webnovel

Jebakan penari club

Elis melirik ke kanan dan kiri iris matanya menampakkan raut gelisah

"Nona yakin ini tempatnya?" tanya Elis

Mereka sedang berada di depan club yang terdapat di pinggir-pinggir jalan bukan hal yang tabu di kota-kota besar club sudah menjadi bagian hidup

"Lepaskan jaketmu saat di dalam tenang saja ada penjaga yang akan menjagamu saat menjadi penari nanti."

Elis mengeratkan jaket agak kebesaran ditubuhnya ya mereka merencanakan akan menjebak Adinata. Mawar sangat yakin pemuda itu pasti setelah kembali akan menghabiskan malam di club.

Mawar melepaskan kacamata hitamnya lalu kemudian mengeluarkan sebuah botol berukuran kecil.

"Semprotkan ini tepat di hidung Adinata saat pria itu mabuk kau harus bisa melakukannya."

Elis mengangguk mengerti mengambil botol kaca itu menaruh di dalam baju dalam

Masih pukul 10.00 malam sejam lagi Adinata akan datang

"Adinata biasanya akan datang di jam 12.00 kau langsung masuk saja.berpura-pura sebagai penari mengerti?"

Elis mengumam pelan, "Dia sangat hapal tabiat pria itu apa mereka pernah melakukan yang lebih."

Elis berdehem dioleskan lipstik maron Elis agak risih mengenakan pakaian yang cukup.ketat membentuk lekuk tubuhnya selama ini tak terbiasa mengenakannya.

"Aku akan masuk duluan." Elis berjalan dengan berlengok seperti wanitta penggoda saat di depan pintu keamanan ia di periksa oleh dua penjaga. Keamanan sangat ketat tentu saja Mawar mengenal beberapa orang dalam tak akan sulit baginya menyogok

Mawar tersenyum sinis wajahnya memerah penuh kemarahan ia berdecih, "Cih sekalinya kampungan memang sampah."

"Semuanya sudah beres Nona." Dua orang lelaki misterius itu berdiri di belakang Mawar

Mawar berbalik melemparkan amplop. "Ini gaji pertamau berikan yang terbaik maka kamu akan mendapatkan gaji yang lebih besar."

Lelaki itu mengangguk memasukkan ampol kuning ke dalam saku jasnya lalu kemudian ia pergi

Mawar menatap penuh kemarahan. "Satu langkah menuju kematianmu Elisa Kinanti lihat saja apa yang terjadi."

Mawar tak mudah percaya orang seperti Elis gadis kampungan itu bisa saja bermain melihat foto yang didapat oleh deketif profesional sewaannya ia bisa merogok koceh yang cukup besar demi kepuasannya.

Adinata yang memeluk Elis saat di ruko kecil dua hari sesudah ia bertemu dengan Elis awalnya Mawar. Ingin bekejasama dengannya namun kembali berpikir jika ada satu panah mengapa tidak dua sasaran

***

Elis berbaris sama hal dengan wanita yang sudah memakai pakaian kurang bahan bersiap untuk menyambut para tamu sebisa mungkin ia menepis pikirannya itu

Beberapa wanita sudah berdiri di depan tiang meliuk-liuk lincah. Elis menahan salivanya berada di tempat membunuhnya ia melirik jam dinding sebentar lagi Adinata akan sampai berdasarkan prediksi Mawar

Tangan Elis gemetar seluruh tubuhnya panas dingin ia tak bisa menari meliuk-liuk di tiang melihatnya saja membuat Elis gemetar. Elis tak pernah pandai menari apalagi menjadi penari menyenangkan mata pria

Tersisa dua wanita lagi ia berada di barisan paling belakang semuanya ia serahkan pada Mawar

Elis menarik napasnya kaki jenjang mulus serta dress mini menampakkan belahan dadanya tak ada pilihan lain sekarang gilirannya pertanda Adinata belum juga datang. Penjaga yang dimaksud Elis tak melihat penjaga yang dimaksud

Beberapa penari lainnya sudah maju menari di atas paha para pria ya tugas mereka hanya menggoda tanpa melayani semuanya sudah terbagi Elis meraih besi dipegangnya kuat-kuat berusaha untuk mengatakan semuanya akan berakhir dengan cepat ia memejamkan mata membayangkan sewaktu masih kecil bermain pohon sayangnya khayalan itu buyar digantikan suara DJ yang memeka telinga

Elis merapatlan tubuhnya dan mulai berusaha untuk mengeliuk di tiang besi. Aroma alkohol yang menyengat serta suara musik keras membuatnya harua menahan mual

"Ah siapa gadis itu membuatku ingin menidurinya," decak kagum terpancar pria keturunan Jerman itu kagum melihat dari balik punggu sang penari

"Baru kali ini aku melihatnya apa dia pekerja baru."

"Dari mana kau tahu kalau dia gadis yang manis? Wajahnya saja tak terlihat begitu," sahut pria berbaju jas dengan berantakan

"Jangan meremehkan kemampuan penyecap gadis," jawabnya penuh kedongkolan

Ketiga pria itu akhirnya mengambil duduk yang tak jauh dari pusat penari

"Adinata sejak kau pulang bisnis selalu murung ayolah bersenang-senang."

Adinata melepaskan kemejanya bersamaan dengan Dewanda serta Gavin

Saat Adinata sampai di bandara ia tak menghubungi Nayla langsung melainkan menyuruh Dewanda temannya untuk menjemput di bandara. Perjalan bisnis yang cukup menguras pikiran membuat Adinata membutuhkan sediki refreshing tetapi entah mengapa Gavin yang tak di undang selalu saja berada di momen yang pas. Saat di rumah Dwanda dan keduanya bersiap untuk keluar Gavin datang dokter tampan itu juga pun ikut.

"Bro sebenarnya kau ikut buat apa? Katanya nggak suka Dubing!"

Gavin menggoyakan kepalannya mengikuti alunan musik dj yang memeka telinga ia menoleh

"Yah mau ikut aja, memang salah?"

"Nggak salah sih cuman kan ...."

"Iya, iya aku paham pikiranmu itu masa muda masa yang paling bahagia ayolah aku banyak pikiran masa harus terus-terusan dengan berbagai bau obat."

"Terserah kau saja deh kepalaku mendadak pusing." desis Dewanda berpindah tempat duduk sofa yang hanya bisa diduduki satu orang

"Ternyata di sini banyak gadis-gadis manis juga. Bro kau pilih mau?"

Gavin dokter tampan yang memiliki kepribadian cukup aneh kadang dewasa kadang juga absurd otaknya memang jenius namun di luar itu sifatnya sangat menyebalkan seperti sekarang mata pria itu terus memandang para wanita yang lewat dihadapannya

Suara pengunjung terus bersorak Gavin memutar bola matanya penuh pesona pada gadis dress mini putih

"Wow cantik sekali," pujinya tengorkan Gavin naik turun menahan sesusatu dari dalam dirinya yang siap meledak padahal tadi ia hanya iseng untuk ikut

Dewanda yang mengunyah kuaci itu berhenti ingin sekali menertawai nasib Gavin

"Pilih satulah, Vin banyak duit pake ditahan segala."

"Sialan kau!" Gavin berkata kesal melemparkan kulit kuaci namun tangan Dewanda lebih dulu menutup wajahnya agar terhindar

Mereka bertiga tak meminum alkoholhanya memesan minuman bersoda

"Eh tapi serius tuh cewek cantik banget! Bodynya okey kulitnya mulus."

"Sepertinya sahabat kita satu ini pasti tertarik." Gavin berpindah tempat duduk. Di samping Adinata merangkul bahu Adinata yang hanya menatapnya sekilas lalu melanjutkan minumnya

Gavin menunjukwanita yang dimaksudnya.

"Dekati dia ayolah katanya kau menikah bukan dasar cinta kan?"

Adinata mengikuti arah pandang Gavin

"Dia memakai topeng bagaiamna kau tahu kalau cantik?"

"Haish! Begitu saja payah aku ini memiliki indera tembus pandang! Aku yakin yang dibawah akan meronta-ronta meminta dilepaskan."

Dewanda terkekeh mendengarkan ucapan Gavin yang absurd begitulah pria ketika mengobrol tak jauh dari bahan gosipan.

Bab berikutnya