webnovel

Sebuah Akhir 2

"Tidak apa-apa," kata Renee sambil memeluk Leo, ia tersenyum tipis dan memejamkan matanya. "Aku tidak akan mati hanya karena kehilangan kekuatanku."

Renee menghibur Leo yang memeluknya seperti seorang anak kecil, lagipula ia juga tidak mau menjadi makhluk abadi yang tidak bisa terluka, ia merasa dirinya tidak ada bedanya dengan monster kalau ia terus seperti itu.

Dan juga, sumber masalah mereka sudah tidak ada lagi.

Renee menatap tubuh Celia yang sudah terpisah dari kepalanya, ia menghela napas panjang.

"Renee!"

Dylan berlari dengan darah yang mengalir di kepalanya, tapi matanya itu terlihat berbinar penuh kebahagiaan.

"Renee, kau adalah Dewi, kau menyelamatkan kami!"

Arthur di belakang Dylan tidak mengatakan apa-apa, kakinya terluka dan dengan setengah pincang menyusul. Matanya menatap tubuh Celia yang tragis, sedikit takut ketika ia melihat Leo yang masih memeluk Renee.

Arthur tidak pernah melihat Leo seperti tadi, terlalu menakutkan untuk diingat.

"Apakah ini berakhir?"

Dylan menjatuhkan dirinya di atas dinding yang telah roboh ke bawah, ia menatap langit-mangit Mansion yang telah runtuh, cahaya matahari bersinar menembus ke bawah, membawa rasa hangat di tempat yang selama ini dingin dan lembab.

Leo melepas pelukan Renee, ia menatap tangannya yang tertimpa sinar matahari, wajahnya memperlihatkan raut tidak percaya.

Yah, Rene tahu … mungkin dalam lima tahun, sinar matahari merupakan sesuatu yang sangat mahal bagi Leo, ia tidak bisa keluar kalau tidak ada permintaan dari Celia, ia hanya diam dan diam, menghindari sinar matahari.

"Terima kasih," kata Leo dengan suara lirih, ia menatap Renee dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih, Renee."

Leo tidak pernah membayangkan kalau ia akan bersikap seperti ini di depan orang yang ia sukai, ia tidak bisa menahan emosinya.

"Ya ampun, jangan menangis."

Renee tertawa dan menepuk pipi laki-laki itu, sikap Leo ketika pertama kali ia datang ke kota Dorthive sangat berbeda dengan yang sekarang.

Dulu, ia terang-terangan mengatakan kalau ia tidak suka dengan aroma parfumnya, sekarang laki-laki itu memeluk dirinya beberapa kali padahal tubuhnya penuh darah dan lumpur.

Lucunya.

Renee tersenyum tipis, semuanya tidak seburuk yang ia bayangkan.

SRUK … SRUK ….

Terdengar suara reruntuhan yang bergerak, Renee langsung mengalihkan pandangan dan menemukan orang-orang yang bangkit.

Mereka adalah orang yang selama ini menjadi monster, mereka saling tatap dan melihat tubuh masing-masing.

"Kita … kembali?"

"Aku … hidup?"

"Astaga, aku … manusia?"

Beberapa gumaman-gumaman rendah muncul dengan penuh pertanyaan, mereka kemudian melihat ke sekitar dan menemukan keluarga mereka, penuh dengan perasaan haru dan isak tangis.

Sampai mereka menyadari kalau sebenarnya mereka sekarang berada di reruntuhan Mansion keluarga Emmanuel dan menemukan Marquis mereka yang penuh luka di mana-mana.

"Marquis …."

"Aku baik-baik saja."

Leo tersenyum, di saat seperti ini tidak akan ada yang percaya bahwa mereka baik-baik saja, tapi setidaknya perkataan itu bisa membuat semua orang merasa sedikit tenang.

"Semua sudah diatasi, kita tidak akan menjadi monster lagi, benar bukan Marquis?"

Leo melirik Renee, kemudian ia menganggukkan kepalanya dan sorakan langsung terdengar penuh keharuan, mereka menatap Renee dengan penuh rasa terima kasih.

Mereka tahu kalau orang berjiwa suci yang dikirim oleh Ratu telah menyelamatkan mereka dari penderitaan yang telah mendera mereka selama lima tahun terakhir.

Renee tersenyum tidak berdaya ketika satu persatu dari mereka mengucapkan terima kasih dan memegang tangannya.

Dylan menghela napas dan tertawa lepas untuk pertama kalinya, Arthur yang ada tak jauh darinya juga ikut tertawa, padahal tidak ada sesuatu yang lucu, hanya saja mereka merasa ingin tertawa karena akhirnya semuanya telah berakhir.

Kekuatan Celia yang menyelimuti kota Dorthive telah menghilang, semua orang bersukacita dan kembali ke rumah mereka masing-masing di bawah sinar matahari yang bersinar cerah.

"Syukurlah kalau semuanya berakhir."

Renee menghela napas pelan, mereka berjalan keluar dari ruang bawah tanah dan melihat Mansion yang runtuh dengan perasaan yang aneh, tidak ada kesedihan atau keanehan sama sekali.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Dylan berkacak pinggang, ia tidak tahu sudah berapa banyak waktu berlalu dan pasti mereka telah ketinggalan beberapa pekerjaaan dari Kerajaan.

"Pertama, kita harus pergi ke Mansion keluarga Fern." Leo menatap ke sisi lain dari kota Dorthive, di bukit yang bersebelahan dengan mereka sebuah Mansion berdiri dengan kokoh.

Mansion keluarga Fern, rahasia kelam seperti apa yang sebenarnya tengah kalian sembunyikan?

"Kupikir, kalian perlu seseorang yang bisa membantu." Arthur sebenarnya bukan orang yang suka berurusan dengan orang lain, apalagi kalau itu adalah Leo. Tapi ia berhutang budi pada Renee.

"Siapa?" Dylan menoleh, rasa kesalnya pada Arthur sudah sedikit berkurang.

"Pelayan ular itu." Arthur menunjuk ke lantai pertama yng dindingnya telah berlubang, Ivana masih tergeletak di lantai dengan tidak berdaya, cahaya jingga yang menjeratnya telah tiada tapi ia tetap tidak bisa melarikan diri. "Kurasa ia lebih banyak tahu daripada aku."

Arthur tidak memiliki pengetahuan tentang keluarga Fern, yang ia tahu Tuannya hanya sosok berjubah dan memiliki kekuatan yang sangat kuat.

"Tampaknya kita punya banyak hal yang akan kita lakukan," kata Renee sambil menoleh ke arah Leo, ia tersenyum tipis. "Aku benar, bukan?"

Leo menatap Renee, tangan wanita itu menggenggam tangannya dengan erat. Seakan-akan ia sedang memberikan dukungan pada Leo.

"Aku tidak akan pergi lagi."

Renee tahu kalau kata-katanya terdengar konyol, tapi ia benar-benar tidak ingin meninggalkan Leo lagi.

Ia ingin ada di sisi Leo, menghadapi semua kesulitan di kota Dorthive bersama-sama.

Leo tertegun, di bawah sinar matahari yang bersinar cerah ia melihat Renee tersenyum. Rasa-rasanya itu jauh lebih baik daripada pemandangan yang pernah ia lihat di atas panggung teater dulu.

Mungkin karena saat ini, ia dan Renee saling mengenal dan perasaan mereka jauh lebih kuat daripada yang sebelumnya.

Mungkin juga, karena sinar matahari yang bersinar indah ini membuat perasaan mereka menjadi lebih kuat.

Yah, apa pun itu … Leo rasa, ia juga tidak akan bisa membiarkan Renee pergi darinya lagi.

"Aduh, apa-apaan ini? Aku tertinggal sesuatu?" Bella yang masih penuh lumpur menuruni tangga tangga, ia menyipitkan mata melihat Arthur. "Ya ampun, orang yang kubenci bertambah satu."

"Bella!" Renee melepas tangan Leo dan berlari ke arah wanita itu, Bella tersenyum dan memeluk Renee. "Syukurlah kau baik-baik saja!"

"Ya, berkat kau." Bella tersenyum tipis.

Semuanya memang berakhir, Celia telah tiada. Tapi bukan berarti semua rahasia di kota ini telah terungkap.

Keluarga Fern dan Ratu Ginevra.

Leo menatap Renee yang berbicara dengan Bella, Dylan berada di dekatnya dan mengulas senyuman.

Yah, mereka tidak bisa terburu-buru menyelesaikan semua ini. Setidaknya semua orang aman dan hidup, itu cukup untuk sekarang.

Bab berikutnya