Uang bisa merubah kehidupan manusia. Uang juga bisa mengubah pandangan seseorang terhadap kita. Uang juga bisa mempermudah segala urusan. Hal itu terjadi dalam kisah percintaan dua anak muda yang berbeda dari status sosialnya. Cinta yang tidak direstui oleh seorang ibu membuat seorang gadis melakukan segala cara agar sang mantan tidak bersanding dengan wanita lain. Dan hal itu membuat sebuah karakter wanita yang baik menjadi wanita yang lucu karena ingin merebut kembali hatinya sang mantan. Arman adalah mantan dari wanita tersebut yang bernama Bunga, setelah putus dengan punya ia terlibat kan bercinta dengan sahabatnya, Angga. Mereka mencintai satu wanita yang sama-sama mereka kenal saat mulai merintis usaha, yaitu Amel. Karena sakit hatinya tidak bisa memiliki Arman, bunga menghalalkan beberapa cara licik untuk memisahkan Amel dari arman. bahkan Bunga yang mengetahui cerita cinta antara Angga, Amel dan Arman. Mencoba menghasut Angga agar Angga mendukung setiap rencananya. Akankah Angga terhasut dan mengikuti cara licik Bunga agar mendapatkan Amel?
Semua persiapan sudah siap, tanggal Satu Februari pun hanya tinggal menghitung jam. Arman kini mulai sibuk dengan persiapan esok hari. Ia ragu akan panganan yang ia dagangkan esok hari. Namun berkat support dari ibunya dan kedua sahabatnya ia yakin akan keberhasilannya.
***
Keesokan harinya Danang dan Angga sengaja libur kerja untuk menemani Arman di hari pertama ia berjualan. Sebelum berangkat tidak lupa Arman berpamitan dengan ibunya, ia meminta doa agar semua berjalan dengan lancar.
Setelah berpamitan Mereka bertiga pun berangkat dengan riang. Beberapa kali Arman mengusap wajahnya untuk menghilangkan rasa geroginya.
"Santai, man. Jangan kayak orang mau lamaran. Gerogi amat," ledek Danang yang sedari tadi memperhatikan tingkah Arman.
"Aku takut kalau daganganku nggak laku."
"Sudahlah man, penting jalanin dulu," sahut Angga yang duduk di kursi pengemudi.
"Iya-iya," ucap Arman seraya menghela nafas panjang.
Perjalanan mereka tidak terlalu lama. Hingga lima belas menit kemudian mobil Angga sudah mulai memasuki parkiran mall.
"Man, Lo ke stand dulu aja. Gue sama Danang bawain barang-barang Lo."
Tanpa menjawab Arman berjalan meninggalkan kedua sahabatnya itu, namun karena saking gugup nya ia tidak memperhatikan jalan hingga akhirnya.
'Brukkk'
Arman menabrak seorang gadis manis yang sedang membawa beberapa barang.
"M-maaf," ucap Arman dengan gugup.
"Lain kali kalau jalan di perhatikan jalannya mas," tegur gadis itu dengan kesal.
"Iya, kan saya sudah minta maaf. nih..." Arman menyodorkan barang gadis itu yang terjatuh.
Gadis itu segera berlalu, ia sangat terburu-buru karena ia sedang di tunggu seseorang. Arman yang melihat hal itu tidak peduli. Ia segera menuju standnya. Namun tinggal beberapa langkah sampai di standnya. Ia melihat gadis yang sama berdiri di stand tepat sebelah standnya.
Arman mencoba pura-pura tidak pernah bertemu. Namun tatapan tajam di berika oleh gadis itu.
"Man," panggil Danang yang baru saja datang ke standnya.
"I-iya," sahut Arman dengan gugup.
"Ah, Lo masih gugup aja."
"Nikmatin lah man," ucap Angga.
Arman tidak menjawab ia segera menyiapkan segala kebutuhan untuk standnya. Ia membersihkan meja dan alat-alatnya.
***
Sedangkan Bunga yang datang ke rumah Arman mendapat kenyataan yang suram. Ia sangat sedih karena Arman benar-benar sudah tidak ingin mempertahankan hubungannya.
"Kalau begitu saya pamit," ucap bunga pada ibu Arman
"Nak bunga," Ida menahan bunga yang hendak melangkahkan kakinya.
"Ya Bu," sahut Bunga.
"Tolong biarkan Arman sedikit tenang. Biarkan dia menjalani hidupnya tanpa kehadiran nak Bunga."
"Ta-tapi Bu, saya sayang sama Arman."
"Tapi tidak dengan orang tua nak bunga. Mereka benar kami tidak pantas dengan keluarga kalian."
Bunga tidak tahan dengan ucapan ibunya arman. Ia segera pergi dengan motor maticnya.
***
Beberapa hari sebelumnya, saat bunga sedang di kunci di dalam kamar. Ibunya datang kerumah Arman. Namun karena Arman keluar dengan Angga hanya ibunya yang menemuinya.
"Bu Antok," ucap ibunya Arman dengan ramah.
"Bu Ida, saya kemari ada yang ingin saya bicarakan." Bu Antok dengan tatapan amarah segera masuk ke dalam rumah Arman tanpa di persilahka.
"Sebentar saya buatkan minum," Bu Ida hendak pergi ke dapur.
"Tidak perlu, duduklah," ucap Bu Antok yang menghentikan langkah bu Ida.
"Ada apa bu?" tanya Bu Ida dengan sopan.
"Tolong bilang kepada Arman, saya tidak ingin anak saya berhubungan dengan dia, walaupun anak saya yang datang mencari dia. Suruh arman untuk tidak merespon kedatangan anak saya, ataupun panggilan anak saya," ucap Bu Antok dengan tegas.
"Maaf Bu, alangkah baiknya masalah mereka biarkan mereka yang menyelesaikannya?"
"Tidak bisa, kalau anak ibu yang mencari ataupun anak saya yang mecari, kalau salah satunya tidak merespon hubungan mereka akan berakhir."
"Baik, saya usahakan untuk memberitahu Arman," ujar Bu Ida dengan lembut.
"Terima kasih," sahut Bu Antok. Ia segera berdiri dan pergi meninggalkan rumah Arman tanpa berpamitan.
Sesuai dengan ucapannya, Ida menyampaikan pesan atas kedatangan Bu Antok saat Arman sudah pulang. Arman kecewa dengan sikap ibunya bunga. Tidak seharusnya ia datang menemui ibunya dengan nada dan sikap seperti itu. Hal itu semakin membuat Arman yakin untuk mengakhiri hubungannya dengan Bunga.
Arman mulai memblokir nomor bunga, bahkan semua sosial media milik bunga ia blokir. Foto bersama bunga di sosial media dan ponselnya ia hapus, hal itu membuat bunga kebingungan. Ia mencari informasi melalui teman-teman Arman. Bahkan ia menghubungi Arman melalui ponsel temannya namun tetap tidak menemukan jawaban. Nomor yang ia gunakan langsung Arman blok. Hal itulah yang membawa bunga untuk sampai datang kerumah Arman.
***
Pukul 09:00, semua stand sudah siap dengan barang dagangannya masing-masing. Para panitia berkeliling untuk melihat para pedagang untuk mengikuti prosedur yang telah di tetapkan oleh pihak mall dan sponsor.
"Mas Arman?" tanya salah satu panitia.
"Ya pak," sahut Arman.
"Apa nama produk anda?"
"Kebab dan burger PATI,"
"PATI? apa mas Arman dari Pati Jawa tengah?" tanya panitia itu dengan heran. Begitu pula Danang dan Angga yang menunggu Arman menjawab pertanyaan panitia tersebut.
"Bukan pak, saya dari Surabaya," jawab Arman.
"Lalu?"
"PATI itu PAtah haTI,"
"Oalah," sorak panitia itu berbarengan dengan Angga dan Danang.
"Untung bukan PAHA, kan artinya sama." Cetus Danang.
Sontak hal itu membuat Arman, Angga dan panitia yang masih berdiri di depan standnya tertawa. Dan sesaat kemudian panitia itu bergeser ke stand samping milik Arman.
"Eh man, dari mana Lo dapat nama itu?" tanya Angga.
"Entah. Baru aja kepikiran."
"Pasti efek putus sama Bunga ya?" Ledek Danang.
"Kamu tahu pasti bagaimana perasaanku saat ini."
"Sabar, man" Angga dan Danang menenangkan sahabatnya tersebut.
"Es JATUH CINTA," ucap gadis penjaga stand sebelah Arman. Hal itu membuat perbincangan antara tiga jomblo itu melongo.
"Apa itu?" tanya penitia itu.
"Es ini berbeda dengan yang lain, saya jamin jika pembeli merasakan pada sedotan pertama akan membuatnya jatuh cinta dengan sensasi rasanya."
"Apa keunggulannya?"
"Di sini kita menggunakan olahan susu dan cincau,"
"Berbeda, sedikit unik. Semoga berhasil." Panitia itu berlalu dan meninggalkan stand kedai es tersebut.
"Ini kebetulan atau gimana ya?" ucap Danang tiba-tiba.
"Kenapa?" tanya Arman.
"Sini kebab patah hati, sebelah Es jatuh cinta," ujar Danang.
"Iya nih, ada something."
"Biarin lah, kenapa harus mikirin nama produk orang," sahut Arman dan segera melanjutkan aktivitasnya.
Danang dan Angga mulai membantu arman. Satu per satu para pengunjung mulai berdatangan, mereka menghampiri satu persatu stand yang ada, tidak luput dengan stand Arman yang ramai. Sesuai dugaan Angga dan Danang bahwa hari pertama akan membuat Arman kewalahan.