BRAKH!
Renee menelan ludah, ia mendekat ke arah Leo dan melihat ke sekitar yang gelap gulita, tangannya tanpa sadar menarik tangan Leo.
Ia tidak pernah berada dalam posisi seperti ini sebelumnya dan ia juga tidak pernah berurusan dengan monster.
"Leo, apakah kita akan baik …."
PRANG!
Jendela yang selalu ditutupi tirai itu pecah dihantam dari luar, tirai itu robek berserta dengan pecahan kaca yang berhamburan ke dalam, cahaya matahari langsung bersinar terang.
Leo menarik tangannya dari Renee, menggerakkan kursi roda untuk mundur hingga terantuk ke dinding, Renee menoleh dengan bingung, belum sempat ia menanyakan apa yang terjadi, sosok hitam besar langsung menerobos jendela.
"Marquis …."
Sosok hitam itu menggerakkan kepala, ke kiri dan kanan, Renee mundur tanpa sadar, mata monster itu hitam sepenuhnya, bergerak melihat ke setiap sudut ruangan mencari-cari sosok Leo.
"Marquis … kau harus … bertanggung jawab …."
Tidak, sepertinya ia hanya melihat sudut yang terkena cahaya.
Renee langsung melihat Leo yang ada di sudut tergelap, masih duduk di kursi rodanya. Sekali lagi, Renee tidak benar-benar mengerti apa yang terjadi.
BRAKH!
Sosok itu melompat dengan gelisah, menghantamkan tubuhnya ke lemari, buku-buku yang ada di dalam sana berjatuhan ke atas lantai, guci yang terpajang hancur berkeping-keping.
Monster itu mengaum, menggerakkan tangannya menghancurkan apa pun yang ada di dekatnya.
"Renee," gumam Leo yang ada di belakang. "Tolong bawa aku pergi dari sini."
Renee yang masih kebingungan sedikit lambat, ia ingin bertanya kenapa Leo tidak menggunakan kakinya sendiri untuk lari, tapi ia sekarang terlalu takut, kakinya mendobrak pintu yang ada di sisi dan menarik Leo.
"Marquis!"
Monster itu sepertinya mendengar gerakan gegabah Renee yang mendorong kursi roda, ia melompat dengan kakinya yang panjang, menarik kursi roda.
Leo tidak mengubah wajahnya sedikit pun, seakan berusaha untuk tetap tenang, karena tarikan monster itu, kursi rodanya terbalik, Laki-laki itu jatuh ke atas lantai dengan suara berdebam, Renee langsung menarik Leo ke sudut lemari.
Monster itu mengangkat kedua tangannya, menghancurkan kursi roda dengan suara yang keras. Terdengar teriakan dari dalam dan pintu terbuka, Ivana masuk dengan busur panah di tangannya.
"Dasar Iblis! Beraninya kalian mengganggu Tuan!" Ivana menembakkan panah dan langsung mengenai leher dan bahu sang monster. "Pergi dari sini!"
Teriakan Ivana bergema dengan suara monster yang menjerit nyaring karena rasa sakit akibat panah yang menusuk, mosnter itu menabrakkan dirinya ke dinding, berlari keluar.
Renee tidak pernah melihat Ivana begitu marah, ia masih memegangi lengan Leo dan memperhatikan kalau wajah laki-laki itu sekarang mulai pucat.
"Leo, kau baik-baik saja, kan?"
Seakan tersadar, Ivana langsung melepaskan busur di tangannya, ia berbalik ke arah Leo. "Apakah Tuan baik-baik saja? Ada yang terbakar?"
"Tidak, aku …." Leo tanpa sadar menyembunyikan tangannya yang dipegang Renee ke belakang tubuhnya, tangannya yang lain menyentuh tangan Ivana. "Aku baik-baik saja, cepat perbaiki jendela dan tirainya."
Ivana terdiam sesaat, lalu mengangguk. Para Pelayan datang dengan tirai yang baru dan segera memperbaiki jendela yang rusak.
Renee melirik Leo yang diam, matanya melirik tangan Leo.
Itu terbakar, punggung tangan laki-laki itu berwarna hitam seakan telah terbakar di atas bara api.
Sepertinya saat Leo jatuh, tangannya terkena sinar matahari.
"Tuan, ini kursi roda yang baru." Pelayan laki-laki datang membawa kursi roda dan membantu Leo untuk duduk kembali, Renee bisa melihat kalau Leo dengan hati-hati menyembunyikan luka bakar yang ada di tangannya.
Wajah laki-laki itu pucat pasi, menahan rasa sakit.
"Aku akan membawa Leo untuk istirahat." Renee langsung mengajukan diri, Ivana mengangguk dan sibuk membereskan kekacauan yang ada di ruang kerja.
"Pergi." Leo langsung setuju, Renee tanpa menoleh lagi membawa Leo keluar dan menjauh dari semua orang.
"Apakah itu sakit?" Renee berbisik, ia tidak mengerti dengan segala keanehan yang terjadi di sini, tapi ia tidak tega melihat Leo yang menahan rasa sakit.
"Apa yang kau katakan?"
Renee menghentikan langkahnya saat mereka ada di depan pintu kamar Leo, ia menarik tangan laki-laki itu dengan keras.
"Aku tidak bisa dibohongi lagi, apa ini?"
Leo mendengkus, lalu mata hitamnya itu menyipit ke arah Renee.
"Lalu … apa yang ingin kau lakukan?"
"Apa ini?!"
"Aku terbakar," sahut Leo dengan santai, ia menarik tangannya, tapi Renee malah menahannya lebih keras lagi. "Ini adalah hal yang biasa saat terpapar sinar matahari."
"Bagaimana bisa? Bukankah kemarin kita keluar dan kau baik-baik saja?"
Baru saja kemarin mereka mengunjungi Mansion keluarga Fern, Leo tetap baik-baik saja dan tubuhnya tidak terbakar sedikit pun, tapi hari ini, hanya sedikit sinar matahari yang terkena tangannya dan menyebabkan tangannya terbakar.
Leo tersenyum tipis, ia menunjuk laci yang ada di sudut. "Ada kotak obat di sana."
"Kau harus menjawab pertanyaanku karena sekarang aku terjebak bersamamu."
"Ya." Leo menggulung lengan bajunya, Renee datang dengan kotak obat di tangannya. Laki-laki itu mengisyaratkan agar mereka masuk ke dalam kamar. "Segera tutup pintunya sebelum dia tahu."
Renee langsung menutup dan menguncinya, Leo berdiri dari kursi roda dan duduk di sofa dengan nyaman. Renee menarik kursi dan meletakkan kotak obat di sampingnya.
"Siapa dia? Apa dia yang membuat semua keanehan ini?" Renee bertanya sambil menuangkan alkohol ke kapas, menyeka luka di punggung tangan Leo dengan hati-hati.
"Ya, itu dia." Leo tersenyum tipis, membiarkan tangannya diobati oleh Renee. "Dia punya kendali atas diriku."
"Maksudmu … kau … jika kau bisa keluar dan terkena matahari, itu adalah persetujuan dari dia? Siapa dia ini? Kenapa harus ada persetujuan darinya? Lalu monster yang mengincarmu tadi …."
Renee teringat dengan perkataan Ivana saat ia ingin melarikan diri, ia tidak bisa keluar Mansion tanpa persetujuan Leo, sedangkan Leo sendiri harus meminta persetujuan orang lain agar tubuhnya tidak terbakar sinar matahari, apa maksudnya ini?
Apa ada seseorang yang lebih mengerikan daripada Leo?
Atau selama ini ia terjebak dalam kesalahpahaman yang sangat fatal tentang laki-laki ini?
Renee masih terjebak dalam pikirannya ketika Leo sudah sepenuhnya ia obati.
"Itu sulit dijelaskan, tapi aku memang tidak bisa keluar sesuka hati." Leo menghela napas panjang, ia menggerakkan tangannya yang sekarang sudah terbalut perban. "Aku tahu kau sudah mendengar banyak hal dari Ivana dan aku tidak akan mempengaruhimu, tapi …."
Leo menggerakkan kakinya, menatap lentera yang menyala di sudut ruangan, kamar Leo terlalu luas dan banyak buku-buku yang berjejer di dalam lemari, Renee tidak bisa melihat keindahannya karena saat ini ia hanya fokus pada Leo yang ada di depannya ini.
"Kuharap kau bisa … ." Leo menutup mulutnya, ia lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Tidak, lupakan saja."