webnovel

Sampai Di Bali

Senja akan berganti menjadi malam sebentar lagi. Bara dan juga Anna terlihat baru saja keluar dari bandara. Mereka terlihat seperti sepasang suami istri yang hidup dengan bahagia.

Sampai saat ini, Bara masih belum memikirkan bahwa ada hati yang akan menangis jika mengetahui tingkah lakunya ini.

Meskipun tadi sudah mendapatkan peringatan dari sang mama tapi Bara sama sekali tak peduli. Ia adalah laki-laki dan ia juga sudah dewasa, tak akan lagi ia biarkan kedua orang tuannya itu ikut campur dengan hidupnya.

Bagaimanapun berakhirnya hubungan nya dengan Kara nanti biarkan ia lah yang menentukan.

Perceraian akan terjadi jika ia berkehendak, jadi selama ia tak berkehendak maka selamanya tak akan pernah terjadi perceraian tersebut.

"Kita nginap dimana Bar?" Tanya Anna, ia masih bergelayut manja di lengan tangan Bara dan Bara sama sekali tak merasakan risih dengan apa yang dilakukan oleh Anna itu.

"Bukannya Restu yang mengundang kita? Apakah kita nggak akan mendapatkan kesempatan untuk tinggal di resort nya?" Tanya Anna, ia melepaskan tangannya dari lengan Bara.

"Sudahlah, untuk apa? Aku masih sanggup untuk bayar hotel Anna." Jawab Bara.

Ia tak pernah ingin menerima gratisan karena memang ia masih punya cukup uang untuk membayar hotel meskipun satu tahun kedepannya.

"Ah tidak, Restu yang mengundang dan seharusnya Restu lah yang bertanggung jawab untuk ini."

Baru saja ia ingin menelpon Restu tiba-tiba laki-laki itu sudah ada di hadapan mereka.

"Hai Bar, Hai Anna." Ucap Restu sambil tersenyum menyambut mereka berdua.

"Apakah sudah lama sampai nya?" Tanya Restu lagi.

Bara menaikan alisnya karena tak mengerti bagaimana bisa Restu ada disini? Padahal mereka pergi nya tidak ada memberitahu terlebih dahulu.

Anna langsung memeluk Restu, "Hai Res, makin ganteng aja ya." Ucap Anna dalam pelukan Restu dan hal itu masih bisa didengar oleh Bara dengan jelas.

"Ck! Kamu bisa saja, kamu juga makin cantik aja sekarang, semakin serasi dengan Bara." Jawab Restu Sambil menguraikan pelukannya pada Anna.

Anna nampak bersemu merah ketika mendengar pujian yang dilontarkan oleh Restu barusan padanya itu.

Sementara Bara ia hanya melihat saja tanpa mengeluarkan satu kata apapun.

Restu tersenyum, "Ayo ikut aku. Biar aku tunjukkan kota Bali ini pada kalian berdua." Ucap Restu sambil menuntun mereka berdua masuk ke dalam mobil miliknya.

Tadi mereka sudah sampai satu jam yang lalu, dan Anna sengaja melambat keluar agar bisa pas-pasan dengan Restu yang menjemput. Saat akan terbang kesini ia sudah mengirim pesan pada Restu untuk menjemput mereka nanti di bandara.

Dan karena tadi Restu ada sedikit urusan tentang persiapan acara reunian mereka makanya agak sedikit lama dan itulah mereka berdua baru keluar sekarang, Anna beralasan sakit kepala jadi ingin duduk sebentar.

Bara yang tidak tahu apa-apa itu hanya bisa menurut saja.

Dan hal itu masih ia lakukan, meskipun tak tahu apa yang terjadi tapi ia tetap saja mengikuti Anna yang saat ini menariknya untuk masuk ke dalam mobil Restu.

"Kita tinggal di resort kamu kan Res?" Tanya Anna langsung pada intinya saja saat mereka bertiga sudah berada dalam mobil.

"Iya, bagaimanapun kalian kesini karena undangan dariku bukan? Jadi aku harus bertanggung jawab atas semuanya dari tempat tinggal dan juga makan kalian berdua. Anggap saja ini balasan untuk kalian yang sudah begitu baik dan masih ingin berteman denganku yang miskin ini."

"Ck! Dulu sih emang miskin tapi sekarang udah nggak lagi. Jangan terlalu merendahkan diri seperti itu Res, kita berteman dengan kamu itu memang tulus dari hati bukan karena ada apanya." Jawab Anna.

Sementara sejak tadi Bara hanya diam saja, ia lebih memilih melihat Bali di luar sana dari jendela mobil Restu.

Tak ada sedikitpun niat di hatinya untuk ikut larut dalam obrolan keduanya saat ini.

Pikiran nya melayang kesana kemari memikirkan di tempat sebesar ini kemana ia bisa menemukan Kara dan juga kedua orang tuanya.

Jika ia harus mengecek satu persatu hotel maka akan membutuh kan waktu yang lama bahkan satu hari tak akan cukup untuk melakukan itu. Sementara ia saat ini sedang bersama dengan Anna, akan menimbulkan kecurigaan nanti jika ia pergi sendiri meninggalkan Anna.

Apakah ia harus menyewa orang lagi untuk mencari keberadaan Kara? Ah, sepertinya opsi itu adalah hal yang paling tepat yang bisa ia lakukan sekarang.

Apalagi besok malam adalah hari reunian jadi sudah pasti besok ia tak akan diizinkan oleh Anna untuk pergi kemanapun.

"Huh! Menyebalkan sekali!" Rutuk Bara dalam hatinya.

Coba saja kara tak berulah dan tetap seperti biasanya saja yang sekali nurut dan percaya padanya pasti hal ini tak akan terjadi. Ah, tapi sudah lah. Sedikit banyak ia tahu bahwa orang tuanya lah yang berperan penting dalam memprovokasi Kara hingga wanita itu melakukan pemberontakan seperti ini.

Ia juga pernah pulang pagi, pulang Subuh atau tidak pulang sama sekali selama hampir tiga bulan tapi Kara tak bertingkah seperti ini. Masih saja senyum di wajahnya lah yang menyambut kepulangan nya waktu itu.

Tak ada tanda-tanda ia marah atau hal lainnya, yang ada hanyalah senyum dan senyum saja.

Atau ini adalah bentuk rasa sakit yang selama ini ia tahan? Apakah ini yang dinamakan melawan dalam diam? Iyakah seperti itu?

Bara menggelengkan kepalanya untuk menepis Semuanya itu, ia tahu dan ia kenal siapa Kara itu yang berstatus sebagai Istrinya selama ini.

"Bagaimana Bar, kita ikut nggak?" Tanya Anna yang langsung membuat Bara kembali pada kesadarannya semula.

Ia menoleh ke arah Anna yang ada di sampingnya itu dengan kening yang berkerut.

"Kemana?" Tanya Bara yang tak mendengarkan apa pun yang telah mereka bicarakan tadi karena ia juga tenggelam dengan pikirannya sendiri sejak tadi.

Anna memajukan bibirnya ke depan karena kesal bahwa ternyata sejak tadi obrolan yang ia pikir itu adalah hal yang menyenangkan Ternyata sama sekali tak di simak oleh Bara.

Sejak di pesawat tadi ia melihat bahwa Bara seperti berbeda, seperti ada yang sedang ia pikirkan tapi ia sendiri tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Bara itu. Laki-laki itu terlalu sulit untuk ditebak jalan pikirannya melalui ekspresi nya.

Melihat ekspresi Anna itu membuat Restu yang sedang menyetir terkekeh. Wanita itu terlihat begitu menggemaskan sekali dengan ekspresi seperti itu.

Bara melihat ke arah Restu yang terawat, ia semakin tak mengerti apa yang mereka bicarakan sejak tadi itu.

"Ada apa?" Tanya Bara yang sama sekali tak mendapatkan jawaban apapun.

Bab berikutnya