webnovel

Chapter 19 : Red Elf

"Ayo pergi." Tarik Nuk, menyadarkan Vera dari kejutan yang Akuji berikan saat dia membawa Vera menjauh dari pandangan kucing itu.

 

Kenapa kucing itu lebih menargetkan Akuji daripada Nuk atau Vera? Sederhana saja, itu karena dia merasa bahwa mereka berdua tak lebih berbahaya dari Akuji. Gerakan Akuji mungkin tidak banyak terlihat tapi, perhatian kucing yang segera teralih kepadanya begitu Yaka mati menjelaskan segalanya.

 

Sejak party mereka tak memiliki seorang tanker, Nuk tahu bahwa itu memiliki arti berarti sederhana. Kerusakan yang Akuji tangani lebih dari cukup untuk membuat aggronya berada di tempat kedua, mengalahkan gangguan kedua orang itu.

 

Melihat Akuji yang dengan gila berlari menuju kucing itu, dia bertanya-tanya berapa sebenarnya level dari pemuda itu sejak dia menyembunyikannya. Bukannya Nuk sama sekali tak terkejut dengan tindakan Akuji mengeluarkan keduanya, dia hanya bisa dengan cepat menemukan jawabannya melalui pertanyaan pertama Akuji.

 

Dengan mengeluarkan mereka dari party, bahkan jika Akuji mati perhatian kucing itu takkan terarah langsung ke mereka. Dan dengan mereka sendiri memiliki aggro dari kucing itu karena telah menyerangnya, kucing itu sendiri masih akan mencari mereka dan di bagian inilah Playing Dead berguna.

 

Mengalihkan perhatiannya ke Akuji, Nuk bertanya-tanya apakah pemuda itu dapat bertahan karena dengan peralatan campur aduk miliknya. Levelnya tak mungkin terlalu tinggi dan begitu pula kesehatannya sejak kerusakan yang diberikannya sangat curam.

 

"Apa dia adalah pemain tipe meriam kaca?" gumam Nuk, merasa bahwa dia benar meski tak dapat merasionalisasikan tindakan Akuji ini. Bukankah bersembunyi lebih baik untuk mengukur waktu? Atau ...

 

"... Dia hanya ingin mati?" Nuk bertanya-tanya, melihat kaki kucing itu berayun menuju Akuji sebelum dia menghilang.

 

Apakah dia telah mati begitu saja? Nuk tidak yakin untuk sesaat sejak tidak ada mayat tergeletak di sana sebelum Akuji segera muncul di tempat lain.

 

Back Step! Skill pergerakan dari Pohon Skill Assassin!

 

'Bukankah itu skill Tier 2?!' Mata Nuk membelalak.

 

Tak menunggu kejutan yang diterima oleh orang yang melihatnya surut, Akuji memulai casting Elemental Arrow begitu melihat kucing itu kebingungan.

 

Shut!

 

Dan panah sihir pun melesat, mengeluarkan kilauan lebih sejak efek Back Step —memperkuat satu serangan berikutnya setelah skill itu diaktifkan— mengenai kucing itu dan berhasil membuatnya mengeong geram.

 

Sejak Akuji telah membuka akses untuk Pohon Skill Assassin, dia telah melakukan pencarian sederhana dan merasa sangat berterima kasih kepada Blaise.

 

Apa itu assassin? Mereka adalah pembunuh dan praktis pohon skill mereka memiliki set orientasi untuk memaksimalkan kekuatan serangan. Membuat Akuji segera mempelajari skill-skill itu, walau terbatas pada skill jenis buff dan support sejak sihir masihlah satu-satunya jalan yang dia yakini.

 

Dan pilihannya telah terbukti, kekuatan serangannya naik cukup untuk membuat dia yakin dia bisa membakar dirinya sendiri suatu saat nanti. Dan reaksi kucing liar itu hanya membuatnya terlihat lebih imut di mata Akuji. Bagaimana dia tidak berpikir bahwa kucing yang akan menjadi malaikat pencabutan nyawa baginya itu tidak imut?

 

Melihat kucing itu akan menyerangnya lagi, Akuji hanya merespons ringan.

 

"Assassin Stab," ucapnya, mengaktifkan skill yang langsung membuat serangan yang menusuk kucing itu di muka.

 

Bila skill seperti Elemental Arrow akan berubah tergantung elemen yang skill itu miliki seperti Fire Arrow jika itu adalah elemen api, maka Assassin Stab pun juga demikian. Hanya saja, arah serangan lah yang menentukannya, menjadikan skill ini memiliki variasi seperti Front Stab, Side Stab, dan akhirnya Back Stab yang memberi kerusakan tertinggi.

 

Kekuatan Front Stab sendiri adalah yang terlemah tapi Akuji tidak peduli, dia lebih tertarik pada bagaimana dia pun bisa melakukan serangan menusuk ke kucing itu bahkan tanpa memiliki senjata tajam? Bagaimanapun, itulah yang disebut kekuatan efek skill!

 

Akuji tertawa ringan melihat bagaimana kucing itu bereaksi sebelum mundur dengan Evasion dan Swift Run yang dipadu. Layaknya seorang pemilik kucing yang tengah menggoda peliharaannya.

 

Hingga akhirnya kucing itu melompat, mencoba menerkam Akuji sementara dia hanya merentangkan tangan seolah ingin memeluk tubuh kucing itu. Bagaimanapun, dia telah mengeluarkan semua skill yang dia miliki dan tidak berniat menjatuhkan kucing itu, bahkan bukankah hal itu mustahil dari awal?

 

Jika tubuh kucing itu cukup kecil, momen mengharuskan mungkin akan terlihat tapi itu tidak sejak lompatan kucing itu hanya akan menghancurkan tubuh Akuji.

 

Sementara dia hanya tetap tersenyum lepas ....

 

Syurut!

 

... Sampai sensasi yang pernah dia rasakan kembali. Sensasi tak menyenangkan tentang bagaimana rencana kematiannya yang lalu gagal.

 

Apa alasan dibalik Akuji menciptakan situasi di mana Nuk dan Vera dapat kabur dengan selamat? Biarkan mereka fokus hanya berfokus untuk menyelamatkan dirinya sendiri, dan yang paling penting, itu berarti kematiannya tak diganggu!

 

Akuji menunduk hanya untuk melihat sebuah akar pohon yang telah melilit kakinya, dia tahu bawa dia sekali lagi benar. Dan dia tidak menyukainya.

 

Bam!

 

Suara ledakan muncul saat tubuh kucing mendarat, menemukan bahwa tikus yang selama ini mengganggunya hilang. Menoleh ke kanan dan ke kiri, dia tak menemukannya di mana pun sampai—

 

"Explosive Fire."

 

Lantunan ringan telinga kucing itu tangkap saat sebuah anak panah menghampirinya, menghantam dan meledak, mementalkan kucing itu dari posisi aslinya. Menggelengkan kepalanya bingung dari mana itu berasal, mata kucing itu mulai bercahaya sebelum dia dapat menangkap sesosok bayangan yang berlari di antara pepohonan, membuat kucing itu mulai mengejarnya.

 

Sampai sebuah lingkaran sihir muncul di tanah memanggil treant —sebuah monster pohon hidup— muncul. Dengan segera mulai menjerat, menghalangi langkah kucing itu.

 

Meski treant itu cukup kuat, itu bukan tandingan si kucing sejak dia sendiri adalah monster bos. Dan tentu dia bukan sesuatu yang bisa ditangani oleh sebuah panggilan belaka. Walau saat dia selesai menjatuhkan pohon itu, bayangan tersebut telah menghilang.

 

Membuat si kucing hanya berjalan ke sana dan ke mari mencari targetnya sebelumnya sebelum menyerah dan kembali saat dia menguap seolah bosan.

 

****

 

Sementara itu ...

 

"Arsy, turunkan aku."

 

"Tidak akan."

 

"Hei, apa menculik seseorang adalah hobimu?" tanya Akuji dengan nada serius melihat lilitan tanaman rambat, yang pasti berasal dari panggilan Arsy masih melilitnya kuat.

 

"Diamlah." Hanya untuk membuatnya mendapat satu kata kuat dari Arsy walau itu tak berhasil membuat Akuji memilih tutup mulut.

 

"Jadi kenapa kau menculikku Arsy?"

 

Mengingat bahwa rencana mereka berangkat adalah besok, Akuji benar-benar merasa dia telah dilecehkan karena kebebasannya direnggut. Di mana kebebasan yang seharusnya ada?!

 

 "Itu semua karena Master Sialanku." Arsy berucap setelah sebuah helaan napas panjang, sebuah jawaban dengan senyum dipaksakan dan emosi membunuh yang jelas terasa di udara.

 

Bukankah biasanya elf adalah seorang pencinta alam yang lebih memilih harmoni dan tak ingin menumpahkan darah yang tidak diperlukan?

 

Akuji berusaha mengingat setting umum dari seorang elf saat melihat Arsy, elf di depannya yang sama sekali tak memiliki relasi dengan tesis semacam itu. Arsy lebih seperti seorang pembunuh yang telah dijamin memiliki hidup panjang.

 

"Elf merah," hela Akuji yang dijawab tatapan merah nan tajam Arsy.