webnovel

19. Patah Hati

"Maksudku, dia menginginkanmu, bahkan jika kau mengembalikan yeouiju padanya dia tidak akan melepaskanmu. Kau akan selamanya menjadi peliharaannya."

Ucapan Arion di hari itu tiba-tiba terngiang di benaknya.

"Dia adalah mahluk jahat yang senang menyekap para gadis dan menyiksanya sampai mati."

"Lucifer ... mana mungkin!" Yena menggelengkan kepalanya, menolak untuk percaya pada kemungkinan yang menakutkan ini.

"Yena!" Suara Lucifer menginterupsinya. Tanpa alasan yang jelas, Yena tiba-tiba merasa tidak nyaman saat mendengar suara Lucifer.

Pria itu datang dengan wajah cerah. Tangannya penuh dengan barang bawaan. Dia menunjukkan semua itu pada Yena sembari tersenyum bangga, "Lihat apa yang aku bawa? Aku membeli semua permata di Seoul seperti keinginanmu."

'Alasan mengapa ia dipanggil Lucifer adalah karena tingkahnya yang menandingi iblis. Kau jangan tertipu dengan sikap baiknya.' Perkataan Arion sekali lagi muncul dan semakin memperjelas ketakutan di hatinya.

Itu membuat senyum langka Lucifer yang biasanya tampak indah, saat ini menjadi sangat menakutkan.

"Kau baik-baik saja?" Melihat Yena hanya bergeming dan menatapnya aneh, Lucifer meletakkan barang-barangnya kemudian menghampiri Yena dan menariknya keluar dari kamar mandi.

"Lihatlah permata-permata ini, apa kau suka?" Lucifer membuka salah satu dari banyaknya kotak perhiasan. Kemudian sebuah benda yang tampak seperti mahkota dengan batu Red Beryl yang mengkilat terlihat.

Seharusnya Yena terpesona, tetapi saat ini pikirannya sedang kacau.

Lucifer memakaikan tiara itu ke kepala Yena dengan hati-hati.

"Menurutku ini yang paling bagus! Lihatlah, sekarang kau baru terlihat seperti Gongju," ujarnya dengan ekspresi datar. Namun, tatapan memuja terpancar dari mata merahnya.

Yena yang masih tidak tau harus berekspresi apa, menyentuh tiara di kepalanya lantas menciptakan kerutan di bibirnya.

"Kenapa harus tiara?" tanyanya.

"Hm?" Lucifer mengerutkan kening, tidak mengerti dengan maksud ucapannya.

"Kenapa harus tiara?" ulang Yena. Gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap Lucifer dengan mata berkabutnya.

"Kau tau? Seorang seniman terkenal pernah membuat sebuah tiara bertatahkan batu permata untuk anjing peliharaannya. Aku bahkan bukan seorang putri, kenapa kamu memberiku sebuah tiara? Apa maksudmu?" Yena mendesak Lucifer dengan tatapannya.

Pria itu mengedipkan matanya, terlihat bingung.

"Apa maksudku? Aku hanya berpikir tiara dengan Red Beriyl ini akan sangat cocok untukmu. Kenapa kau menghubungkannya dengan seniman dan anjing peliharaan?"

Kini giliran Lucifer yang menatap Yena penuh selidik. Barulah dia menyadari tatapan gadis itu tidak biasa, tatapan bingung yang dipenuhi dengan ketidakpercayaan.

Wajah tanpa ekspresi Lucifer berubah menjadi dingin.

"Siapa yang baru datang ke sini? Siapa yang berbicara omong kosong denganmu?" tanya Lucifer dengan tatapan tajam.

"Omong kosong? Aku rasa dia tidak bicara omong kosong! Sekarang kamu harus bicara jujur padaku, niat jahat apa yang sebenarnya kamu sembunyikan!?" Yena menatap Lucifer dengan kecewa. Rasanya sesuatu yang rapuh di dalam dadanya telah patah tanpa sebab.

Membayangkan sikap baik dan lembut Lucifer selama ini trnyata hanyalah kedok membuat hatinya sakit.

"Jangan bilang kau tidak mengerti? Simbol di pundakku ini, bagaimana caramu menjelaskannya? Sejak kapan dan apa tujuanmu memberikan simbol ini padaku?" Yena menyingkapkan rambutnya dan menunjuk ke arah simbol di pundaknya sembari menatap Lucifer dengan beribu tanda tanya dan tuduhan.

Kabut di kedua matanya telah berubah menjadi embun.

Bahkan saat ini, ekspresi dingin Lucifer hanya kembali berubah menjadi datar. Dia mengulurkan tangannya dan memegang wajah Yena.

"Simbol itu, aku menciptakannya sejak Cheuksin itu menyerangmu. Aku sungguh tidak punya maksud lain. Aku hanya ingin melindungimu dari mahluk-mahluk rendah itu!" kata Lucifer.

"Bohong!" Yena tidak percaya.

"Aku tidak bohong. Kalau kau tidak suka, aku akan menghapusnya. Aku sungguh ... tidak berniat mengekangmu." Lucifer meyakinkan.

Meski begitu Yena masih skeptis.

"Kamu tidak bohong? Baiklah, kalau begitu mari kita ambil Yeouiju sekarang. Kamu baru saja keluar dengan aman, Arion sudah tidak mengincar kita. Ini sudah terlalu lama, jadi ayo pergi dan ambil Yeouiju-mu. Dengan begitu urusan kita selesai!" ujar Yena.

Mendengar itu, wajah Lucifer berkedut. Ia menarik tangannya dan menampilkan ekspresi linglung.

Yena tersenyum sinis. Melihat reaksi Lucifer dia akhirnya mengerti, mahluk ini memang tidak berniat melepaskannya.

"Kau tidak mau? Jadi benar, meskipun aku mengembalikan Yeouiju kamu tidak akan membebaskanku! Mahluk licik!" Yena memekik dan memukul Lucifer geram menggunakan dua tangannya.

Lucifer mengunci pergelangan tangannya dan berkata pelan, "Sudahlah, kau kan hanya perlu tinggal dengan damai. Aku yang akan mengurus semua keperluan hidupmu. Mengapa harus repot-repot ingin hidup sendiri sementara di sini ada yang akan mengurus dan memanjakanmu dengan baik?"

Yena hampir tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Matanya membulat sempurna saat melihat wajah keji Lucifer. Entah mengapa, wajah rupawan itu kini tampak menakutkan.

Yena seketika seolah kehilangan seluruh tenaga dan keinginannya untuk memaki pria di depannya itu. Ia terhuyung ke lantai dengan lemas hingga tiara di atas kepalanya jatuh.

"Diamlah di sini dengan patuh. Aku akan menyiapkan kamar ini." Suara dingin Lucifer terdengar. Yena hanya menunduk linglung. Sementara kaki Lucifer sudah melangkah keluar.

Ketika malam hari tiba, Yena masih duduk bersandar ke dinding dengan pikiran kalut.

Sementara, kini kamar itu sudah terisi dengan sebuah ranjang ukuran king size dan berbagai furniture lainnya. Lucifer sudah mengaturnya sedemikian rupa. Dari awal sampai akhir Yena tidak membantu, bahkan tidak memperhatikan sama sekali.

"Kwakk! Makan malam makan malam!" Suara khas Leon terdengar bersamaan dengan tibanya burung gagak hitam itu. Ia meletakkan makanan yang ditentengnya di atas meja kecil.

Melihat Yena yang duduk murung di lantai Leon memiringkan kepalanya heran.

"Yena, kau baik-baik saja kwakk!?"

Mendengar suara nyaring Leon barulah Yena beraksi. Dia mengangkat kepalanya dan hampir membuka mulutnya untuk berkata sampai tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan Lucifer keluar.

"Kau pergi dan berjagalah di perbatasan," ujarnya pada Leon.

"Oh? Baiklah." Leon melihat Yena dengan sungkan kemudian pergi.

Yena memalingkan wajahnya, tak ingin melihat Lucifer.

"Makanlah," titah Lucifer.

Yena bergeming.

Lucifer mengambil sekotak sushi di atas meja itu kemudian menghampiri Yena dan berjongkok di depannya.

Tanpa berbasa-basi ia memaksa Yena membuka mulutnya dan menyuapinya.

"Kunyah!" perintahnya.

Gadis malang itu dengan mata berkaca-kaca terpaksa mengunyah dan menelannya dengan susah payah.

"Jangan menangis." Lucifer berucap sembari menyeka air mata yang bergulir di pipi mungil Yena dengan ibu jarinya.

Namun, tangis gadis itu malah pecah. Buliran air meluncur deras dari matanya.

"Tolong ... hiks ...." Yena memegang kerah baju Lucifer dan menatapnya dengan tatapan memohon.

"Aku mohon tolong biarkan aku pergi. Aku ingin bertemu keluargaku, dan teman-temanku. I-ibuku sendiri, dia tidak punya siapa pun selain aku. Jika aku tidak ada, siapa yang akan menjaganya?" Yena berkata dengan suara yang tercekat-cekat.

Menatap Lucifer dengan sendu, berharap mahluk itu masih punya sedikit hati nurani.

Namun, ekspresi pria itu sama sekali tidak berubah, ia tampak tidak goyah sedikit pun.

Yena memeras air matanya dengan putus asa. Mencengkram baju Lucifer dan memukulnya pelan.

"Haa ... Aku mohon ..., bu-bukankah kamu pernah bilang kalau kamu tidak tertarik memelihara gadis jelek sepertiku? Tolong, tolong biarkan aku pergi, yah?" Yena mengangkat kepalanya dan tersenyum memohon.

Lucifer dengan tidak punya hatinya hanya mengangkat sebelah sudut bibirnya dan berkata, "Tidak, kau cantik. Kau sangat cantik."

Itu adalah satu-satunya pujian yang tidak Yena inginkan, satu-satunya pujian yang semakin membuatnya kehilangan harapan.

Pada akhirnya dia hanya bisa menunduk lesu, bahkan menangis pun tidak ada gunanya. Ia tidak percaya, benar-benar tidak percaya. Yena berharap kalau Lucifer hanya sedang mengerjainya.

Yah, dia hanya sedang bercanda, bukan?

Mana mungkin, hatinya ... sudah terlanjur mengagumi pria ini. Bagaimana bisa Lucifer mematahkan hatinya dengan fakta ini? Fakta bahwa hubungan baik di antara mereka bukanlah hubungan antara pria dan wanita, melainkan hanya hubungan seorang majikan dan 'peliharaan'?

Bab berikutnya