NIAR: Serba Salah
"Iiiii! Aku benci sekali rasanya. Iiii! Huft! Tenang! Tenang, Niar! Tenang!" Gumamku.
Sungguh dokter Asta makin ku rasa gigih saja. Hingga aku menjadi lebih risih dari biasanya. Namun benar-benar dia berhati baja. Tak juga ia gentar bahkan setelah ucapan keji dan dingin ku ucapkan padanya setiap hari.
"Saya tidak mau! Terima kasih" Tolak ku usai lagi-lagi ia memberiku sebuah hadiah.
"Kata kakak ku ini semacam krim penghangat untuk kaki. Kaki mu pasti lebih mudah sakitkan. Nah saat istirahat di rumah kamu bisa..."
"SUDAH SAYA BILANG SAYA MAU! SAYA TIDAK BUTUH!" Bentak ku tepat di hadapannya.
Bahkan hingga pula benda itu ku banting dan ku lempar. Laki-laki ini tetap saja terus maju. Diambilnya krim yang tadi telah ku lempar. Lalu ia mengejar ku hingga ke ruang istirahat.
"Kenapa Anda mengikuti saya?" Keluh ku.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com