webnovel

Mencari Dan Dicari

Waktu menunjukkan pukul 5 sore, sudah 3 jam sejak kedatangan anggota BEM ke desa terpencil itu. Anak-anak itu pun sedang beristirahat, ada yang tertidur, ada yang hanya berbaring, atau bermain ponsel. Tapi tidak berlaku bagi Ali, ia malah merasa bosan berada di dalam rumah. Akhirnya, ia memutuskan untuk keluar dan mencari udara segar di kebun teh sekitar.

Ali sudah cukup hafal jalan utama di sana, jadi ia tidak takut tersesat jika hanya ke kebun teh. Sesampainya di kebun teh, Ali menghirup udara sore yang terasa sejuk. Rasa lelah yang tadi di rasakan tubuhnya seketika hilang, dan berganti dengan ketenangan yang sejuk.

Saat sedang asik menikmati udara di kebun teh itu, tiba-tiba suara seseorang menyapa indera pendengarnya. Tentu Ali mengenal suara itu, lalu ia tersenyum dan berbalik menatap seseorang yang memanggilnya.

"Assalamualaikum kak Ali." Ucap orang itu dengan santai.

"Waalaikum sallam Fatimah, sedang apa kamu di sini?" Jawab Ali langsung bertanya.

Fatimah, wanita cantik itulah yang menyapa Ali hingga membuat senyum di bibir Ali terlihat.

"Menikmati suasana, bosan jika terus diam di rumah. Kak Ali sendiri, sedang apa di sini?" Balas Fatimah dengan senyumnya.

"Tidak jauh berbeda, aku juga merasa bosan di rumah. Jadi aku memutuskan keluar, dan mencari udara segar." Jawab Ali dengan tenang.

"Begitu." Balas Fatimah sambil mengangguk paham.

"Kamu sudah istirahat? Pasti lelahkan menempuh perjalanan panjang, kenapa tidak tidur saja?" Tanya Ali mengingatkan.

"Tadi si cukup terasa lelah, tapi sekarang sudah tidak. Aku tidak biasa tidur sebelum Isya, nanti kebablasan tidak solat." Jawab Fatimah dengan gelengan kecilnya.

Ali mengangguk paham, ternyata Fatimah memiliki pemikiran yang sama dengannya.

"Begitu, bagaimana kalau kita keliling sebentar? Sambil mengingat jalan untuk tugas besok." Ajak Ali pada Fatimah.

"Boleh, tapi tidak lama kan?" Jawab Fatimah sedikit ragu.

"Tidak kok, kan sudah mau sore juga." Balas Ali meyakinkan.

"Ya sudah, ayo." Jawab Fatimah dengan senyumnya.

Ali dan Fatimah pun melangkah melewati kebun teh, mereka berkeliling kampung sebentar untuk mengingat jalan. Sambil sesekali menyapa warga sekitar, agar mereka bisa menerima kedatangan anggota BEM dengan baik tanpa masalah apapun.

Di sisi lain, Putri merasa bosan bermain dengan ponselnya terus menerus. Akhirnya ia menutup ponselnya dan melangkah keluar, ia mencari dimana keberadaan Fatimah. Sejak tadi temannya itu tidak terlihat, Putri jadi sedikit khawatir. Akhirnya putri melangkah keluar dari area rumah, lalu tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya.

"Putri!" Panggil seseorang.

Putri berhenti melangkah, lalu ia menoleh ke belakang, ternyata ada Aziz yang memanggil Putri.

"Assalamualaikum, maaf ya panggil kamu sekencang itu." Salam Aziz dengan nafas terengah-engahnya.

"Waalaikum sallam, tidak apa-apa kok. Memangnya kenapa kakak panggil aku?" Jawab Putri dengan heran.

"Itu, kamu lihat Ali tidak?" Tanya Aziz pada Putri.

"Hah, kak Ali? Aku tidak lihat, aku saja baru keluar." Jawab Putri dengan bingung.

"Gitu ya, duh kemana ya si Ali? Keluar kok gak bilang-bilang, jadi khawatir kan." Balas Aziz dengan kesal campur khawatir.

"Ya sudah, kita cari saja kak. Kebetulan aku juga mau mencari Fatimah, sejak tadi ia tidak kelihatan." Usul Putri pada Aziz.

"Oh iya, boleh tuh. Ayo kita cari bersama, semoga aja ketemu ya?" Jawab Aziz setuju.

Putri mengangguk dengan senyumnya, lalu ia melangkah bersama Aziz keluar dari area rumah untuk mencari Ali dan juga Fatimah.

Kembali pada Fatimah dan Ali, mereka menemukan banyak hal menarik di desa itu. Mulai dari PLTA, sampai ke perkebunan yang di campur jenis tanamannya. Untuk mahasiswa dan mahasiswi yang suka penelitian, tentu Ali dan Fatimah sangat tertarik dengan hal itu. Lalu mereka mengunjungi salah satu sawah yang unik itu, dan melihat lebih jelas sistem tanam mereka.

"Pak ini kenapa satu lahan ini tanamannya berbeda-beda? Memangnya tidak rugi?" Tanya Ali ingin tau.

"Ya bagaimana den, saya tidak punya cukup modal untuk membeli bibit unggul salah satu tanaman. Jadi ya saya tanam saja apa yang ada, lumayan untuk makan sehari-hari." Jawab petani itu dengan wajah sedihnya.

Ali dan Fatimah merasa tersentuh mendengar hal itu, lalu mereka saling melirik dan memutuskan untuk membantu sedikit agar petani itu bisa membeli bibit unggul salah satu tanaman.

"Ya sudah pak pakai uang saya saja, ini bapak ambil dan belikan bibit unggulnya." Ucap Ali pada petani itu.

"Nah, dan ini untuk keperluan lainnya. Tidak banyak si, tapi cukup untuk membeli obat tanaman yang di butuhkan." Lanjut Fatimah sambil memberikan beberapa lembar uang.

"Terima kasih den, terima kasih neng, kalian orang-orang yang baik. Semoga kalian berjodoh, aamiinn." Balas petani itu dengan yakin.

Ali dan Fatimah bingung mau mengaminkan atau tidak, tapi karna itu doa yang baik jadi mereka aminkan dalam hati tanpa menyebutnya secara langsung.

"Ya sudah pak, kalau begitu saya dan teman saya pamit dulu ya? Sudah mulai petang, takut keburu gelap nanti." Pamit Ali sekalian mewakilkan Fatimah.

"Oh iya den, neng, silahkan." Jawab petani itu dengan senyumnya.

"Mari pak, Assalamualaikum." Salam Ali dan Fatimah bersamaan.

"Waalaikum sallam." Jawab petani itu.

Ali dan Fatimah meninggalkan tempat itu, lalu melangkah kembali jalan yang tadi mereka lalui. Dan saat tiba di kebun teh, Ali dan Fatimah yanga akan pulang itu bertemu dengan Aziz dan Putri yang memang sengaja menyusul mereka karna khawatir.

"Assalamualaikum." Ucap Ali dan Fatimah.

"Waalaikum sallam" jawab Aziz dan Putri.

"Akhirnya ketemu juga, kalian tidak apa-apa kan?" Ungkap Putri dengan khawatir.

"Tidak, aku dan juga kak Ali baik. Kenapa kalian di sini?" Jawab Fatimah bingung.

"Aku dan kak Aziz mencari kalian, habisnya kalian menghilang bersamaan sih." Balas Putri menjawab.

"Iya, tadi saat saya keluar rumah untuk mencari Ali saya lihat Putri juga sedang di luar. Jadi saya bertanya sama dia, eh ternyata Fatimah juga tidak ada katanya. Ya sudah kita cari bersama, dan untungnya ketemu." Jelas Aziz dengan apa adanya.

"Oh begitu, maaf ya jadi merepotkan. Tadi aku dan kak Ali berkeliling sebentar untuk mengingat jalan, agar besok saat tugas tidak ada yang tersesat." Balas Fatimah memberitahu.

"Ya sudah tidak apa, yang penting kalian baik-baik saja." Jawab Putri dengan senyumnya.

"Baiklah teman-teman, lebih baik sekarang kita kembali ke rumah singgah. Karna hari sudah gelap, tidak baik jika kita terus berada di luar seperti ini." Ajak Ali pada Fatimah, Putri, dan Aziz.

Semuanya mengangguk setuju, lalu mereka sama-sama melangkahkan kaki mereka untuk pulang kembali ke rumah singgah masing-masing. Karna malam telah tiba, situasi menjadi gelap.

Bab berikutnya