itu hanyalah gurunya.

"M-maksudnya bu Ashley, iya di mana bu Ashley?" koreksi Vallerie.

Angkasa mengembuskan napasnya kasar, kemudian menjawab dengan intonasi bicara datar, "Ada di luar, kenapa lo? Gak nyaman sama gue?"

Vallerie menggelengkan kepalanya cepat, dia jadi merasa tidak enak kepada Angkasa. "Ih, gak gitu. Aku cuma pengen lihat bu Ashley aja, boleh?" pintanya hati-hati.

Embusan napas kasar keluar dengan mulus dari hidung Angkasa, dia melangkahkan kedua kakinya keluar dari ruang rawat Vallerie lalu memanggil wanita yang disebut bunda tadi oleh Vallerie, siapa lagi jika bukan Ashley. Ketika melihat Vallerie sudah bisa kembali melihat seperti semula, tangis Ashley pecah. Dia berlari menghampiri Vallerie lalu memeluk tubuh gadis itu.

"Bun, e-eh bu kenapa? Ada yang buat ibu sedih?" tanya Vallerie dengan polosnya.

Tidak ada jawaban dari Ashley, dia masih menangis. Tapi itu bukanlah tangisan kesedihan melainkan tangisan bahagia, untung saja Ashley mempunyai uang tabungan sehingga dia bisa melakukan operasi mata Vallerie. Setelah ini, dia ingin membawa Vallerie agar bisa tinggal bersamanya. Tapi bagaimana caranya?

Ashley melepas pelukannya dari tubuh Vallerie, kemudian berucap, "Ibu gak kenapa-kenapa kok, ibu tadi nangis karena seneng lihat kamu akhirnya udah bisa melihat lagi kayak semula."

"Senang banget bu? Sampai ibu nangis?" Vallerie menatap wajah Ashley lekat.

Pertanyaan Vallerie barusan benar-benar membuat Ashley merasa gugup, Ashley hanya bisa menjawabnya dalam hati saja. Dan hal itu membuat Angkasa bertanya-tanya dalam benaknya, ada hubungan apa antara Vallerie dan Ashley? Kelihatannya mereka sangat dekat, seperti bukan antara murid dan guru.

Bab berikutnya