webnovel

TETANGGA

Arman sampai di rumah pukul 22.20. Dia sedikit terlambat karena dia harus beli makanan dulu untuk makan malam bersama Danang. Namun saat baru saja memasukkan motor ke dalam rumah tiba-tiba pintu rumah Arman diketuk seseorang.

Tok.. tok..

Danang dan Arman sempat saling menatap kemudian memutuskan untuk membuka pintu tersebut secara bersama-sama.

Jegrek....

"Assalamualaikum," ucap salam dari seorang pria yaitu Angga. Dia masih menggunakan pakaian lengkap dan sepatu hitam yang mengkilat.

"wa'alaikumsalam," sahut Danang dan Arman bersaaman setelah menghela napas lega.

"Lo kenapa ngagetin sih!" protes Danang dengan meninju lengan Angga secara pelan namun berkali-kali.

"Kalian juga baru pulang?" tanya Angga.

"Iya! Lo juga belom ganti baju?" tanya Arman.

"Tadi sore gue sudah pulang, tapi ada telepon dadakan dari orang. Alhasil gue keluar lagi." Angga melepas sepatunya dan memakai sandal Arman.

"Nih makanan!" Angga memberikan ayam geprek kepada Arman dan Danang.

"Lah! Kita tadi juga beli makan tapi karena nggak tahu Lo mau kesini ya kita belinya cuma dua," kata Danang dengan membuka isi kreseknya.

"Nggak apa-apa, santai aja kenapa sih."

Arman mengambil piring dan sendok mereka menyatap nasi goreng. Danang menjadikan satu, dua bungkus nasi goreng yang dia beli dan membaginya menjadi tiga. walaupun angga membawa makanan sendiri dia tetap makan yang makanan yang sama dengan Danang.

Malam itu Angga memutuskan untuk menginap di rumah Arman. Sudah beberapa hari Angga tidak membantu di ruko dan tidak menginap di rumah Arman. Malam saja dia juga mempunyai urusan sendiri. Malam itu mereka melewati malam bersama walaupun sudah sering menginap atau tidur bersama namun malam itu berbeda. Jika biasanya Angga, Arman dan Danang dari pagi hingga pagi lagi bersama, namin kali ini mereka sibuk dengan urusan masing-masing dan bertemu di malam hari rasanya sedikit aneh.

***

Keesokan harinya Angga bersiap untuk ikut Arman karena nggak ke ruko. Dia sengaja untuk libur agar bisa menemani kedua sahabatnya berjualan.

Seperti biasa jika Angga ikut maka mereka menggunakan mobil milik Angga. Seperti biasa Arman mampir membeli sayur selada tomat untuk isian kebab dan burger. Dalam perjalanan dana menceritakan apa yang terjadi kemarin. Tidak hanya Danang yang merasa janggal dengan kejadian kemarin. Angga yang hanya mendengar cerita dari Danang juga merasakan ada yang aneh. Dari pertama mereka buka di sana tidak ada satupun yang protes dengan rasa dan tekstur kebab ataupun burger.

"Lo enggak coba selidiki?" tanya Angga kepada Arman yang duduk di belakang.

"Nggak! Toh nggak merugikan juga!" Jawab Arman dengan santai.

"Lah, kenapa?" Angga terkejut dengan jawaban Arman.

"Entahlah Arman di kasih tahu nggak mau," sahut Danang yang duduk di samping kemudi Angga.

"Dan yang lebih anehnya, pas gue sedang makan siang sama Angga gue lihat Bunga berbicara dengan wanita itu!" jelas Danang.

"Bunga?" Angga mengulang kata yang menggantung di telinganya.

"Iya!" jawab Danang dengan yakin.

"Sudahlah, jangan menerka-nerka nanti jatuhnya suuzon sama orang lain yang belum tentu orang tersebut salah," sahut Arman yang ingin menghentikan pembicaraan kedua sahabatnya.

"Lo masih suka ya sama dia?" tanya Angga.

"Apa sih? Enggak ada hubungannya!" elak Arman.

"Kok Lo belain dia terus?" protes Angga.

"Bukannya aku belain dia, tapi memang kita tidak punya bukti untuk menuduh dia," ujar Arman yang terlihat mengalihkan pandangannya di jalan raya yang ramai lancar.

Angga mengangguk setuju dengan ucapan Arman. namun dia menyayangkan kenapa Arman tidak ingin menyelidiki orang tersebut.

tak terasa mereka sampai di depan pasar tradisional. Arman segera turun, Danang dan Angga mengikuti langkah kaki Arman. Karena tidak terlalu banyak bahan yang harus dibeli Arman maka mereka keluar dari pasar tersebut dengan cepat dan segera menuju ruko.

Beberapa saat kemudian mereka sampai di depan ruko. nampaknya teras ruko sangatlah kotor karena beberapa orang hampir untuk berteduh di teras ruko Arman. Malam kemarin memang terdengar hujan datang. Danang segera mengambil alat pel dan sapu untuk membersihkan teras ruko terlebih dahulu. Angga mencuci dan memotong sayuran secukupnya agar ketika ada pelanggan tidak terlalu menunggu lama. Sedangkan Arman mengisi saus untuk di atas meja dalam bersihkan atas meja dan kursi. Mereka bekerja sama dengan baik. Bahkan orang yang menyewa ruko tepat di sebelah Arman merasa bangga melihat ketiga pria muda itu saling bekerja sama untuk meringankan pekerjaan masing-masing.

Tetangga sebelah penjual alat tulis dan fotocopy. Penjaga toko tersebut adalah pria keturunan Cina. Orang tersebut jarang sekali keluar dari punya sehingga Arman pun jarang sekali bertemu dengan orang tersebut. Hanya saja kali ini orang tersebut juga memberikan teras rukonya sehingga mereka saling bertemu dan saling tegur sapa.

"Kemarin hujan mas, jadi banyak orang meneduh di sini," ucapnya untuk memulai pembicaraan dengan Danang dan Arman.

"Iya, ko. Musim hujannya datangnya telat ko," sahut Arman.

"Iya. Harusnya sudah dari bulan kemarin."

"Iya!" Arman mengangguk tapi tangannya tidak berhenti bekerja membersihkan meja dan kursi.

Karena Angga membantu mereka, pagi itu pekerjaan mereka selesai lebih awal. Dan mereka siap membuka rukonya lebih awal. karena Arman telah bertemu dengan penjaga atau pemilik usaha sebelahnya tersebut. dia ingin memberikan satu paket dagangannya kepada orang tersebut.

"Kalau Lo mau buat, buatlah! Gue mau kasih ini dulu ke sebelah," ucap Arman.

"Oke!" sahut Angga. Angga dan Danang bermain game di ponselnya sembari menunggu pembeli datang.

Tok... Tok...

Arman mengetuk etalase kaca yang berjejer yang berisi aneka alat tulis. namun tidak ada jawaban. dia mengulanginya beberapa kali hingga akhirnya orang berketurunan China tersebut keluar dari balik ruangan.

"Ada apa mas?" tanyanya yang terlihat terkejut.

"Ini mau ngasih camilan buat Koko," jawab pria berkulit putih itu.

"Oalah kok repot-repot mas, terima kasih ya." pria itu menerimanya.

"Mas saya belum kenalan sama kamu ya. Saya Hendra." Hendra mengulurkan tangannya.

"Saya Arman!" Arman menjabat tangan Hendra beberapa detik.

"Masuk dulu mas," Hendra mempersilahkan Arman masuk namun Arman menolak dengan alasan banyak pekerjaan.

"Lain kali saja, masih ada beberapa pekerjaan yang belum selesai." Arman berpamitan dan kembali bergabung dengan kedua sahabatnya.

Namun saat baru saja masuk ke dalam ruko, suara aneh terdengar di telinga mereka.

Brukkkkkk....

Suara runtuhan atau sesuatu bertabrakan. Arman dan kedua sahabatnya mencari sumber suara. Ternyata tidak jauh dari tempat mereka ada sebuah kecelakaan yang melibatkan becak dan mobil. karena sudah berkerumun Arman dan yang lainnya tidak ikut campur dalam situasi tersebut. mereka kembali dan menunggu pembeli datang.

"Itu kayak mobil bunga!" ucap Danang yang mengamati dari depan ruko. Mendengar itu sontak Arman dan Angga berdiri. Mereka melihat sekilas mobil yang menabrak becak tersebut. Arman dan Angga tercengang.

Bab berikutnya