webnovel

Quadraginta septem

"Tapi—,"

"Nggak! Niko, tetap di rawat di sini."

Reza menganggukan kepalanya pelan kemudian langsung memeriksa keadaan Niko. Dengan segera Reza membuka tas kerjanya dan mengambil sesuatu barang yang di perlukan. Setelah Reza mengecek keadaan Niko, dan benar saja feeling Reza tak pernah salah bahwa Niko membutuhkan perawatan. Tetapi, sepertinya Calvin tidak menginjinkannya. Reza terlalu banyak berpikir, ia cepat memasangkan selang infus di tangan kanan Niko.

Waktu Reza sudah selesai memeriksa keadaan Niko, berikutnya ia memberikan resep obat dokter pada Calvin yang masih berdiri di sampingnya.

"Obatnya di minum setelah Niko siuman dan anjuran 3 x sehari. Lalu yang satunya sebelum makan. Dan ini salep buat mengobati luka Niko yang terdapat di lehernya," ucap Reza. Calvin hanya mengangguk saja tanpa basa-basi lagi Calvin langsung memberikan uangnya pada Reza.

Tetapi, Reza langsung menolaknya dengan alasan bahwa kedua orang tua mereka bersahabat. Jadi, Calvin tak perlu membayarnya. Padahal Calvin tau, motif utamanya adalah Niko. Nggak tau kenapa Calvin merasa tidak suka saat ada pria lain yang menyukai Niko selain dirinya.

"Nggak usah,"jawab Reza membuat Calvin memutar bola matanya malas dan kembali memasukkan uangnya dalam saku celana.

"Oh, iya. Untuk obat Niko yang Alergi jangan lupa di minum ya," Reza mengingatkan Calvin karena tak bisa mengatakanya pada Niko secara langsung. Niko juga masih belum membuka matanya padahal Reza ingin mengobrol singkat dengan Niko.

Calvin mengerutkan keningnya, sewaktu mendengar ucapan Reza yang bilang kalau Niko harus meminum obat Alergi. Memangnya Niko Alergi apa? Bentar! Calvin membulatkan matanya lebar saat kembali mengingat tentang Calvin yang memaksa Niko untuk memakan seafood. Demi apa? Calvin memaksa Niko. Nggak! Pasti ini bohong dan nggak beneran. Nggak mungkin Calvin melakukan hal tersebut. Tapi, memang benar dan itu adalah kenyataanya.

Tapi, kenapa orang lain lebih tau tentang Niko? Jadi, selama ini Calvin kemana saja? karena marah bahkan dia sampai melupakan dan tidak memperdulikan Niko.

Lalu? mengapa Reza tau kalau Niko sedang sakit alergi? Atau, jangan-jangan Niko pergi bersama Reza? Nggak! Calvin tak mau memikirkan hal yang aneh-aneh lagi. Cukup sudah dan dia nggak mau mendengar bahwa Niko membohonginya. Lebih baik Calvin menunggu penjelasan dari Niko setelah littel babynya membaik.

"Hum," sahut Calvin rada malas menjawab dan berharap Reza cepat pergi dari sini.

Reza tersenyum kemudian berbalik menatap Niko yang masih setia memejamkan matanya.

"Udah selesai kan? Jadi, nggak perlu lama-lama di sini," ujar Calvin. Sebenarnya Calvin sengaja menyindir dan mengusir Reza, ia tak suka jika terlalu lama memperlihatkan wajah manis pacarnya pada orang lain.

Reza melirik Calvin yang berjalan mendekati Niko kemudian mengecup kening Niko dengan lembut. Kenapa hatinya menjadi sakit ketika melihat Niko yang berdekatan dengan pria lain? padahal dia dan Niko itu belum lama mengenal, hanya beberapa kali saja mereka bertemu. Tapi, senyuman Niko mampu membuat Reza semakin yakin bahwa ia sedang di mabuk asmara.

Mungkin lebih baik Reza segera pergi dari apartemen Calvin. Dari pada harus lama-lama menonton pertunjukan yang membuat hatinya menjadi panas ketika melihat sesuatu yang membutnya kesal.

"Kalau gitu saya permisi," kata Reza sembari mengundurkan dirinya.

"Hum," sahut Calvin yang merasa tidak perduli dengan Reza. Kemudian Calvin mengantarkan Reza sampai di depan pintu.

"Makasih," ucap Calvin tanpa mau menatap Reza.

"Oh, iya! satu lagi, jangan pernah lu nyoba deketin Niko lagi. Lu tau kan, gua siapanya?" Reza mengangguk mengerti. Meski begitu dari awal Reza juga tidak pernah berniat mendekati Niko karena tau Niko sudah memiliki seorang kekasih.

"Tapi, bukannya kamu pacarnya Keyla?" Calvin terdiam kemudian berbalik menatap Reza. Bentar! Kok, Reza bisa tau kalau Calvin itu pacarnya keyla? dari mana Reza tau? pikir Calvin dalam hati.

"Maksud lu?" Calvin pura-pura tidak mengerti. Bisa gawat kalau pria di depannya ini sampai memberi tau keyla, tentang hubungan manisnya bersama Niko kekasih keduanya. Bukannya, apa. Tapi, Calvin belum siap saja harus memutuskan keyla dan status mereka memang masih berpacaran sampai saat ini.

"Aku, temannya keyla dan aku tau kalau kamu pacarnya keyla," jawab Reza membuat Calvin kembali terdiam.

"Pacarnya keyla? gua nggak kenal. Pacar gua itu Niko! Lu liat sendiri kan," kata Calvin masih saja mengelak dan tak mau jujur. Padahal jelas-jelas Reza tau betul siapa Calvin, soalnya akhir-akhir ini Keyla sering curhat mengenai hubungannya dengan Calvin. Tapi, Reza tak pernah menyangka bahwa orang keduanya itu adalah Niko, laki-laki yang Reza suka. Entah, mungkin Reza sudah gila karena telah menyukai Niko. Mungkin saja El, adik Reza benar. Kalau Reza selama ini sudah menyimpang cuma gara-gara lihat senyumnya Niko. Aneh? Iya. Reza juga merasa begitu. Tapi, itu lah yang benar terjadi.

"Keyla sering curhat jadi, untuk apa aku bohong? meski kamu menutupi hubunganmu dengan Niko, suatu saat Keyla bakalan tau. Jangan, sampai kamu menyesal!" ucap Reza sebelum pergi.

Mendengar kata terakhir dari Reza membuatnya kembali memikirkan tentang Keyla. Menyesal? entah, mungkin saja itu akan terjadi pada dirinya. Tapi, mulai sekarang Calvin sangat yakin bahwa hatinya untuk Niko.

"Oh, jadi Lu mau ngasih tau keyla? biar lu bisa deketan kan sama Niko!" Pandangan Calvin berubah menjadi tak ramah.

Reza hanya tersenyum remeh sembari menggelengkan kepalanya kemudian menatap Calvin.

"Aku, emang suka sama Niko. tapi, aku nggak pernah berniat buat merebut hati Niko dari kamu! karena aku tau, gimana rasa sakitnya di khianati," ucapan Reza seakan ngena dan nyata banget.

Perkataan Reza memang sedang terjadi pada bubungan Calvin dan Niko. Calvin terdiam dan tak bisa menjawab, dia kembali mengingat tentang bagaimana Niko bersama pria asing yang memadu kasih. Dan kembali mengingat kejadian beberapa hari lalu malah membuat hatinya semakin hancur.

"Permisi," kata Reza kemudian pergi dari hadapan Calvin. Sementara Calvin hanya memandang jauh kepergian Reza.

Calvin tak berhenti memikirkan tentang perkataan Reza barusan membuatnya tak tenang dan nggak bisa tidur jadinya. Calvin menjadi sangat penasaran siapa laki-laki yang tengah mencium Niko waktu di depan kampus itu, Calvin ingin mengetahuinya...

Calvin menutup pintu apartemen, pikiranya kini malah memikirkan tentang kata-kata Reza yang masih terngiang-ngiang dalam otaknya.

Calvin berbalik badan, dia melangkahkan kakinya gontai menuju kamar. Namun, langkah kakinya menjadi berhenti saat tak sengaja melihat Niko yang masih berbaring di atas sana. Calvin menatap sejenak Niko dari jarak jauh, dia bergumam dalam hatinya. " Apa pilihanya sudah tepat?"

Calvin mulai menutup pintu kamar dengan suara pelan, dia melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul 01:25 malam dan sudah malam sekali.

Calvin bergerak mendekati Niko. Calvin menarik selimut tebal untuk menutupi tubuh Niko kemudian Calvin ikut berbaring di samping Niko sembari mengatakan sesuatu yang manis untuk Niko.

" Selamat malam sayangku. Cepat sehat ya liby, aku merindukanmu Niko." ucap Calvin yang tak bisa melepas pandanganya dari Niko. Calvin memberikan ciuman tidur untuk Niko, mengecup bibirnya lama meski menurutnya itu masih kurang. Setelahnya Calvin masuk ke dalam selimut, Kemudian Calvin beralih memeluknya, ia melingkarkan tangannya di perut Niko. Bersamanya, Calvin ikut memejamkan matanya yang tertidur pulas bersama Niko kesayanganya. Sudah lama sekali Calvin tak memeluk Niko seperti ini, rasanya rindu sekali. Tapi, tetap saja Calvin maunya Niko tau dan ikut merasakan kalau sekarang Calvin sedang memeluknya.

^^^

Benda pipih itu terus saja bergetar, sesekali berdering dan membuat tidur paginya menjadi terusik, padahal Calvin masih ingin tidur sembari memeluk Niko.

Calvin berdecak, ia merenggangkan pelukanya dari Niko kemudian berbalik badan. Calvin meraba-raba mencari ponselnya yang ia letakkan di bawah bantal.

Calvin menyipitkan matanya, setelah tau dari siapa yang memanggilnya Calvin langsung menjawab panggilan tersebut.

[...]

[Masih tidur bang,]

[...]

[Hah! sekarang berangkatnya?] Calvin yang terkejut itu langsung berjengit dan terduduk dari tidurnya. Kemudian kembali melihat ponselnya, Calvin membalalakkan bola matanya lebar saat melihat sekarang adalah hari Minggu dan dia harus berangkat ke singapura karena ada urusan kerjaan di sana. Itu, juga atas suruhan demian, kalau bukan karena itu Calvin juga ogah. Tapi, kalau sekarang? Calvin tak mungkin meninggalkan Niko sendiri di apart.

Kesayanganya lagi sakit dan itu karena Calvin. Bagaimana Calvin menolak ajakan papanya.

[...]

[Eh, i-iya bang]

[...]

[Sorry, bang. Kayaknya Gua beneran nggak bisa ikut,] kata Calvin dari sebrang telfon.

[...]

[Gua ada urusan mendadak bang. Kali ini serius nggak bisa ikut, plis ngertiin gua bang,] kata Calvin sok minta di mengerti.

[...]

[Serius, bang?! yaudah, makasih banget ya bang. ]

[...]

[Sama abang sendiri lebaynya ya gak papa] Calvin tertawa meledek.

[Hum, oke bang. Lu hati-hati ya, sampein maaf gue ke papah,]

[...]

[Oke, bang. Good luck]

Calvin mematikan sambungan telfonnya, dia bernafas lega. Akhirnya dia tak jadi ikut ke acara penting yang membosankan. Lagian, Calvin juga nggak bisa meninggalkan Niko, apalagi sekarang Kesayanganya sedang sakit. Baby Niko butuh di perhatiin dan di sayang sama Calvin supaya cepat sembuh.

Calvin meletakkan kembali ponselnya di atas nakas. Ia beralih pada Niko yang masih saja setia menutup matanya.

"Morning kiss," kata Calvin.

Calvin mengecup bibir Niko dengan lembut. Namun, tetap saja Calvin merasa sedih karena ciuman paginya kali ini nggak ada balasan dari Niko. Niko sendiri juga belum sadar,Calvin kan jadi kangen sama Niko. Calvin kembali memberikan kecupan demi kecupan yang mendarat di pipi kanan dan kirinya Niko. Setelah niko terbangun, Calvin janji kalau dia nggak akan cuek lagi sama Niko. Apalagi, sampai mengabaikan kesayangannya ini.

"Niko jangan hukum aku kaya gini," lirih Calvin yang masih menatap wajah Niko.

"Aku kangen," katanya lagi.

"Aku, nggak bakal marah lagi sama kamu. Tapi, please bangun yah..."

"Niko," panggil Calvin.

Calvin berdecak pelan, kemudian beralih mencium bibirnya Niko sekali lagi. Setelah itu, Calvin kembali melanjutkan tidur paginya yang sempat terganggu.

"Kangen peluk kamu nik," kata Calvin pelan.

Bab berikutnya